"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja
🍃🍃🍃
Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.
Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?
🍃🍃🍃
"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bahan gosip
Baru menginjak asrama, Ana langsung disambut teman-temannya. Melepas kerinduan dengan saling berpelukan.
"Betah banget dirumah sampai pulangnya telat. Liburannya ngapain aja, Na?" Tanya salah satu teman Ana
"Ya liburan." Balas Ana seadanya, lebih tepatnya Ana tak mau mempublik status menikahnya
Ana mengeluarkan uang pemberian suaminya, Memberikannya pada teman-temannya secara marata. Untuk sisanya nanti akan Ana sumbangan sebagainya ke anak yatim.
"Uang kamu banyak banget, na. Nggak mungkin kalau semua itu pemberian ortu kamu." Sahut salah satu teman Ana menatap curiga
Sangat tidak memungkinkan buat Ana untuk mengatakan kalau semua uang saku itu pemberian suaminya. Ana kelimpungan menjawab. "I-tu uang tabungan aku kok."
Salah satu santri langsung mengembalikan uang Ana dengan membuang asal uang itu. "Dih, hasil ngemis ya? atau dari om-om? Sorry, uang haram kok disedekahkan."
Orang par orang mulai Meninggalkan kamar yang Ana tempati hingga menyisakan dua orang yang masih bertahan. Keduanya juga termasuk teman dekat Ana.
"Maaf, Ana tidak berkata jujur." Ana menundukkan Kepala dengan rasa takut kalau semua teman-temannya mulai menjauhinya.
Perempuan bernama Ayu Kini mendekat kearah Ana. "Na, Lebih baik berkata jujur tapi menyakitkan daripada bohong dampaknya lebih menyakitkan.
Ana memberanikan diri untuk menatap Ayu. "Kamu tahu asal kebisingan tadi?"
"Anak motor?" Tanya Ayu balik
"Ya, mereka semua yang antar aku. Dan uang ini adalah pemberian salah satu orang dari anak motor itu." Jawab Ana tak mau menyebut Alvan.
Ayu dan Dinda melotot kan mata kearah Ana. Merasa tak percaya dengan omongan asal Ana. "Sejak kapan kamu punya teman lawan jenis, Na? Na, aku udah bilang lebih baik berkata ju-"
"Karena salah satu dari mereka adalah suami aku." Sahut Ana terpaksa memberitahu status pernikahannya
Ayu dan Dinda semakin dibuat curiga akan Ana yang sangat ketara jika berbohong. "Na, kamu mau mengkhianati Gus Abizar yang udah Mengkhitbah kamu?"
"Kalian tahu kalau gus Abizar Mengkhitbah aku?" Tanya Ana sedikit syok, sedangkan Ayu dan Dinda mengangguk antusias
"Berita itu sudah menyebar ke seluruh pesantren. Banyak santri mengantri untuk mendapatkan hati Gur Abizar Tapi, setelah Gus Abizar memilih kamu, kamu malah memilih lelaki brandal yang pasti minim agama?"
Tak mau menjadi fitnah, akhirnya Ana menceritakan awal mula gus Abizar yang Mengkhitbahnya dan berakhir dirinya yang memilih Alvan. Semoga Setelah ini tidak ada yang memfitnah dirinya lagi.
"Aku memang ditakdirkan untuk bersama lelaki brandal ketua gengster. Tetapi bukan berarti jika dia tidak bisa menjadi imam buat aku." Ujar Ana Kini, Ayu dan Dinda tersenyum haru menatap Ana. Keduanya segera memeluk Ana dan segera meminta maaf karena sudah hampir ikut memfitnah.
🍃🍃🍃
Kedekatan Ana dan keluarga Abizar memang terbilang sangat dekat hingga tak heran jika mendengar berita Abizar yang Mengkhitbah Ana
"Bagaimana kabarmu, Na?" Tanya Abizar saat tak sengaja lewat
Ana yang ditanya begitu merasa gelagapan dan teringat masalalu "Alhamdulillah baik gus."
"Bagaimana dengan pernikahanmu?"
