Harap bijak dalam memilih bacaan.
Novel ini murni imajinasi author, bukan menceritakan kisah nyata.
Bergelimang harta nyatanya tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Seperti yang di alami oleh Jenifer Alexander, atau yang kerap di sapa Jeje.
Banyaknya harta membuat gadis berwajah cantik itu bisa membeli apapun yang dia inginkan. Namun sayangnya hidupnya hampa, hatinya kosong, dia tidak bahagia.
Kesibukan kedua orang tuanya pada perusahaan dan bisnis, membuat Jeje kesepian dan kurang perhatian, dia juga merasa jika kedua orang tuanya tidak peduli padanya. Hingga akhirnya Jeje memilih untuk mencari kebahagiaan diluar sana dengan cara yang salah.
Dia menjadikan dirinya sebagai sugar baby.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Siapa lagi,?
Antara mau dan tidak, aku berjalan menghampiri om Kenzo dengan langkah pelan. Pandangan mata om Kenzo membuat jantungku berdegub kencang. Aku tidak tau apa arti dari tatapan tajamnya. Tatapan tajam namun terlihat sangat dalam. Aku mencoba untuk menenangkan diri karna mulai gerogi. Terlebih pandangan mataku dan om Kenzo saling beradu.
Aku melepaskan tas dari punggungku, lalu meletakannya di ujung sofa. Jarakku dan om Kenzo semakin dekat. Om Kenzo mendongak untuk menatapku yang masih diam di tempat.
"Jangan berlaga nggak mau,,," Kata om Kenzo sembari menarik tanganku. Aku berteriak pelan sebelum akhirnya jatuh dipangkuan om Kenzo dengan posisi menyamping.
"Siapa yang nggak mau om. Aku heran aja, biasanya kan om Ken basa - basi dulu kalo baru ketemu. Nggak langsung minta,,,
Mulutku di bungkam oleh bibir lembut om Kenzo. Aku membeku, namun perlahan memejamkan mata dan menikmati ciuman om Kenzo yang terasa berbeda. Setiap ******* yang dilakukan oleh om Kenzo, mengalirkan gelayar luar biasa di hatiku. Gerakan yang lembut dan pelan namun begitu dalam saat menyesapnya.
Aku bisa merasakan jika om Kenzo sangat menikmati bibirku. Cukup lama aku diam tanpa membalas pagutan bibirnya, hingga akhirnya aku mulai hanyut saat tangan om Kenzo meraba seragam sekolahku tepat dibagian dada.
Aku memjamkan mata, membalas setiap luma**n dan hisapan yang diberikan oleh om Kenzo.
Dering ponsel milik om Kenzo yang berada di atas meja, mengakhiri pagutan bibir kami yang mulai memanas. Aku melirik sekilas pada layar benda pipih itu. Ada panggilan masuk dari kontak yang bernama Nadine. Aku langsung turun dari pangkuan om Kenzo, sebelum om Kenzo mengambil ponselnya. Aku duduk di sebelah om Kenzo, namun om Kenzo berdiri setelah mengambil ponselnya.
"Tunggu disini, jangan kemana - mana,,,"
Pesan om Kenzo padaku sebelum akhirnya dia masuk ke dalam.
Aku hanya bisa menatap punggungnya dengan perasaan yang tidak tenang. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan, seperti saat om Kenzo menyebut nama perempuan yang bernama Felicia.
Sekarang siapa lagi Nadine.? Ada hubungan apa om Kenzo dengan perempuan itu.? Kenapa dia harus masuk kedalam hanya sekedar untuk mengangkat telfon dari perempuan itu.?
Apa selain tunangan atau istri, om Kenzo juga mengoleksi sugar baby.? Mungkinkah bukan hanya aku saja yang jadi sugar baby nya? Jika benar seperti itu, mungkin aku salah menilai om Kenzo. Aku pikir om Kenzo mencari sugar baby karna dia juga butuh kesenangan dan kebahagiaan sepertiku. Tapi jika dugaan ku benar, berarti om Kenzo sama seperti sugar daddy lain yang hanya mempermainkan wanita.
Aku membuang nafas kasar, membuang sesak yang begitu terasa di dadaku. Aku cemburu lagi,,? Mungkin iya.!
Rasanya tidak rela jika harus ada banyak wanita yang dekat dan mendapat perhatian dari om Kenzo. Padahal aku tidak berhak memiliki perasaan cemburu padanya. Tapi aku terlalu egois dan serakah pada kebahagiaan yang baru saja aku dapatkan seumur hidupku.
Menepis semua pikiran yang terus berkecambuk dalam hatiku, aku memilih pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin. Hati dan pikiranku sudah mulai terasa panas, aku ingin mendinginkannya dengan minuman yang menyegarkan.
Saat aku kembali ke ruang tamu, om Kenzo sudah duduk bersandar di sana. Dia menatapku, aku tersenyum manis padanya seperti biasa. Tapi om Kenzo hanya diam, aku melihat om Kenzo seperti menahan kekesalan dari raut wajahnya.
"Minum dulu om,,," Aku memberikan minuman kaleng padanya lalu duduk di sebelahnya. Om Kenzo menerimanya, tapi tetap diam.
"Om Ken kenapa,,,? Ada masalah,,?" Tanyaku hati - hati. Om Kenzo menatapku setelah meneguk minumannya. Jantungku berdetak kencang, aku takut kalau salah bicara. Semoga saja om Kenzo tidak berfikir kalau aku ingin mencampuri urusan pribadinya.
