Musim panas sudah di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
namun bukannya mendapat liburan yang menyenangkan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
[Zona Pribadinya]
Tak ingin membangunkan Sky yang sudah terlelap, Chai Tea naik ke lantai dua. Menginjakkan kaki memasuki ke dalam kamar Sky yang gelap. Ia menekan saklar, lampu pun menyala, tampak ruangan itu sangatlah bersih dan rapi bahkan di setiap sudut tak ada debu menempel.
Sulit dipercaya bila pria lajang dan pekerja keras sepertinya mampu membersikan kamar dan mengurus rumah sebesar ini hanya sendirian. Membuat Chai Tea insecure sebagai seorang wanita karena begitu pemalas, tak bisa melakukan pekerjaan rumah dengan benar.
Kamarnya saja selalu berantakan, pakaian kotor bertumpukan, baju di lemari tak beraturan, bahkan sampah berserakan dimana-mana. Jadi setiap kali Cherry datang berkunjung, dia sangatlah panas kepala, tak tahan melihat tempat kotor melebihi kandang kudanil.
Cherry pun langsung membantu temannya yang manja itu untuk merapikan seluruh kekacauan bak kapal pecah yang terhantam oleh badai, Chai Tea hanya bisa diam mendengarkan ceramah Cherry yang terus mengomel panjang lebar bagai gerbong kereta api.
Mengingat celoteh itu, Chai Tea tertawa cekikikan sembari membawakan selimut menuruni tangga, berjalan menuju sofa. Chai Tea membuka selimut lalu secara perlahan menyelubungi sekujur tubuh Sky yang meringkuk sambil memeluk bantal.
Chai Tea berjongkok di samping dan mendekatinya untuk merapikan selimut, tanpa sengaja tangannya menyentuh pipi Sky, terasa lembut tapi juga dingin. Rasa candu itu membuat Chai Tea menyentuhnya kembali sembari memperhatikan fitur wajahnya lebih dekat.
Menyenangkan sekali sehingga hatinya berdebar seolah mendapatkan hantaman manis, semakin dipandang ia pun makin terpana dibuatnya. Chai Tea mengulurkan tangannya dari pipi lalu menguakkan sedikit rambut depan yang menghalangi wajah Sky.
"Entah kenapa aku merasa Sky lebih keren dengan rambut turun seperti ini daripada biasanya." Decak Chai Tea, menahan senyum.
Chai Tea terpesona melihat Sky tertutup poni seperti ini sebab tatapan matanya yang menakutkan itu tidak tampak jelas. Chai Tea juga lebih bisa terfokus pada bibir tipisnya.
Sudah jelas bila rupa Sky sangatlah berbeda dengan orang-orang desa, malahan seperti wisatawan asing yang berlibur ke pulau. Apalagi jika semakin dipandang, entah kenapa wajahnya tampak familiar. Chai Tea merasa bila mereka pernah bertemu sebelumnya.
"Apa yang sebenarnya aku pikirkan?"
"Aku mulai meracau tidak jelas begini mungkin karena terlalu mengantuk." Gumam Chai Tea, kembali menguap lebar.
Ketika akan beranjak pergi mendadak ia terpikirkan sebuah ide jahil, tidak mungkin ia melewatkan kesempatan ini. Chai Tea mengambil ponsel dalam saku lalu merekam dirinya yang sedang berada di rumah Sky, ala-ala vidio vlog.
Chai Tea motret dirinya sedang bersama Sky yang tertidur pulas sambil bergaya-gaya.
Setelah puas hati, ia pun pergi dari rumah Sky dengan wajah sumringah bagai menemukan harta karun berharga. Di tangannya saat ini terdapat bukti bahwa Chai Tea sebagai wanita pertama yang pernah berkunjung ke rumah Sky sebagai tamu.
_______
Pagi cerah disinari oleh silaunya mentari yang terbit dari timur, memberikan pancaran cahaya ke bangunan resort yang menjulang tinggi. Dari dalam, Sky baru saja turun menggunakan lift dari lantai lima membawa koper berisi barang pribadi untuk diangkut ke rumah tropis.
Sementara di ruang tengah, sang ibu sedang melakukan panggilan video dengan seseorang di dalam laptopnya.
"Ini dia orangnya."
"Sky, sapalah nenekmu sebentar!" Sapa Kane yang sedari tadi menunggu.
Sontak Sky dibuat terkejut sebab neneknya menelpon pagi-pagi sekali bahkan saat ini dirinya saja terlihat masih berantakan karena belum mencuci muka setelah bangun tidur. Sky segera merapikan rambutnya sebelum menampakan diri di kamera.