"Afwan, Apakah benar jika minggu depan Ulya mulai mencari ilmu disini, gus? Lalu lanjut pada ta'aruf nya gus?" Tanya Ana mengalihkan pembicaraan.
"Saya tidak tahu." Balas Abizar dengan cueknya
Merasa sudah tak ada lagi yang dibicarakan, Ana berpamitan untuk meninggalkan ndalem namun, ucapan Abizar membuat Ana diam membeku.
"Doakan saya, Na."
"Maksudnya, gus?" Tanya Ana bingung
"Semoga saya bisa menerima orang baru seperti kamu yang dengan mudah menerima suamimu tanpa protes saat apa yang kamu lakukan itu sangat terpaksa." Balas Abizar membuat Ana bingung untuk berkata
"Afwan, gus. Saya hanya ingin berpendapat, lebih baik ditata dulu niatnya, gus. Jangan terlalu memaksakan jika berat dilakukan. Ikuti saja apa kata hati Gus. Lalu pilih mana yang terbaik." ujar Ana berpendapat
"Jika diminta untuk mengikuti kata hati lalu pilih yang terbaik, maka saya memilih perempuan yang sama." Balas Abizar menatap sendu kearah Ana
Sedangkan Ana yang sedari tadi menunduk hanya bisa mencerna ucapan Abizar. Namun sepertinya Ana tak bisa mengartikan ucapan gus Abizar Sebelumnya.
"Maksudnya Gus?"
"Hati saya masih berat mengikhlaskan kamu dangan Orang lain, Aranaima." Jawab Abizar
Ana tersedak ludahnya sendiri. "Afwan, Gus. Tentang rasa hanya diri sendiri yang bisa mengendalikan. Saya harap jangan sampai dipertahankan karena takdir sudah memberi keputusan bahwa kita tidak bisa dipersatukan."
Setelahnya Ana segera melangkah meninggalkan Abizar. Ana harap jika ucapannya tadi tidak mengundang kebencian terhadap Abizar.
Ana kembali ke Asrama, melihat Ana yang begitu ngos-ngosan, Ayu dan Dinda berniat mendekati Ana. Keduanya memberi Ana minun guna menetralisir pernapasannya "Kamu Kenapa, Na? Tanya Dinda
"Nggak papa."
"Masik Suka bohong ya, Na?"
Ana langsung menunduk, perlahan sudut matanya Meneteskan air. Sedangkan Ayu dan Dinda dibuat bingung dengan Ana yang tiba-tiba menangis.
"Ada apa, Na?"
"Gus Abizar."
"Gus Abizar kenapa, Na?" Tanya Ayu yang merasa games akan jawaban Ana yang setengah-setengah
"Ternyata Gus Abizar masih memberatkan Aku, yu. Hatinya masih berat jika posisi aku ganti orang lain." Jawab Ana menceritakan
Seorang perempuan yang tadinya cuma lewat kini Menghampiri Ana. "Apa kurangnya Gus Abizar sampai-sampai kamu memilih lelaki yang jauh dari kata sempurna? Harusnya kamu tuh bersyukur bisa mendapatkan gus Abizar. Percuma belajar sepuluh tahun kalau kamu tidak bisa membedakan antara yang sempurna dan yang buruk."
🍃🍃🍃
Alvan dipaksa keras untuk menghafal materi yang barusan dijelaskan Ahmad. Belajar pribadi membuat Alvan jadi jarang berkumpul bersama teman-temannya. Apalagi ketika seharian Alvan full hafalan.
Alvan membenturkan kepala ke tembok berkali-kali sembari menghafal materi. Dengan alasan supaya jaringan otaknya encer.
"Sudah cukup nak Alvan." Ujar Ahmad menghentikan Aktifitas Alvan.
"Tapi saya belum hapal semuanya, Bah." Balas Alvan.
"Abah meminta kamu untuk memahami materi bukan Menghapal materi. Sudah malam kamu mau nginap atau pulang?"
