Bertemu Jodoh Di Desa

***

Raga menyibukkan dirinya di dalam ruangan yang berada di dekat kandang sapi, orang yang kerja di bagian keuangan dua hari lalu berhenti karena mau menikah.

Jadi untuk sementara raga yang akan urus, maunya kek Dani, tetap raga yang urus tanpa harus mencari orang baru.

Raga sedang memeriksa keuangan bulan ini, sudah lama ia tidak bekerja di ruangan seperti ini walaupun tidak ber-AC. Biasanya kan selama tinggal di desa ini ia bekerja di luar ruangan bahkan sampai terkena matahari.

Dreer dreet

perhatian nya teralihkan pada ponselnya, terdengar suara dering telepon. saat di cek ternyata panggilan telepon dari Dareen.

“tumben telepon di jam segini.” gumam Raga.

Raga : “Apa?”

Dareen : “Gue baru aja dapat cuti, rencananya Minggu depan mau ketempat lo.”

Raga : “berapa hari?”

Dareen : “seminggu.”

Raga : “nanti Lo telepon gue lagi aja pas mau berangkat.”

Dareen : “oke, dari kemarin si Maxel bahas Lo terus, katanya nyari informasi tentang Lo tapi gak dapat-dapat.”

Raga : “biarin aja, dia mulutnya gak bisa di percaya, suka keceplosan.”

Dareen : “Oh iya, Revan mau nikah 3 bulan lagi di bali.”

Raga : “nikahnya sama si Livia kan?”

Dareen : “ya iyalah sama Livia, walaupun sempat mau putus tapi lanjut lagi malah sampai mau nikah.”

Raga : “kalau si Maxel masih pacaran sama Vanya?”

Dareen : “udah putus seminggu yang lalu, gara-gara mergokin Maxel lagi di apartemen nya Cintya, di Singapura.”

Raga : “Gila, tapi gue ngerasa dari dulu mereka suka ketemu diam-diam. Soalnya gak jarang story mereka suka samaan.”

Dareen : “nah gue juga mikir nya gitu, gara-gara putus. Vanya mau terima kerjaan di Jerman.”

Raga : “kita bertujuh temenan udah lama, tapi tetap saja ada yang nikung di belakang.”

Dareen : “udah biasa sebenarnya dalam pertemanan ada yang begitu, Livia sempat gak percaya pas tahu Maxel sering ketemu Cintya diam-diam, soalnya yang kita tahu kalau Cintya itu suka sama lo.”

Raga : “ada bagusnya juga dia sama Maxel, jadi gak ngejar-ngejar gue lagi.”

Dareen : “hahahaha, iya juga sih, udah dulu ya. Ada pasien”

Raga : “hemm, semoga IGD sepi ya.”

Dareen : “woy, jangan ngomong gitu. Suka tiba-tiba rame.”

Raga terkekeh menutup panggilan telepon, raga selalu mengatakan seperti itu dan Dareen berujung marah-marah, katanya kalau ada yang ngomong IGD sepi pasti habis itu bakalan rame.

Dulu Raga sempat gak percaya, terus ia mencoba untuk membuktikan nya. Dan ternyata benar, setelah mengucapkan kata keramat kalau kata Dareen, IGD langsung ramai, banyak pasien datang.

.

Raga baru beranjak dari duduknya di jam satu siang, perutnya sudah lapar tapi ada kewajiban yang tidak boleh ia tunda.

Sebelum makan siang, Raga shalat Dzuhur dulu. Ia membawa bekal jadi nanti tidak perlu repot-repot pergi keluar untuk membeli makan.

Awalnya sih gak mau bawa bekal, tapi ternyata neneknya sudah menyiapkan nya.

Beberapa menit kemudian, Raga sudah kembali ke tempat kerjanya. Ia membuka bekal dari neneknya, ternyata isinya ada ayam bakar sambal hijau, timun, sama ada tumis pakai irisan jagung sama irisan wortel.