"Ya ampun! Si bujang tua ini sangat kacau, sudah saatnya kamu memerlukan seseorang untuk mengurus dirimu itu." Gerutu Gita, memasang wajah tak suka.
"Beginilah sehabis bangun tidur. Lupakan saja! Aku ingin tahu bagaimana kabar nenek di sana?" Jawab Sky, mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Jangan kira aku akan terpancing dengan pertanyaan kamu itu! Berhenti menunda-nunda dengan alasan sibuk pada duniamu sendiri!"
"Kamu harus segara menemukan pasangan!" Omel Gita lagi.
"Kamu itu selalu saja membuat aku kecewa karena tidak pernah hadir dalam acara pertemuan untuk berjumpa dengan para wanita pilihanku."
"Nenek hanya menginginkan seorang cucu yang menggemaskan di usia yang sudah tua ini, Fath."
"Aku hanya takut tak sempat merasakan kebahagiaan saat-saat mengendong bayi." Jelas Gita, menurunkan nada suaranya lebih lembut.
Dalam lubuk hatinya Gita selalu berharap supaya Sky mengerti untuk mengabulkan keinginannya yang sudah tak lama lagi. Gita sudah tak bisa berharap lagi kepada menantunya yaitu Kane, karena dia sudah tak bisa hamil lagi setelah insiden penusukkan yang dilakukan oleh Lenard, suaminya sendiri.
"Begini saja, Minggu depan nenek akan mengadakan pertemuan untuk para wanita yang akan menjadi tunanganmu."
"Kamu bebas memilih tipe wanita ideal yang sesuai dengan kriteria sebagai istrimu." Ucap Gita, tersenyum semangat.
Mendengar rencana dari neneknya, seketika Sky dibuat kusut kepala sebab dirinya benar-benar tak siap untuk berumah tangga apalagi memiliki seorang anak saat ini. Tetapi bagaimana ia bisa menolak keinginan sang nenek.
Sky pun bingung lalu menatap ibunya dengan wajah cemberut. Sky ingin agar Kane tidak diam saja dan membantu dirinya untuk menghadapi sang nenek, tetapi Kane tak bisa berbuat apa-apa karena tak berani melawan ibu mertuanya itu.
"Berhenti memprovokasi mama dengan tatapan itu, Sky!"
"Jalan satu-satunya adalah menemukan pasangan sebelum nenek kamu membawakan wanita pilihannya." Bisik Kane.
Di tengah situasi gusar itu, tepat di jendela yang ada antara Kane dan Sky duduk tak sengaja terlihat dari kejauhan Chai Tea sedang berjemur di bawah sinar matahari bersama Macha dan Fiat sambil melakukan peregangan kecil, lalu dilanjutkan jalan santai di taman.
Sementara itu Cherry tengah berjoging sambil juga menjaga ketiga bocah kecil yang sedang bersepeda, sebagai wanita mantan petarung jalanan ia sangatlah menjaga kebugaran fisik, karena itulah Cherry terkadang mengajak semua orang untuk berolahraga.
Ketika sedang berlari kecil, Macha tiba-tiba berhenti setelah melihat bunga yang tumbuh di samping bangunan resort yang tak jauh dari jendela besar, Macha menyentuh pelan kelopak bunga kecil itu dengan lembut, lalu mencium aromanya.
Menyadari bila Macha tertinggal di belakang Chai Tea dan Fian pun menghampirinya.
"Kamu suka dengan bunga ini?" Tanya Fiat sembari ikut memperhatikan bunga kecil itu dari dekat.
Macha menoleh pada Fiat lalu menganggukkan kepala, tangan kanannya juga memberikan isyarat bahwa dirinya dan bunga aster putih itu punya kenangan dalam di masa lalu. Tak hanya indah seperti keliatannya karena ada luka terkuak, menyakiti hati.
Dalam ingatan, Macha flashback ke dalam kenangan satu tahun sebelumnya.
Ketika itu Macha suka berkebun bersama mendiang ibunya untuk menanam biji-bijian bunga dipekarangan rumah, lalu ia menyiraminya di setiap pagi sampai berbulan-bulan merawat dengan sabar.
Sampai menumbuhkan bunga-bunga cantik yang selalu dipenuhi oleh banyak kupu-kupu. Meski memiliki banyak jenis bunga di halaman rumah, tapi hanya bunga aster putih ini yang menjadi kesukaan almarhum ibunya.
"Macha! Kenapa kamu menangis?" Suara Fiat langsung menyadarkan Macha. Dengan lembut tangan Fiat menyeka pipinya.
kadang pembaca bisa nggak jadi baca kalau paragraf nya sesak begini.
maaf yah kak, aku cuma ngasih sran