"Kenapa kau suka sekali ikut campur dengan urusan pribadiku?"
"Karena aku sedang mencari celah untuk mendekatimu dan merebut dirimu dari suamimu yang brengsek itu," jawab Hansel blak-blakan.
Jatuh cinta pada seorang gadis bukanlah hal yang memalukan. Tapi bagaimana jika ternyata kau jatuh cinta pada seorang wanita yang berstatus sebagai istri dari pria lain?
Hal inilah yang dirasakan oleh seorang Hansel Abraham. Hansel jatuh cinta pada Hanni, perawat pribadinya yang saat ini menyandang status sebagai istri dari Raymond Damara.
Langkah apa yang akhirnya akan diambil oleh seorang Hansel Abraham?
Apakah Hansel akan merelakan Hanni tetap bersama Raymond?
Atau Hansel akan menggunakan segala cara untuk merebut Hanni dari pelukan Raymond?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GILA HORMAT
"Aku peringatkan sekali lagi, untuk menjauhkan semua bodyguard bodohmu itu dari sekelilingku!"
"Aku bukan anak kecil yang harus diawasi atau dikawal kemanapun!"
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jadi tidak perlu sok-sokan ikut campur!"
Hanni dan Hansel baru tiba dirumah, saat Viola sedang marah-marah pada Alex di ruang tamu.
"Kau itu bukan siapa-siapa di keluarga ini! Jadi jangan berharap kau akan bisa mengatur-atur hidupku!" Pungkas Viola seraya menuding ke arah Alex.
Gadis itu segera meninggalkan ruang tamu dengan cepat saat melihat kedatangan Hanni dan Hansel.
Alex berulang kali mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa kau hanya bergeming seperti orang bodoh begitu, saat Viola memarahimu?" Tegur Hansel yang kini tersenyum mengejek ke arah Alex.
"Dia bossnya disini. Aku bisa apa memangnya?" Jawab Alex tersenyum kecut.
"Lagipula, Viola benar. Aku bukan siapa-siapa di keluarga ini," imbuh Alex lagi yang kali ini ganti terkekeh.
Hansel tersenyum simpul,
"Tetap awasi gadis itu dengan ketat!" Ujar Hansel memberi perintah pada Alex.
"Aku usahakan," Alex terlihat ragu.
"Viola akan berangkat ke Lombok sore ini," imbuh Alex lagi seraya menyugar rambutnya dengan kasar.
"Apa susahnya mengawasi seorang gadis keras kepala? Bukankah kau punya banyak anak buah?" Sergah Hansel tidak mau tahu.
"Tidak akan susah jika gadis itu tidak terlalu peduli. Semua bodyguard sudah menjaga jarak, tapi Viola tetap merasa risih. Ada apa sebenarnya dengan adikmu itu?" Timpal Alex sedikit kesal.
"Mungkin sebaiknya kau yang turun langsung dan menjadi bodyguard untuk Viola," gumam Hansel seraya terkekeh.
Tuan muda itu menjalankan kursi rodanya dan meninggalkan Alex.
Hanni yang sedari tadi masih berdiri di belakang Hansel segera membantu mendorong kursi roda Hansel tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Dan Viola akan langsung menghajarku jika aku membuntutinya," timpal Alex masih kesal.
"Bagaimana perkembangan terapimu? Apa kau masih belum lepas dari kursi roda sialan itu?" Tanya Alex yang kini mengikuti Hansel dan Hanni.
"Aku tidak akan duduk di atas sini, jika memang aku sudah bisa memakai kedua kakiku untuk berjalan," jawab Hansel sedikit kesal.
"Lalu kenapa kau memecat Jevon? Siapa yang akan membantu terapimu saat dirumah?" Tanya Alex lagi seraya membukakan pintu kamar Hansel.
Hanni mendorong masuk kursi roda Hansel ke kamar.
"Abi sudah mengajari Hanni apa yang biasa dilakukan Jevon kepadaku setiap pagi. Jadi aku tidak butuh lagi jasa adikmu yang menyebalkan itu," sahut Hansel cepat.
Alex menatap ke arah Hanni.
"Benar itu, Hanni?" tanya Alex memastikan.
Hanni mengangguk dengan cepat,
"Iya benar. Dan aku rasa aku bisa melakukannya," jawab Hanni bersungguh-sungguh.
"Jangan hanya merasa bisa melakukannya. Kau memang harus bisa melakukannya. Agar kau tidak hanya makan gaji buta," timpal Hansel ketus.
Hanni hanya memanyunkan bibirnya.
Dasar tuan muda cerewet!
"Kau ingin menemui ibumu? Aku ada jadwal ke kotamu minggu depan," Alex bertanya pada Hanni.
"Benarkah?" Hanni terlihat antusias.
Namun sedetik kemudian, tatapan membunuh dari Hansel membuat rasa antusias Hanni menguap pergi.
Tuan muda pemarah ini pasti tidak akan memberikan izin untuk Hanni.
"Memangnya kau akan pergi berapa hari?" Tanya Hansel menatap serius pada Alex.
"Mungkin dua sampai tiga hari,"
"Pesankan tiket sekalian untuk Hanni!" Ucap Hansel seraya menjalankan kursi rodanya ke arah meja kerja.
"Kau memberiku izin, Hans?" Ucap Hanni tak percaya.
Netra wanita itu kini berbinar senang.
"Hanya dua puluh empat jam. Kau akan kembali kesini keesokan paginya," jawab Hansel yang hanya menoleh sejenak pada Hanni. Pria itu kembali menghadap ke laptop dan segera menyalakannya.
"Astaga! Cuti macam apa ini? Hanya dua puluh empat jam?"
"Tidak masalah, Hanni. Yang terpenting kau akan bisa bertemu dengan ibumu." batin Hanni merasa dongkol.
Namun Hanni tetap berusaha berpikir positif.
Karena jika Hanni melayangkan protes, bukan tak mungkin tuan muda sialan ini malah akan mencabut izin cuti yang ia berikan pada Hanni.
"Kau tidak ingin menjilatku sekarang?" Sindir Hansel pada Hanni yang hanya diam bergeming.
Hanni masih menggerutu dalam hati.
"Terima kasih, Tuan Hansel yang terhormat. Atas kemurahan hati anda dan izin cuti yang sudah anda berikan," ucap Hanni kembali dengan ekspresi wajah lebay.
Menjilat tuan muda pemarah ini mungkin akan menjadi hobi Hanni beberapa bulan kedepan. Dasar tuan muda gila hormat!
"Kau lihat itu, Al? Sahabatmu ini sangat suka menjilat dan mencari muka di hadapanku," Ucap Hansel dengan nada mengejek.
Alex terkekeh,
"Kau yakin, bukan dirimu itu yang gila hormat?" Ujar Alex seolah sedang membela Hanni.
Hansel mendengus dan pura-pura tak mendengar ucapan Alex barusan.
"Perlu kuhubungi Jevon, agar dia menggantikan tugas Hanni minggu depan?" Tawar Alex pada Hansel.
"Ya. Tapi katakan pada Jevon untuk meninggalkan sikap menyebalkannya itu di luar sana sebelum dia datang kesini," sahut Hansel ketus.
Alex tergelak.
"Kau sebenarnya sedang ada masalah apa dengan Jevon, Hans?" Tanya Alex penasaran.
"Tidak ada. Aku sejak dulu memang tidak suka dengan sikap menyebalkan dari adik kesayanganmu itu," jawab Hansel dengan nada malas.
"Hanni!" Hansel memanggil Hanni yang hanya mematung sedari tadi.
"Ada apa?" Tanya Hanni yang kini mendekat ke arah Hansel.
"Apa kau amnesia? Ini sudah jam berapa? Dimana makan siangku?" Cecar Hansel emosi.
Astaga!
Hanni menepuk dahinya sendiri.
"Jangan hanya bersikap seperti orang bodoh. Cepat bawakan makan siangku!" Ulang Hansel sekali lagi.
Hanni bergegas keluar dari kamar tuan muda tersebut dan berlalu menuju ke arah dapur.
Sebaiknya Hanni cepat-cepat membawakan makan siang tuan Hansel yang terhormat, sebelum bossnya itu kembali mencak-mencak.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir hari ini.
Jangan lupa like dan komen.