Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liliput
“Begini, dalam satu minggu ini entah kenapa aku melakukan banyak kesalahan, maksudku aku nggak merasa bikin kesalahan, sih. Cuma Tuan Arion membuat aku seolah bersalah,” Ranti mencoba menjelaskan kepada Tisya.
Namun Tisya tampak tidak menangkap apa maksudnya.
“Bisa nggak Kamu bicaranya jangan berbelit-belit begitu? Aku nggak punya banyak waktu buat dengerin hal yang nggak jelas.”
Ranti menarik napas dalam kemudian membuangnya pelan. “Kayak yang aku bilang tadi, mulai dari kesalahan aku menyiapkan menu kepiting Alaska untuk wakil Walikota minggu lalu, lalu sekarang gara-gara ulasan negatif bintang 1 dari pak Aldi. Kamu ingat kan sama pak Aldi yang tadi siang? Gara-gara dia sakit perut, dia jadi kasih ulasan buruk bahkan dia juga menyebut namaku di sana. Karena itu, Tuan Arion menghukum aku, Sya.”
Mengetahui bahwa pak Aldi telah memberikan ulasan buruk seperti itu, Tisya menyadari bahwa ini bukanlah salah Ranti. Dirinyalah yang memberikan hukuman itu kepada pak Aldi.
“Jadi karena kesalahan itu Kak Arion menghukum kamu?”
Ranti menganggukkan kepalanya cepat-cepat.
“Tapi kan nggak harus jadi pacar juga, Ran. Kamu jangan ngada-ngada, deh. Kak Arion itu udah tunangan sama Kak Sofia, Ran. Kamu nggak tahu gimana bahayanya keluarga aku, mereka bisa bikin hidup kamu nggak aman, bahkan ibu kamu juga,” terang Tisya, mencoba memperingatkan Ranti.
“Kenapa jadi bawa-bawa ibuku, sih? Ini tuh bukan salah aku, Sya. Kakakmu yang buat keputusan kayak gini, di sini aku tuh korban! Kamu juga bersalah kan? Ulasan negatif Pak Aldi itu, karena ulah siapa coba?”
Kedua gadis itu menjadi saling menyalahkan. Namun, Tisya mencoba menenangkan dirinya dengan mengatur napas. Karena sepertinya Ranti memang tidak bersalah, dia hanya dijadikan tameng oleh Arion.
“Tapi kenapa Kak Arion bisa pakai rencana kayak gini, ya?” gumam Tisya.
“Ya kamu tanya dia lah, dia kan kakakmu!” ujar Ranti kesal.
“Oke, oke. Kamu tenang dulu, Ran. Maaf tadi aku nggak percaya, aku kaget banget, Ran. Ini tuh kayak bukan kakakku aja. Dia memang nggak pernah setuju waktu dijodohkan sama Kak Sofia, tapi ngejadiin kamu pacarnya, kayaknya dia memang punya rencana. Sayangnya, orang yang dia libatkan itu kamu. Itu yang bikin aku kayak nggak terima aja.”
Ranti mendengus kesal, “Maksud kamu aku ini nggak pantes banget gitu, kan?”
Kali ini Tisya yang menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Bukan soal nggak pantas, Ran. Tapi Kak Arion harusnya cari cewek lain aja. Kayak yang tadi aku bilang, keluarga aku itu orang-orang yang berbahaya, aku nggak mau kamu disakiti sama mereka.”
“Kamu serius?” tanya Ranti, mengerutkan alisnya.
“Iya, Ran. Kuharap Kak Arion bisa bertanggung jawab ngejagain kamu dari mereka. Dengerin aku, kamu harus lebih hati-hati mulai sekarang, kemana pun kamu pergi jangan lengah, oke?” Tisya meminta dengan sungguh-sungguh.
Ranti yang masih kurang memahami arti berbahaya yang Tisya maksud pun hanya mengiyakan dan mengangguk pelan. Setelah beberapa saat kemudian mereka berdua keluar dari dalam ruangan tersebut.
