NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Hari berikutnya

Ana selalu bangun subuh.  

Dulu ia yang harus menyapu dan mengepel rumah setiap pagi sebelum ia berangkat ke sekolah. Juga mencuci piring bekas makan malam yang ditinggalkan mamanya.

Mamanya sudah selalu kecapekan karena seharian harus berkeliling mengurus hutang kredit pakaian-pakaian jadi, tas dan sepatu. Dari situlah Ana dan mamanya menyambung hidup tiap harinya ketika Ana belum bekerja.

Karena selalu bangun subuh bahkan sebelum subuh, maka saat ini pun Ana sudah mulai terjaga dari tidurnya.

Badannya yang lelah kemarin sudah kembali segar.

Badan lelah?

Kemarin?

Ana membuka matanya. 

Lampu tidur yang menyala temaram adalah objek pertama yang masuk indra penglihatannya.

Tentu saja ia tidur di hotel, di Tanjung Pinang. Sedetik kemudian kesadarannya kembali 100%.

Hpnya terletak di meja dalam keadaan masih isi daya. 

Jam berapa sekarang? Ia harus melihat hpnya untuk tahu.

Ana pelan-pelan beringsut untuk turun dari tempat tidur untuk melihat jam di hpnya.

Aris mendengkur pelan dalam tidurnya.

Ana cepat-cepat menghampiri hpnya. Pukul 3.57.

Ya, biasanya memang ia bangun jam segitu ketika masih di Jogja. Banyak yang bisa Ana kerjakan ketika masih di Jogja.

Tapi sekarang? 

Di hotel dengan kamar ukuran deluxe ini. 

Dia harus ngapain bangun pada jam segini.

Aris bergerak merubah posisi tidurnya. Selimutnya tersingkap dan tubuh atasnya yang polos terpampang cukup jelas dengan cahaya lampu tidur.

Ooo my God!!

Dada Ana langsung berpacu cepat.

Aduh, aduh. Wow..

Wow, seksi sekali!

Oh my God!!

Ana blingsatan sendiri. 

Untunglah ia berhasil menguasai kewarasannya sendiri dengan cepat, sehingga tidak menimbulkan keributan. 

Keributan yang bisa membuat Aris terbangun.

Kalau sampai Aris terbangun, nanti dia yang akan malu sendiri.

Kenapa malu?

Ya, karena dia adalah wanita kuper yang konservatif. 

Malulah dia kalau ketahuan bahwa di balik sikapnya yang pendiam dan sopan, ternyata diam-diam dia cewek yang gampang ‘horny’?

Ana menjambak rambutnya sendiri. Pikirannya melantur lagi.

Dia juga malu terhadap dirinya sendiri.

Tapi….

Mumpung Aris tidur, boleh kan kalau dia memperhatikan diam-diam?

Cukup aman, kan?

Dia itu wanita dewasa lho. Sudah 22 tahun.

Belum pernah pacaran. Dia juga suka  melihat lelaki tampan, yang sixpack, yang masih muda.

Lelaki seperti artis K-Pop, drakor, drama China yang sering Ana lihat di hp.

Tapi sekarang ini, lelaki semacam itu ada di depan mata. 

3D. Nyata.

Laki-laki muda yang tampan, terpampang dadanya, juga sedikit perut ratanya. 

Aman dan juga gratis, tis.

Tidak mau kehilangan kesempatan, Ana pun segera bergerak mendekati Aris yang sedang tertidur. Ia bergerak dengan sangat senyap, bahkan nafasnya sedikit agak direm agar sebisa mungkin tidak menimbulkan suara sama sekali.

Ana memperhatikan wajah tampan Aris dengan gemas. Wajah Aris seperti bayi, sangat imut dengan mulut sedikit terbuka. Gemas sekali.

Tatapan mata Ana turun ke dada dan perut Aris. Kulitnya coklat muda dan sangat mulus, belum lagi otot-otot biceps yang tetap bisa terlihat walau Aris dalam keadaan tidur dan rileks.

Aduh, kepingin sekali dia menyentuhnya. Siapa bilang cuma wanita saja yang boleh dibilang seksi. Pria juga bisa.

Ampun, maki Ana lagi di dalam hati. Kenapa dia ingin sekali ya, menyentuh kulit Aris. Ingin tahu seperti apa rasanya.