"Ini masalahnya,,," Jawab om Kenzo sembari tersenyum dan mengacak - acak rambutku. Jawaban om Kenzo di luar dugaanku. Aku pikir om Kenzo akan marah, karna ekspresi wajahnya yang datar saat menatapku tadi.
"Jangan bercanda om,,, aku serius,," Kataku dengan nada sedikit manja. Aku nyaman - nyaman saja berbicara dengan nada seperti itu pada om Kenzo. Seperti saat aku bicara dengan kak Nicho.
"Anak kecil kaya kamu bisa serius,,?" Ledeknya.
Aku menghela nafas pelan, sepertinya om Kenzo sedang berusaha untuk menutupi apa yang dia rasakan saat ini. Om Kenzo berusaha untuk terus tersenyum saat bicara padaku, meskipun aku tau jika om Kenzo sedang kesal. Sebenarnya ada masalah apa om Kenzo dengan wanita bernama Nadine.? Sampai suasana hati om Kenzo berubah setelah mengangkat panggilan telfon darinya.
"Nggak usah ngeledek deh om. Aku tuh bukan anak kecil. Aku udah dewasa, bisa di ajak bicara serius, di ajak hubungan serius pun aku bisa,,," Jawabku lantang dengan nada bercanda di akhir kalimat.
"Tau apa kamu tentang hubungan serius,,,!" Sanggah om Kenzo meremeh. Entah kenapa aku merasa ucapan om Kenzo berasal dari hatinya. Dia sedikit menekankan kalimat yang bercampur nada kekesalan.
"Yaaa aku emang nggak tau sih om. Tapi kalau saling mencintai dan berkomitmen, bukannya itu hubungan yang serius,,?" Aku sedikit ragu dengan pendapatku, hingga balik bertanya pada om Kenzo.
"Berkomitmen belum tentu hubungannya serius. Tergantung seperti apa komitmennya."
Jelasnya datar. Aku jadi takut melihat perubahan ekspresi yang kembali terjadi pada om Kenzo.
"Om bener, aku nggak tau tentang hubungan serius. Buktinya nggak tau apa maksud om Ken,," Kataku santai.
"Kita mau ngobrol doang nih om,,?" Lanjutku lagi dengan nada menggoda. Aku ingin mengalihkan perhatian om Kenzo agar dia melupakan kekesalannya.
"Kamu lagi nantang,,,?" Serunya sembari menggeser duduk sampai menempel padaku.
Astaga,,!! Senjata makan tuan ternayata. Niat hati ingin pura - pura menggoda, om Kenzo malah membuat jantungku berpacu cepat.
"Si,,,siapa yang nantang. Aku kan cuma tanya doang om,,," Ujarku gugup dan menggeser dudukku karna om Kenzo semakin menempel.
"Jangan sok jual mahal kamu. Giliran udah disentuh malah keenakan,,," Ledeknya.
"Omm,,,,!!!" Aku memukul lengan om Kenzo. Malu sekali rasanya.
"Dasar bayi,,," Om Kenzo terkekeh geli dengan tangan yang mencubit gemas hidungku.
"Bayi gula om,,,,?" Kataku lalu menyengir kuda.
"Bayi koala,,," Seru om kenzo. Dengan gerakan cepat, om Kenzo berdiri dan langsung menggendongku didepan. Tangaku reflek di kalungkan pada leher om Kenzo karna takut jatuh. Om Kenzo sedang menjadikanku bayi koala yang berada di gendongan induknya.
"Ya ampun om,,! Bikin kaget aja,,!" Aku protes dengan menyebikkan bibir, walaupun dalam hati aku tersenyum senang. Senang karna berada didalam gendongan om Kenzo, bisa merasakan aroma parfum maskulin yang terasa menyegarkan.
Om Kenzo tersenyum kecil, dia berjalan menuju kamarnya sembil terus menggendongku. Bulu kudukku meremang, membayangkan om Kenzo akan kembali memberikan kenikmatan padaku.
Aku semakin mengeratkan tanganku dileher om Kenzo. Tanpa sadar sudut bibirku terangkat, membentuk senyum tertahan hingga menarik perhatian om Kenzo.
"Kenapa senyum - senyum,? Mikirin apa kamu,,?" Tanya om Kenzo, kami baru saja masuk kedalam kamarnya.
"Nggak mikirin apa - apa. Seneng aja di gendong sama om Ken,,," Jawabku jujur meski tidak aku utarakan semuanya.
"Jangan bohong kamu.!" Om Kenzo menoyor keningku dengan telunjuknya.
"Kamu itu masih kecil tapi otaknya mesum,,,"
Katanya lagi.
"Kan om sendiri yang ngajarin,," Jawabku santai.
"Loh,, mau kemana om,,?" Tanyaku karna om Kenzo tidak membawaku ke ranjang, melainkan terus melangkah hingga ke pintu balkon.
"Sore - sore gini enaknya duduk di balkon,," Sahutnya.
Astaga,,,!!! om Kenzo benar - benar mengaduk - aduk perasaanku. Aku pikir dia akan memberiku kenikmatan lagi. Hanya mau mengajakku duduk di balkon, om Kenzo sampai menggendongku segala. Ini sih sama saja PHP in orang.
...*****...
Jangan lupa juga untuk VOTE setiap hari SENIN.
Dukung juga novel baru othor di akun sebelumnya yah.
Nama akun : Ratna Wullandarrie