SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. PROVOKASI
Senja menggantung remang di langit kediaman Dawson, menggoreskan semburat keemasan di antara kelabu langit yang mulai lelah. Bayang-bayang pepohonan di taman panjang tampak memanjang, menciptakan irama bisu yang melankolis, seperti perasaan Camellia yang perlahan tergerus oleh sunyi dan jarak akan kehadiran Lucas.
Lucas, pria yang selama ini begitu dekat, hangat, dan menjadi alas rasa tenangnya kini nyaris tak terlihat. Sejak beberapa minggu terakhir, langkah-langkah Lucas menjadi tergesa, suaranya kian jarang terdengar. Lucas lebih banyak mengurung diri di kamar kerja jika pria itu berada di rumah. Tak sekali pun Lucas berinteraksi dengan Camellia, hingga rasanya suara Lucas kembali asing di pendengaran sang gadis. Tak ada lagi suara sepatu kulit pria tersebut yang suka menghampiri dari balik lorong panjang. Hanya sepi, yang terus mengiris hari-hari Camellia yang telah cukup gelap sejak lahir.
Dan sore itu, seperti mengintai waktu yang rapuh, datanglah Briana dalam balutan gaun santai berwarna marun, rambut cokelatnya yang digelung setengah dibiarkan jatuh, seolah meniru keanggunan yang selama ini hanya dimiliki Camellia dalam kesederhanaannya. Jelas Briana bahkan tidak terlihat mendekati keanggunan Camellia walau sejengkal saja.
"Camellia?" panggil Briana dengan suara lembut, serupa bulu angsa di permukaan air, menyelinap masuk ke dalam ruang duduk tempat Camellia tengah memainkan piano dalam hening.
Sang empunya nama menoleh perlahan, senyum lembut mengembang meski matanya tak pernah tahu kepada siapa senyuman itu diarahkan. "Briana, kau sudah pulang dari magangmu?"
"Sudah dari tadi. Tapi aku lihat Lucas tak di sini. Kau sendirian lagi?" tanya Briana, menyembunyikan kilatan tipis di matanya yang awas.
Camellia menunduk pelan. "Lucas sibuk akhir-akhir ini."
Briana mendekat dan duduk di samping Camellia, mengambil tangan sepupunya lalu menggenggamnya seolah ia adalah pelindung yang lembut. "Kau tahu, Lia. Aku sebenarnya ingin bicara sesuatu padamu. Tapi ... aku takut ini menyakitimu."
"Apa maksudmu?" tanya Camellia.
"Kau tidak akan marah jika aku bicara jujur, 'kan?" Nada suara Briana begitu hati-hati, namun ada nada licin yang tersembunyi di balik kelembutan itu, seperti racun manis yang diteteskan ke dalam cawan berisi anggur madu.
Camellia mengangguk pelan. "Kau bisa bilang padaku, Briana. Aku percaya padamu."
Dan itulah celah yang Briana tunggu.
"Lia, aku tahu kau jatuh hati pada Lucas. Dan aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaanmu. Tapi aku perempuan juga, dan aku tahu ... bagaimana cara seorang pria memandang perempuan yang benar-benar ia cinta. Bukan bermaksud membicarakan kekuranganmu, tapi aku yang dapat melihat bisa tahu mana yang tulus dan tidak."
Camellia mengerutkan keningnya samar.
"Lucas ..." Briana menunduk, lalu pura-pura menarik napas panjang. "Dia tidak seperti yang kau pikirkan. Aku pernah mendengar dia menelepon seseorang, yang aku duga adalah perempuan. Dari nadanya terdengar begitu mesra dan bilang akan bertemu di sebuah hotel. Kau sadar kan, belakangan dia menjauh darimu? Aku sebenarnya ingin memberitahumu sejak lama, tapi aku takur kalau kau lebih percaya Lucas dibandingkan aku," ucapnya dengan nada tersedu seperti ingin menangis.
Ada jeda. Sejenak Camellia diam. Tapi gelisah itu muncul dalam napasnya. Perempuan? Apakah yang bernama Seraphine itu? Camellia berusaha tenang dan berkata, "Dia hanya sibuk, Briana."
"Sibuk? Kau tahu jika seorang pria mencintai dan peduli pada perempuan dia akan meluangkan waktunya walau sekedar bertanya apakah sudah makan atau belum kepada perempuan itu. Tapi dari yang kulihat Lucas justru jarang terlihat lagi, bahkan tidak pernah menghabiskan waktu denganmu bahkan sekedar menyapa," ujar Briana dengan nasa kesal namun penuh kekhawatiran yang kental.
"Lucas juga punya pekerjaan dan aktivitas yang harus dilakukan, tidak setiap saat bisa bersamaku," bela Camellia.
"Atau mungkin dia mulai berubah pikiran?" Briana kembali menyebarkan racun dari ucapannya.
Wajah Camellia memucat. Ia menunduk, membiarkan jarinya bermain-main pada tuts-tuts piano yang tak ia tekan.
"Apa maksudmu?" tanya Camellia resah.
Briana mengelus tangan Camellia pelan, hangat, namun sesungguhnya menyesakkan. "Aku hanya ingin kau bersiap. Jangan terlalu percaya. Karena ... kau tahu kan, sama seperti Herold dan Dasthan dulu, mereka tampak baik padamu di awal tapi berujung justru menyakitimu. Kau tidak dapat melihatnya tapi aku beritahu padamu, Lucas tampak ... terlalu sempurna. Dia terlihat bukan seperti orang biasa, berwibawa dan orang sepertinya masuk ke dalam keluarga kita secara tiba-tiba tentu rasanya aneh. Siapa yang tahu apa tujuannya sebenarnya? Apa kau sendiri pernah mendengar dari mulutnya tentang Lucas secara utuh, tentang keluarganya, teman-temannya, bahkan tempat dia sekolah dan bekerja?" kata Briana penuh penghayatan.