Tiba-tiba Aris bergerak, walau matanya masih terpejam.

Sontak Ana meloncat mundur. Secepat kilat Ana langsung duduk di kursi satu-satunya di dalam kamar, menyambar hpnya dan mulai scrolling-scrolling wa-nya.

Terdengar suara parau Aris khas orang baru bangun tidur. “Ana sudah bangun ya. Jam berapa ini?”

“Jam 4.30 Mas. Aku sudah terbiasa bangun pagi Mas. Jadi tak bisa tidur lagi,” jawab Ana, yang untungnya berhasil bersuara wajar dan sangat normal.

Aris terduduk sambil mengejapkan matanya berkali-kali. Posisi duduknya membuat dadanya terekspos. Aris sadar lalu menarik selimut ke atas menutupi dadanya.

“Aku cuma bawa baju sedikit. Makanya aku berusaha menghemat pakaian yang bersih. Maaf,  kalau tidur aku jadi tidak pakai baju.”

Aris meminta maaf dengan sopan.

“Tidak apa, Mas,” jawab Ana juga sopan. 

“Ana, aku tidur lagi, boleh ya. Aku masih ngantuk banget.”

“Boleh banget. Jangan kuatir kan aku.”

Aris melanjutkan tidurnya. Selimut ditarik ke atas sampai batas lehernya.

Ana mengeluarkan pakaian dan handuk kemudian masuk ke kamar mandi.

Ana menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi, karena selain mandi dan berpakaian, ia juga sekalian merapikan wajah dan rambutnya. 

Jadi ketika Ana membuka pintu kamar mandi dan keluar, ia sudah cantik dan siap menghadapi hari yang menggairahkan di Tanjung Pinang.

Aris sudah duduk di kursi dan mengenakan kaos oblong putihnya. Ia sedang menyantap sarapan pagi di meja.

Sepiring nasi lemak yang masih utuh dan dua cangkir teh berada di atas  meja. Pasti petugas hotel sudah mengirim sarapan saat Ana masih di kamar mandi.

Aris meminum tehnya sampai habis.

“Ganti aku yang mandi, Ana sarapan dulu.”

Ana sedang memasukkan sesuap nasi lemak ke mulutnya ketika Hendra melakukan video call kepadanya.

“Hai, pagi Hendra.”

//Sudah sarapan ya//

“Iya sudah. Ternyata pihak hotel menyediakan. Oya, Hendra mau ambil ferry jam berapa nanti? Kita bisa ketemu lagi nggak ya?”

//Ana, ingin lihat apa di Tanjung Pinang. Itu tergantung Ana mau ke mana. Jika tempatnya tidak terlalu jauh dari pelabuhan dan keburu buat aku untuk ambil ferry, ya bisa ikut//

“Menurut Hendra, tempat wisata mana itu yang masuk kriteria Hendra. Maksudku agar Hendra juga tetap bisa ikut.”

Hendra terdiam sebentar. 

//Mungkin Pulau Penyengat ya, karena letaknya tak jauh dari hotel dan pelabuhan. Di situ terdapat pusat kebudayaan Melayu kuno. Perjalanan PP ke Pulau Penyengat hanya 1 jam saja. Ditambah berapa lama kita di pulau. Jadi pasti cukup waktunya//

“Oh oke kita ke sana saja,” putus Ana langsung. “Hendra bisa mulai jalan ke sini.”

//Aku mandi dan makan dulu ya. Habis itu otewe ke sana//

Sambungan telepon berakhir hampir bersamaan dengan keluarnya Aris dari kamar mandi.

Hanya memakai kaos oblongnya yang putih, kaos yang sama ia kenakan kemarin malam sehabis mandi. Dan…

Di bawahnya, Aris tidak memakai apa-apa.

Haduh, keluh Ana dalam hati. Apa semua pria di tanah Melayu ini senang tebar pesona dengan tubuh-tubuh seksi yang menggoda iman begini ya?

Sambil tersenyum-senyum konyol Aris berkata, “Masih pakai celana yang kemarin…. Irit baju bersih.”

Bersamaan dengan itu ia menyambar celana jeans yang sudah seharian dipakai kemarin, dicium-cium sebentar sebelum dipakainya.

