NovelToon NovelToon
My Suffering

My Suffering

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nidati

Penderitaan bisa dikatakan sebagai temannya. Tangis air mata tak pernah lupa untuk hadir. Perih dari luka yang tercipta selalu ia tahan. Namun, bagaimana jika ia harus menikah hanya untuk menggantikan posisi pengantin perempuan.

Elvira Pelita harus menggantikan posisi sang kakak dalam pernikahan, menjadi pengantin perempuan yang bersanding dengan pria yang seharusnya ia panggil kakak ipar.

Arkanio Althaf Zerion harus menikahi sang calon adik ipar karena calon istrinya melarikan diri. Ia selalu membenci pernikahannya karena bagi Arka, Vira penyebab perginya perempuan yang amat dicintainya.

"Jangan mendekat jangan sakiti aku, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bersalah." Vira was-was karena Arka semakin mendekat.

"Kau salah, kau bersalah!" teriak Arka tepat di muka Vira.

Bagaimana pernikahan yang dipenuhi kebencian itu akan berjalan dan bagaimana cara Vira menyakinkan Arka bahwa ia tidak bersalah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Kepastian

"Terima kasih sudah membantuku, tapi aku tidak punya uang untuk membayarmu."

"Itu berarti kau berhutang padaku."

"Hutang? Bagaimana caraku untuk melunasinya."

"Mudah saja, berjanjilah menikah denganku maka hutangmu akan aku anggap lunas."

"Tapi kita masih kecil."

"Saat kita dewasa kau harus menjadi pengantinku."

Sekelebat perbincangan di masa lalu kembali tercuat kepermukaan. Rekaman adegan yang sudah bertahun-tahun berlalu kini menghampiri. Kenangan indah yang tak pernah dilupakan. Arka, pria yang terbaring koma itu mulai menunjukkan perubahan. Jari tangannya bergerak begitu pula pada bola mata yang masih tertutup. Arka mengerutkan dahi sebelum akhirnya matanya mulai terbuka. Ia meringis merasakan sakit yang luar biasa dibagian bahu.

"Pak Arka sudah sadar? Jangan banyak bergerak dulu, Pak."

Suster menekan tombol di samping ranjang. Mengecek infus dan denyut nadi Arka. Dokter datang tak lama kemudian. Arka kembali memejamkan mata saat dokter melakukan pemeriksaan. Seluruh tubuhnya mati rasa belum lagi rasa sakit yang mendera. Arka teringat akan alasan dirinya bisa di rumah sakit.

"Pak Arka, Anda bisa mendengar saya." Dokter berucap di dekat telinga Arka yang dibalas anggukan lemah dari sang pasien.

"Anda harus dioperasi pada bagian bahu karena cidera yang cukup parah. Anda juga sempat dinyatakan koma, tapi puji syukur sekarang Anda sudah baik-baik saja." Arka hanya mendengarkan apa yang dokter katakan.

"Suster, tolong kabari keluarga pasien."

Arka terlalu lemas untuk menanggapi perkataan dokter dan ia pun kembali tertidur, sedangkan dokter masih melakukan serangkaian pemeriksaan.

Matahari yang sudah meninggi tak menyurutkan Vira mengendarai motor menuju rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang setelah diberitahu pihak rumah sakit jika Arka sudah sadar. Ini sungguh di luar prediksi dokter, tapi terlepas dari itu semua Vira cukup senang.

Vira berlari memasuki rumah sakit melewati lorong yang terdapat banyak orang. Senyum bahagia tak luntur dari bibirnya. Vira menunduk meminta maaf saat tak sengaja menabrak seseorang. Vira menggunakan lift untuk sampai pada ruangan Arka yang terdapat pada lantai lima.

"Bagaimana kondisi suami saya, Sus?" tanya Vira.

"Semua baik-baik saja, Bu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Vira menghela nafas lega. Ia segera masuk untuk melihat Arka. Namun, ia harus sedikit kecewa karena Arka sedang tertidur dengan nyenyak. Melangkah pelan mendekati Arka, memperhatikan pria yang lebih dari seminggu koma.

"Waktuku untuk menunggu sudah menipis. Tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Semua akan berakhir dan aku akan terbebas. Arka juga dapat kembali dengan Kak Arleta," batin Vira tersenyum pedih.

Ia mundur beberapa langkah menjaga jarak dari Arka. Vira sudah memikirkan semuanya semenjak Arka koma. Ia tidak boleh egois dengan merebut yang menjadi milik Arleta. Perkataan Arka benar jika dirinya hanya pengganti sementara dan setelah pemilik asli kembali maka ia harus pergi. Meskipun keluarga Zerion menerimanya, tapi jika Arka tidak menerimanya untuk apa. Lebih baik ia mengakhirinya saja.

"Halo, Pak. Ini saya Vira mau izin tidak masuk kelas. Suami saya barusaja siuman dan tidak ada yang menjaga."

"Baik, Pak. Terima kasih." Vira menutup penggilan.

Belum ada yang mengetahui jika Arka sudah bangun dan Vira ingin membicarakan masalah pribadi mereka hanya berdua tanpa gangguan dari siapapun, tapi tergantung kondisi Arka memungkinkan atau tidak untuk membicarakan hal tersebut.

Vira meluruskan punggung pada sofa, memperhatikan Arka tanpa berkedip. Menghela nafas kasar, ia gugup bahkan lebih gugup dari pada menunggu sidang skripsi. Melirik sebentar pada jam dinding, kemudian kembali memperhatikan Arka.

Dalam hati ia hanya bisa menduga-duga berapa jam lagi untuk menunggu Arka bangun.