Kalau Mami nya yang masak pasti bakalan jadi sayur bening, tapi kalau neneknya yang masak, gak akan ada airnya. lebih tepatnya cuma di tumis.

tapi yang raga suka dari semua masakan nenek nya itu gorengan nya, walaupun suka agak gosong tapi menurut nya sangat enak.

Setelah menyelesaikan makannya, Raga tidak langsung melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Ia ingin bersantai dulu sambil bermain ponsel.

Sebenarnya tidak ada yang menarik, cuma kalau lagi santai begini Raga pasti ia akan membuat email. suka ada banyak email masuk dari mahasiswa nya dulu, tidak jauh dari menanyakan kabar.

Raga akan membalas nya, tapi tidak langsung semuanya. usianya yang masih muda membuat dekat dengan para mahasiswa nya, ingat mahasiswa bukan mahasiswi.

“gue ada janji sama mereka mau main futsal bareng, apa nanti aja ya pas mau kondangan nya Revan." gumam Raga.

ting

Sedang asyik-asyiknya membaca email mahasiswa nya, malah ada pesan masuk dari neneknya. pesan suara.

Saat di buka, tidak terlalu jelas sehingga membuat Raga menambah volume nya. Nenek nya memberitahu kalau sekarang di luar rumah ada Nisa, tapi neneknya tidak keluar seperti perintah Raga waktu itu.

Nek intan mengatakan kalau yang keluar itu Bi Eni, dan memberikan alasan kalau dirumah sedang tidak ada siapa-siapa selain bi Eni, mengatakan kalau yang punya rumah serta Raga sedang pergi ke rumah saudara dan pulangnya besok.

“Gue pikir kalau dia tahu gue kerja di kandang sapi bakalan ngejauh, ternyata malah nggak. Dan sekarang dia malah datang ke rumah.”

Raga tidak habis pikir, sudah di beritahu berapa kali untuk menjauh tapi malah mendekat. Andai Nisa tidak tahu kalau dirinya berasal dari anak orang berada, pasti sekarang dia gak akan rela datang ke rumah padahal masih jam kerja.

Raga membalas pesan neneknya, ia bertanya Nisa sudah pergi atau masih ada disana. nunggu beberapa menit, ada balasan lagi dari neneknya. katanya Nisa sudah pergi dan besok mau datang lagi.

Raga menghela nafasnya. “Besok mau alasan apa lagi?”

“tapi kalau nanti pas gue mau balik gak sengaja ketemu di jalan gimana? Tapi kan dari rumah sakit tempat kerjanya ke daerah sini cukup jauh, pasti gak bakalan ketemu.” ucapnya lagi.

Kalau kata kakeknya sih, jalan satu-satunya agar Nisa tidak mencari nya adalah ia harus menikah dengan perempuan lain.

Tapi menurut nya itu bukan jalan keluar, malah nambah masalah baru. Mana mungkin ia menikah dengan perempuan yang tidak dicintai nya, nanti keburu kasian ke si perempuan nya, karena tidak dicintai oleh nya.

Kek Dani sampai merekomendasikan beberapa perempuan kepadanya, dari mulai anak kenalan nya, sampai cucu teman lamanya.

Tapi raga tetap menolak, ia masih teguh dengan pendirian nya untuk menikah di usia 30 tahun ke atas, bukan ke bawah.

“Bukannya kata Dareen kalau kak Nisa itu chindo ya? Terus bukan muslim juga, harusnya sih ngapain kekeh pengen dekat sama gue kalau ujungnya gak abaikan bersama.” gumam Raga.

Raga terdiam beberapa detik, “eh tapi, memang ada ya perempuan chindo namanaya Nisa?”

Ia ingat-ingat lagi nama panjang nya Nisa, “lupa gue, lagian ngapain juga gue mikirin nama orang”

Raga menaruh ponsel diatas meja, ia akan melanjutkan pekerjaan nya daripada memikirkan nama orang.

Yang di periksa bukan keuangan bulan sekarang saja, tapi bukan-bukan sebelum nya juga.