Ana terbengong-bengong saja melihat ulah sang manajer yang baru selesai mandi itu.

“Mas Aris bawa baju ganti berapa sih?” tanya Ana akhirnya.

“Celana panjang satu, celana pendek satu dan empat kaos. Daleman selalu ganti sih setiap mandi.” Aris mengangkat bahunya sambil terus senyum-senyum. “Kalau bepergian harus begitu Ana. Bawa sesedikit mungkin tanpa mengabaikan kebersihan. Kalau bolak-balik ganti baju, nanti beban bawaan kita jadi berat.”

“Understand,” jawab Ana sambil manggut-manggut.

Aris tertawa geli mendengar tanggapan Ana. “Aku dengar tadi Ana telpon. Sama siapa?”

“Hendra,” jawab Ana langsung. “Kita ke Pulau Penyengat saja ya hari ini, agar Hendra bisa ikut jalan bareng sebelum ia balik ke Batam.”

Kini Aris duduk di tepi tempat tidur.

“Ke Penyengat? Ana pengin ke sana?”

“Ya, sebetulnya aku pun tak tahu banyak apa yang bagus untuk dilihat di Tanjung Pinang ini. Menurut Hendra sih karena Pulau Penyengat cukup dekat dari sini dan tidak akan menyebabkan dia ketinggalan ferry, ya okelah kita ke sana.”

Aris terdiam saja. Dia tampak berpikir.

“Kok diam saja? Ada apa?” Ana jadi overthinking melihat Aris tidak menanggapi.

“Ana masih ingin jalan-jalan bareng Hendra ya?”

Ana menjadi sedikit waspada karena mood Aris terlihat agak berubah. 

“Ya, sebetulnya kan memang aku dan Hendra sudah lama membicarakan hal-hal menarik untuk dilihat dan dikunjungi. Kami sudah bikin rencana berdua. Tapi last minute, kan berubah jadwal kerja Hendra…”

Ana tak bisa melanjutkan kata-katanya karena ia bisa melihat raut wajah Aris  berubah. 

Itu membuat Ana overthinking. Takut akan menyinggung perasaan Aris, karena dialah yang mengubah jadwal di engineering demi agar dia bisa ikut pergi menemani Ana.

Ana merasa ucapannya sungguh tidak pantas, karena seolah-olah menyalahkan Aris yang telah membuat semua rencananya dan Hendra kacau semua.

Aris bisa melihat ketidak nyamanan Ana.

“Maksudku kasihan si Hendranya jika kita pergi ke Pulau Penyengat. Dia itu kan orang sini dari kecil. Pasti sudah hafal banget pulau itu. Bagaimana kalau kita makan di Akau Potong Lembu saja. Itu street food yang terkenal di Tanjung Pinang. Lebih baik kita makan, jadi bikin semua jadi senang. Nanti setelah makan, baru kita ke Pulau Penyengat. Kalau Hendra mau balik ke Batam, silahkan namun jika waktunya masih ada dan Hendra mau ikut juga, ya silahkan.”

“Wah iya, betul juga.” Ana menepuk jidatnya menyesal. “Aku cuma egois jika memaksa Hendra menemaniku lihat tempat yang sebenarnya sudah membosankan buat dia.”

Aris mengangkat kedua alisnya. “Jadi bagaimana, setuju kan? Oya, Ana juga harus mencoba makan gonggong lho. Ana belum pernah makan kan?”

“Iya belum pernah. Tapi ehmm…”

“Ehmm kenapa?” tanya Aris.

“Tolong nanti pas pesan makanan, jangan yang mahal-mahal ya,” kata Ana sambil malu-malu. “Maklum aku ini bukan orang kaya. Tapi ingin jalan-jalan mumpung masih muda tapi tentu harus yang serba low budget.”

“Tenang saja. Nanti aku yang bayarin.”

Mata Ana mem-bola, tapi dengan malu-malu berkata, “Beneran ini ikhlas? Sudah dari kemarin lho Mas Aris traktir kita dengan makanan lezat dan mahal-mahal.”

“Kan buat nyenengin kekasih hati,” ujar Aris dengan geli. Tangannya bergerak mengacak-acak rambut Ana dengan penuh kasih sayang.

Oh!

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!