Vira memainkan ponsel, melihat sekilas informasi dari sebuah artikel yang ia ikuti. Vira menguap merasakan kantuk yang mulai menyerang. Mematikan ponsel Vira pun menutup mata menjemput akan bawah sadarnya.

Sunyi adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang tercipta. Suara jarum jam yang berbaur dengan suara alat Elektrokardiogram menjadi pengisi dalam kesunyian. Beberapa jam berlalu dan mereka masih dalam posisi yang sama. Tertidur pulas dengan nafas yang teratur. Arka terbangun karena merasa haus.

Hal pertama yang ia lihat adalah seorang wanita yang memejamkan mata dengan posisi duduk. Vira, itulah yang Arka gumamkan. Pria itu tidak menanggapi, ia lebih fokus pada gelas berisi air yang berasa di sebelah kanan. Arka kesulitan menggapai gelas karena tangan kirinya terdapat jarum infus dan tidak mungkin ia menggunakan tangan kanannya yang masih terasa sakit.

Sedikit lagi, Arka hampir menyentuh gelas. Namun, semua terbalik karena gelas itu terjatuh dan pecah membasahi lantai. Suasana berisik itu memasuki gendang telinga Vira yang terlelap. Perempuan itu bangun dan cukup terkejut melihat Arka yang sudah bangun. Vira berdiri dan menghampiri Arka.

"Apa kau haus? Sebentar akan aku ambilkan air." Vira melangkah ke sudut ruangan untuk mengambilkan air.

"Minumlah." Vira menjulurkan gelas berisi air dan membantu Arka untuk meminumnya. Menyanggah kepala bagian belakang Arka agar pria itu mudah untuk minum.

Kondisi Arka tidak memungkinkan untuk menolak sehingga ia terpaksa menerima bantuan Vira. Selesai menyegarkan tenggorokan yang sangat kering Arka merasa sangat lega. Vira beralih membersihkan lantai yang berserakan pecahan gelas. Membuangnya ke tempat sampah. Vira kembali mendekati Arka yang sedang meringis kesakitan.

"Apakah sangat sakit? Mau aku panggilkan dokter untuk memberi obat pereda sakit?" Arka menggeleng sebagai jawaban.

Melihat Arka kesakitan membuat Vira tidak tega, tapi tidak ada yang bisa Vira perbuat selain menunggu Arka membaik. Selang beberapa menit Arka terlihat sudah bisa mengontrol rasa sakitnya. Pria itu menatap Vira dengan tatapan yang tak terbaca.

"Kenapa, katakan saja jika kamu merasa tidak nyaman."

"Kau yang membuatku tak nyaman." Suara serak milik Arka menggema ditelinga Vira. Ia terlalu berharap Arka akan sedikit berubah setelah mengalami kecelakaan, tapi ternyata ia salah sikap dan sifatnya masih sama tidak ada yang berubah sedikitpun.

Tubuh yang masih sangat lemas membuat Arka tidak bisa memforsir tubuhnya, belum lagi kepalanya yang terasa sangat sakit ketika memaksakan diri untuk berbicara panjang.

"Istirahat saja lagi, lebih baik untukmu," ucap Vira.

Vira harus menunggu saat yang tepat untuk membicarakannya pada Arka karena saat ini tidak memungkinkan baginya mengatakan hal yang akan mempengaruhi kondisi Arka.

"Pergi." Satu kata yang dilontarkan Arka sungguh menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Arka memberikan tatapan tajam pada Vira agar gadis itu mengikuti apa yang ia ucapkan tadi. Melihat Vira sama saja melihat Arleta dalam diri Vira karena keduanya memiliki darah yang sama yang mengalir di tubuh mereka. Mengingatkan Arka akan pengkhianatan yang telah Arleta lakukan padanya.

***

Happy reading

Ini up malam loh. Hayo siapa yang belum tidur. Nih aku kasih pengantar tidur buat kalian.

Salam sayang dari aku.

1
Lucky Ludjainatun
harusnya dokternya bilang ke ortu klo tejadi kekerasan sexual
Lucky Ludjainatun
bukan manusia tp IBLIS
Lucky Ludjainatun
kasihan Vira
kalea rizuky
ngelunjak ne lama2 vira
Lady Slipper Astriani Indah Yulianti
Luar biasa
kalea rizuky
vira terlalu murahan bodog tolol
kalea rizuky
arleta egois anjing
Nasiati
keren
Nasiati
egois banget
Nasiati
kasihan vira dikira suaminy
Renesme
Bagus
Ati Husniati
Hadeeeuuuhh malas baca cerita yg tokohnya bodoh maksimal..
Orang berpendidikan kok mau2nya di aniaya sama ayah dan suaminya..gk masuk akal..
Ceritanya terlalu lebay..
Ati Husniati
Aku marah sama laki2 yg tdk bisa menghargai perempuan..
Thor coba bikin tokoh perempuan yg kuat dan punya harga diri
Ati Husniati
Thor aku miris baca cerita yg tokoh perempuan nya tdk di hargai bahkan di lecehkan sama suaminya..
Vira kamu jgn bodoh pergi dari rmh itu..kamu seorang pendidik harusnya tegas dan punya sikap..
Ati Husniati
Hadeeeuuhh vira udah jadi korban ketidak adilan ayahnya malah dapetin pernikahan yg menyebalkan termasuk suaminya jahat bangeet..
thor viranya harus di bikin tegas dan punya sikap dong..
Renesme
Duuhhh gemes dengan authornya. Pengen diuwel2 deh 😁😅
Jue
Rupanya cuka itu rasanya asam Arka .../Joyful/
Azahra Atika
ko q jdi mewek
Nur Janah
Luar biasa
della Aprillya
gila ini seruu bangett walau arka nya sadis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!