"Pulang saja, Bah. Kasihan Bunda di Apartemen sendirian." Balas Alvan yang setelah itu langsung pamit pulang.
Sebelum benar-benar pulang ke Apartemen, Alvan mampir ke markas guna menemui anak buahnya. Namun, seorang perempuan berpakaian minim datang menghampiri Alvan. ya, itu adalah Naya yang keadaannya mabuk dan sudah lepas hijab, kembali berpenampilan dulu saat masih berpacaran dengan Alvan.
"Alvan, Alsaku." Gumam Naya dengan berjalan sempoyongan menghampiri Alvan
Alvan melempar sarung miliknya kearah Naya, meminta Naya agar menutupi belahan dada yang terlihat dan juga paha mulusnya.
"Gue bukan Alsa lo lagi. Pulang dan bertobat!" Sarkas Alvan segera masuk kedalam Markas.
Markas yang berdekatan dengan club membuat Alvan tak nyaman. Alvan takut kalau anak buahnya bakal sering minum alkohol dan berakhir mabuk-mabukan.
"Apakah diantara kalian masih ada yang minum?" Tanya Alvan langsung to the point ketika baru masuk kedalam Markas
Sebagian orang mengangkat tangan. "Gue minum kalau lagi stres."
"Besok jual markas ini, cari lagi markas yang jauh dari club." Ujar Alvan tanpa ekspresi
Kenzie menatap nyalang kearah ketuanya itu. "Kenapa! Karena lo nggak pernah minum lagi, sekarang lo larang kita semua?"
Alvan menatap sinis ke arah Kenzie. Alvan menaruh beberapa kartu Atm-nya ke atas meja. "Beli aja stok soda daripada terus mengonsumsi Alkohol. Kosongan markas ini dan cari yang jauh dari club."
"Gue men-"
"Alsa..." Naya memeluk Alvan dari belakang. Menikmati aroma maskulin yang begitu memabukkan. Hingga Naya meninggalkan satu jejak merah di leher Alvan.
Alvan berusaha keras melepas Naya yang memeluknya. Tetapi, Naya malah mengeratkan tangannya dan justru malah bergelantung di leher Alvan.
"Lepas bangsat!!" Alvan menyikut dan mendorong Naya hingga tersungkur di lantai.
Arden langsung membawa Naya keluar tanpa diminta. Tetapi, Naya terus memberontak minta dilepas. "Alsa, lo kejam! Jahat! Gue cuma mau lo, Alsa! Apakah gue Salah? Kalaupun lo nggak bisa ceraikan istri lo, gue bisa jadi istri kedua lo."
Alvan menatap cewek minim didepannya mulai dari atas hingga bawah. "Mau jadi istri gue? cukup lo yang seperti istri gue, Aranaima Salsabila.
Naya tersenyum menggoda, dirinya segera merubah posisi menjadi senyaman mungkin membenarkan pakaiannya hingga belahan dadanya makin terlihat. Mulai beraksi dengan menari-nari guna menggoda banyak cowok didepannya, terutama pada Alvan. Alvan langsung membuang muka. Bukannya tergoda melihat Naya yang kelewat sexy, Alvan justru merasa jijik melihat Naya.
"Bukannya makin tertutup malah tambah murah. Gak guna banget hidup lo." Sarkas Noval
"Nyesel gue udah ketemu cewek murah!" Sahut Alvan lalu melirik kearah kemejanya yang penuh dengan lipstik dan ada satu cupang di lehernaya.
Alvan langsung melepas kemejanya dan menyisakan kaos hitam polos. Tanpa pikir panjang, Alvan langsung membakar kemejanya lalu mengambil asal alkohol untuk menyamarkan cupang di lehernya namun nahas, Alkohol tidak berefek pada cupang di leher Alvan.
Alvan melempar korek api kearah kenzie, membuat kenzie mengernyitkan dahi bingung. "Maksud lo apa?"
"Bakar cupang di leher gue buruan!" Sinis Alvan
"Lo gila?" Tanya Kenzie tak habis pikir pada sahabat nya itu
"Apa kata istri gue kalau suaminya pulang-pulang dapat cupang dari cewek gila?" Sarkas Alvan emosi
Noval berdecak, lelaki itu berjalan mendekati ketua Blaster. "Istri lo di pesantren, nggak mungkin tahu."
"lebih baik istri gue tahu gue terluka daripada istri gue tahu gue di sosor cewek gila!"
"Alsa.. anak kita pengen liat papanya..."
🍃🍃🍃
Satu tahun yang lalu.....
Sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan beberapa bulan lalu itu kini tengah makan di restoran dan menikmati Indahnya kota di malam hari.
"Sayang." Panggil Alvan
"Iya?"
"Aku ingin cara berpakaian kamu jangan terlalu minim. Aku nggak mau berbagi dengan orang lain." Balas Alvan penuh hati-hati, takut kalau pacarnya itu tersinggung atau justru sakit hati
Naya tersenyum canggung. "Kenapa? Aku nyaman kayak gini kok."
Alvan meraih tangan Naya untuk ia genggam. "Sayang, Aku ini laki-laki. Sebagai laki-laki, aku taku pandangan laki-laki lain ke kamu itu mengartikan apa."
"Tap-"
"Berubah demi aku ya, please."
Sedetik kemudian Naya menghembuskan nafas kepasrahannya lau mengangguk mengiyakan keinginan lelaki di depannya yang berstatus pacarnya.
"lya. Demi kamu seutuhnya, aku rela kok Alsaku."
"Alsa?"
"Alvan sayang maksud aku. Kalau disingkat jadu Alsa."
"Bagus. Aku suka panggilan dari kamu, sayang." Keduanya segera menghabiskan makanannya dan melanjutkan acara jalan-jalan di malam minggu. Ketika Naya hendak berdiri, Alvan dengan dulu menutupi paha mulus Naya. Alwan melilitkan jeketnya ke pinggang Naya.
"Besok lagi rok modelan beginian langsung buang. Apa perlu aku beliin rok panjang selusin?"
"Boleh deh. Semua keinginan kamu aku setuju."
Alvan nampak berpikir sesuatu. "Gimana kalau kita buat perjanjian sama-sama berubah dami kenyamanan bersama."
Naya mengangguk antusias. "Oke, di mulai dari kamu ya." Alvan tersenyum kearah gadisnya, tangannya terulur untuk mencubit pipi Naya karena gemas. "Aku mau dalam satu tahun ke depan kamu berubah dengan belajar banyak hal. Setelah satu tahun ke depan, kita nggak boleh bertemu sampai kemu benar-benar berubah. Mulai dari penampilan kamu, merubah penampilan menjadi wanita yang terbalut dengan hijab Meski kelihatannya sulit, aku yakin kamu pasti bisa."
Naya menggeleng tanda tak setuju. "Kita baru beberapa bulan lalu jadian, masa tiba-tiba langsung LDR sih. Aku nggak mau!"
"Sayang, Percaya sama aku. Setelah kamu benar benar berubah, aku langsung nikahi kamu. Ingat ucapan aku, aku nggak pernah main-main tentang nikah
Naya langsung cemberut Tetapi, sedetik kemudian langsung kembali ke ekspresi semula. "Oke. sekarang giliran aku. Aku mau Nairles jatuh ke saudara tiri kamu lalu kamu rekrut anggota baru.
Alvan melotot. "Nggak semudah yang kamu bilang, sayang. Mendirikan Nairles itu perjuangan berat buat aku, masa ya tiba-tiba keluar lalu mendirikan gangster baru. Yang ada aku dikira Munafik, sayang."
"Keputusan aku ini kebaikan buat kamu. Aku ikut terusik ketika Erik berusaha merebut Nairles dan menjatuhkan kamu. Disisi lain aku juga kasian sama kamu yang terus-terusan mengalah demi bunda kamu. Aku tahu semua itu nggak mudah buat kamu, Aku yakın kamu pasti bisa, Alsa."
"Tunggu satu tahun lagi." Alvan langsung menarik Naya kedalam dekapannya.