Camellia terdiam. Lelah batin dan kehampaan membuat suara Briana menancap begitu dalam. Semua yang dikatakan Briana benar. Camellia tidak tahu apa pun tentang Lucas selain nama dan pekerjaannya sebagai pengacara. Camellia tidak tahu apa pun.
"Dan aku tahu ini akan menyakitkan, tapi mungkin saja Lucas hanya mengincar warisan dari mendiang Ayah dan Ibumu. Kau tahu sendiri, tidak semua orang menerima wasiat itu dengan ikhlas. Setelah dapat dia akan membuangmu. Terlebih kau memiliki ... Kekurangan." Briana menancapkan lebih dalam provokasinya pada Camellia.
Camellia menggigit bibir bawahnya pelan. Meski tidak bisa melihat, namun hatinya tak buta akan fakta yang sebenarnya ia sendiri sadar namun berusaha mengabaikannya karena kebaikan Lucas. Tapi suara Briana begitu meyakinkan, begitu menyentuh titik-titik luka yang selama ini ia sembunyikan, tentang diri Camellia yang buta, tentang ketidakberdayaannya, tentang pertanyaan yang diam-diam selalu ia tahan; Apa benar seseorang seperti Lucas bisa menerima seseorang yang cacat sepertiku?
Briana menggenggam lebih erat. "Lia, kau baik, terlalu baik. Dan aku takut kau akan disakiti. Aku hanya ingin melindungimu."
Air mata menggenang di pelupuk Camellia. Ia menunduk lebih dalam, membiarkan bayangannya sendiri menelan dirinya. Hatinya sakit saat ini saat ditampar oleh kenyataan. Fakta paling menyakitkan dan yang membuat Camellia selalu insecure akan dunia, bahwa Camellia tidak pantas untuk dicintai siapa pun.
Briana tersenyum ketika melihat perubahan signifikan pada ekspresi Camellia. Briana tahu ia telah menanam racunnya dengan sempurna.
"Aku akan selalu ada untukmu, Lia," ucapnya lembut, lalu memeluk Camellia yang rapuh, seolah ia saudara paling peduli di dunia.
Tapi di balik pelukannya, bibir Briana melengkungkan senyum tipis penuh kemenangan.
Malam turun perlahan seperti tirai beludru hitam yang menutup panggung dunia. Di luar, daun-daun berbisik dalam desir angin, namun di dalam kamarnya yang senyap, Camellia hanya bisa mendengar detak jantungnya sendiri, berdegup pelan namun menyayat.
Pelukan Briana sudah terlepas. Camellia duduk sendiri di tepi ranjang mengusap dadanya yang berat. Kata-kata Briana tadi masih membayang, membekas lebih kuat daripada seharusnya.
'Mungkin Lucas hanya mengincar warisan.'
'Mungkin dia mulai berubah pikiran.'
Ia tahu seharusnya ia tidak begitu saja percaya. Tapi di saat Lucas yang biasanya lembut itu mendadak dingin dan menjauh, saat tak ada lagi obrolan hangat di setiap harinya atau sentuhan pelan di tangan Camellia. suara Briana terdengar seperti kebenaran yang pahit namun masuk akal.
Air mata jatuh begitu saja dari sudut matanya yang tak mampu melihat dunia, tapi mampu merasakan luka yang tak bisa dilihat siapa pun.
"Aku juga ingin bisa melihat. Aku juga ingin tahu seperti apa wajah kalian. Aku ... aku tidak ingin terlahir cacat," isak Camellia dalam tangis yang tertahan.
Di kamar pribadinya, Briana berdiri di depan cermin, melepaskan sanggulnya perlahan. Rambutnya jatuh seperti aliran madu, matanya berkilat memantulkan cahaya lampu kamar. Ia menarikan tubuhnya penuh kesenangan saat berhasil membuat sepupunya jatuh ke jurang kesepian yang gelap.
Lucas Lorenzo. Pria yang sejak pertama kali dilihatnya telah menarik sesuatu dalam diri Briana, bukan hanya karena wajahnya yang rupawan atau caranya membawa diri seperti bangsawan, tapi karena sesuatu yang lebih menggoda yaitu kekuasaan, kemewahan, kemisteriusan yang membuat siapa pun ingin menaklukkan. Sikap angkuh dan dingin yang tidak pernah Briana dapatkan dari pria mana pun.
Dan saat ia mengetahui kebenaran dari penyelidikan diam-diam yang ia bayarkan sendiri, bahwa Lucas adalah pewaris sah Lorenzo Cooperation, perusahaan teknologi termasyhur di San Francisco dan dikenal bahkan hingga luar benua, detik itu juga Briana tahu ia tidak boleh membiarkan pria itu jatuh ke tangan Camellia.
"Kau bukan tandinganku, Camellia," ucap Briana sambil merapikan rambutnya dengan jari. "Kau hanya gadis buta yang terlalu naif. Lucas butuh seseorang yang sejajar dengannya. Bukan seseorang yang bahkan tak tahu kapan seseorang tersenyum atau berbohong."
Ia mendekati meja rias, membuka laci paling dalam, mengambil satu folder berisi salinan dokumen-dokumen hasil investigasi. Foto Lucas, laporan keuangan Lorenzo Corp, rekam jejak digital, semua sudah ada di tangannya.
Briana menatap foto Lucas yang sedang berdiri di sebuah konferensi internasional teknologi, mengenakan jas hitam dan sikap dinginnya yang karismatik. Membuat wanita itu semakin gila untuk mendapatkan Lucas.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee