PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIRTHDAY GAVIN
Catelyn memaafkan Isabella, namun ia tidak melupakan perbuatannya. Ia berharap Isabella bisa belajar dari kesalahannya dan tidak lagi melakukan hal yang sama di kemudian hari.
Enam bulan berlalu sejak pernikahan Ghavi dan Catelyn. Kehidupan mereka semakin bahagia dan harmonis. Suatu pagi, Catelyn merasakan gejala mual dan pusing kepala. Ia merasa curiga dan memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter memberikan kabar yang sangat menggembirakan. Catelyn dinyatakan hamil anak kedua.
Catelyn sangat bahagia mendengar kabar itu. Ia segera memberitahu Ghavi tentang kehamilannya. "Sayang, aku hamil !" ucap Catelyn dengan mata berbinar-binar. Ghavi terkejut mendengar ucapan Catelyn. Ia tidak percaya bahwa ia akan menjadi ayah lagi. Ia memeluk Catelyn erat-erat dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah kabar terbaik yang pernah aku dengar. Aku sangat bahagia, sayang. Aku akan menjadi Daddy lagi !" ucap Ghavi dengan senyum lebar.
Ghavi sangat bahagia dan bersemangat menyambut kelahiran anak kedua mereka. Ia berjanji akan menjadi ayah yang baik dan selalu memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Namun, kehamilan Catelyn kali ini membawa tantangan tersendiri bagi Ghavi. Alih-alih Catelyn, justru Ghavi yang mengalami morning sickness yang parah. Ia mual-mual hebat, pusing, dan kehilangan nafsu makan. "Aduh, Sayang, aku nggak kuat. Perutku rasanya diaduk-aduk" keluh Ghavi, memegangi perutnya. Catelyn tertawa melihat Ghavi yang tampak lemas. "Kasihan deh. Biasanya aku yang begini, sekarang malah kamu yang kena" ledek Catelyn. "Ini nggak lucu, Sayang. Aku beneran tersiksa" rengek Ghavi. "Iya, iya, aku tahu. Sini aku pijitin. Kamu istirahat aja, biar aku yang urus Gavin" kata Catelyn, memijat tengkuk Ghavi dengan lembut. "Makasih, Sayang. Kamu memang istri terbaik" ucap Ghavi, mencium tangan Catelyn.
Waktu terus berlalu. Gavin semakin tumbuh besar dan pintar. Sebentar lagi, ia akan berulang tahun yang ke-3. Catelyn memutuskan untuk merayakan ulang tahun Gavin di Bali. "Sayang, aku dan Gavin mau pulang ke Bali dulu ya. Aku mau siapin semuanya untuk ulang tahun Gavin" kata Catelyn, saat mereka sedang makan malam. "Lho, kenapa mendadak ? Aku kan pengen ikut" jawab Ghavi, kecewa. "Kamu kan lagi sibuk, Sayang. Nggak mungkin ninggalin kerjaan. Nanti kalau udah selesai, kamu nyusul ya" kata Catelyn, membujuk. "Oke aku segera menyusul. Sekalian cek rumah kita yang baru, sayang. Kira-kira apa ada yang kurang lagi ?" tanya Ghavi, memastikan. "Iya, nanti aku sama papa ngecek ke sana. Aku dan Gavin tunggu kamu di Bali" jawab Catelyn, tersenyum.
Beberapa hari kemudian, Catelyn, Gavin dan Mbak Yuni tiba di Bali. Mereka disambut hangat oleh Nini dan Kakek Gavin. Catelyn mulai sibuk dengan pekerjaan nya di butik, restoran dan hotel. Ia juga mempersiapkan pesta ulang tahun Gavin di rumah baru mereka di Jimbaran, hadiah pernikahan dari Ghavi yang akhirnya selesai dibangun. Rumah itu sangat indah, dengan desain modern minimalis dan pemandangan laut yang menakjubkan.
"Gavin suka rumahnya !" seru Gavin, berlarian di dalam rumah. "Iya, Sayang. Ini rumah kita. Nanti kita tinggal di sini sama Daddy," jawab Catelyn, tersenyum. "When Daddy come home ?" tanya Gavin, polos dengan suara cadelnya. "Sebentar lagi Daddy datang. Kita tunggu ya" jawab Catelyn, memeluk Gavin erat. Ghavi akhirnya bisa menyusul Catelyn dan Gavin ke Bali setelah pekerjaannya selesai. Ia sangat senang bisa bertemu dengan anak dan istrinya. "Sayang, aku kangen banget sama kalian" kata Ghavi, memeluk Catelyn dan Gavin erat-erat. "We Miss you Dad !" jawab Gavin, mencium pipi Ghavi. "Gimana rumahnya ? Kamu suka ?" tanya Ghavi, menatap Catelyn dengan penuh cinta. "Aku suka banget, Sayang. Rumah ini indah banget. Makasih ya" jawab Catelyn, memeluk Ghavi erat.
Tibalah hari ulang tahun Gavin. Catelyn mengundang seluruh teman-teman pre school Gavin beserta orang tua mereka. Pesta ulang tahun Gavin sangat meriah. Anak-anak bermain dengan gembira, sementara para orang tua saling mengobrol. Namun, Catelyn merasa tidak nyaman karena beberapa ibu-ibu mulai berbisik-bisik tentang dirinya. Ia tahu, mereka selalu menggosipkan dirinya karena tidak pernah melihat suaminya. "Eh, itu Catelyn kan ? Kok suaminya nggak pernah kelihatan ya ?" bisik seorang ibu. "Iya, jangan-jangan bener ya dia nggak punya suami" timpal ibu yang lain. "Atau mungkin suaminya malu punya istri kayak dia" sahut ibu yang ketiga.
Catelyn berusaha untuk tidak menghiraukan bisikan-bisikan itu. Ia fokus untuk menemani Gavin bermain. Tiba-tiba, Ghavi datang menghampiri Catelyn dan Gavin. "Sayang, maaf aku telat. Tadi meeting benar-benar nggak bisa ditinggal," kata Ghavi, mencium pipi Catelyn dan mengacak rambut Gavin dengan sayang. Seketika, semua mata tertuju pada Ghavi. Para ibu-ibu sosialita yang tadi berbisik-bisik terdiam, terpana melihat ketampanan dan kharisma Ghavi. "Daddy !" seru Gavin, kegirangan dan langsung memeluk kaki Ghavi. Ghavi tersenyum lebar dan mengangkat Gavin ke dalam gendongannya. "Hai, jagoan Daddy ! Senang nggak ulang tahunnya ?" tanya Ghavi, mencium pipi Gavin. "Senang banget, Dad ! Banyak teman-teman di sini" jawab Gavin, menunjuk teman-temannya yang sedang bermain. Ghavi kemudian menoleh ke arah Catelyn dan mengedipkan mata. "Aku mau nyapa orang tua teman-teman Gavin dulu ya" kata Ghavi. Ghavi berjalan menghampiri beberapa orang tua yang sedang berdiri berkelompok. Ia tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya. "Selamat siang, Bapak-bapak, Ibu-ibu. Saya Ghavi, ayahnya Gavin" kata Ghavi, memperkenalkan diri.
Beberapa orang tua tampak terkejut dan gugup. Mereka tidak menyangka bahwa suami Catelyn adalah seorang pria yang tampan dan berwibawa. "Hai Ghavi, nice to see you again ?" tanya papanya Jodie yang orang Australia, menjabat tangan Ghavi. "Wah akhir bos satu ini bisa tinggal di Bali juga" kata papanya Sella, ikut menjabat tangan Ghavi. "Hai bro, apa kabar ?" timpal Daddy dari Marcus. Ghavi tersenyum lebar. "I'm good bro. Wah ... Makasih sudah datang loh" kata Ghavi. Keempat pria itu tertawa dan mulai mengobrol akrab. Mereka membahas tentang pekerjaan, keluarga, dan perkembangan anak-anak mereka.
Para ibu-ibu sosialita yang menyaksikan pemandangan itu merasa malu dan menyesal. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah salah menilai Catelyn. "Ternyata Catelyn punya suami yang sukses dan perhatian" bisik seorang ibu kepada temannya. "Iya, kita selama ini sudah salah sangka. Kita harus minta maaf sama Catelyn," jawab temannya, menyesal.
Sementara itu, Gavin asyik bermain dengan teman-temannya di arena bermain yang telah disiapkan oleh Mommy nya. Balon-balon berwarna-warni beterbangan di udara, menambah keceriaan suasana pesta. Belum lagi area kolam renang sudah dipenuhi dengan air mancur dan buih-buih yang menambah keceriaan anak-anak. Catelyn bahagia karena ini tahun pertama bagi Gavin berulang tahun di temani Daddy nya.
***