Begitu Ranti kembali ke ruangan awal tadi, situasinya sudah sangat berbeda. Hanya tinggal beberapa orang saja yang berada di dalam sana, termasuk Pak Markian yang tampak sibuk membereskan meja. Ranti mendekatinya lalu menyapa.
“Tuan Markian, mau aku bantu?” tanya Ranti.
Markian, pria tua itu sebenarnya adalah penasihat pribadi Ferdinand. Dia sudah bekerja puluhan tahun di keluarga itu mulai dari pendahulu hingga ke Ferdinand. Sayangnya Arion menolak keras untuk bergabung menjadi penerus muda dari kerajaan bisnis keluarga dan malah memilih untuk membuka bisnis sendiri di bidang perhotelan yang saat ini telah dia buktikan kesuksesannya.
Makian sejujurnya sangatlah bangga terhadap pencapaian dari Arion. Namun, Ferdinand hanya memiliki satu orang putra saja, sehingga seharusnya Arion cukup mengerti bahwa hanya dirinyalah yang menjadi harapan di keluarga untuk meneruskan warisan dari pendahulu mereka.
Ketika Ranti mendekatinya, Markian langsung tersenyum. Guratan keriput di wajahnya terlihat jelas, tetapi kondisi tubuhnya begitu prima.
“Apa tadi aku sudah katakan kalau aku menyukaimu?” Markian menggoda Ranti, membuat Ranti tersenyum kecil.
“Apakah Tuan boleh menggodaku?” balas Ranti dengan nada gurauan.
“Ah, aku lupa kalau kamu ini kekasihnya Tuan Arion, bukan? Apa itu sungguh terjadi?” tanya Markian. Tentu saja dia harus menyelidikinya, jika memang benar Arion hanya membayar gadis itu untuk menjadi kekasih seharinya, tentu ini tidaklah baik untuk Ranti.
“Gadis sepolos ini kenapa harus berhadapan dengan keluarga ini?” batin Markian.
“Itu memang benar, Tuan,” jawab Ranti dengan tegas. Arion sudah mengancamnya untuk tidak membuat orang curiga, sehingga dia harus benar-benar menjalankan perannya.
Markian hanya tersenyum lalu mengangguk.
Kedua tangan Ranti sudah mulai bergerak dengan lincah membereskan gelas-gelas kaca yang ada di atas meja untuk dimasukkan ke sebuah nampan. Markian memperhatikannya sejenak, dan tidak salah lagi, menurutnya Ranti ini adalah sosok gadis yang terlalu baik untuk dilibatkan dengan keluarga Arion.
“Sayang sekali, setelah ini hidupnya pasti tidak akan tenang lagi,” Markian tampak begitu mengasihani nasib Ranti ke depannya. Sebab mau lari sejauh apa pun, perjodohan antara Arion dan Sofia tidak akan bisa dibatalkan lagi. Itu sudah ketentuan dari keluarga sejak turun temurun. Para keturunan pria dari keluarga Galaxy hanya boleh menikah dengan calon wanita pilihan dari keluarganya. Perjodohan itu berdasarkan bisnis, jika menguntungkan maka kedua belah pihak keluarga akan menunjuk jalan untuk anak-anak mereka. Tapi Arion malah mencari masalah, tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk gadis sebaik Ranti.
Setelah selesai membereskan meja, Ranti mengelap tangannya menggunakan tisu yang tersedia.
“Terima kasih atas bantuanmu, Nona,” ucap Markian dengan sungguh-sungguh sambil tersenyum juga.
Ranti tersenyum juga lalu menjawab, “Dengan senang hati Tuan Markian, Anda sangat tampan sekali,” pujinya.
Markian tertawa cukup keras. “Jangan memujiku seperti itu, Tuan Arion bisa cemburu nanti. Panggil aku Paman, aku hanya pekerja di sini.”
Ranti juga tertawa, lebih tepatnya menertawai dirinya sendiri, nasib sialnya karena harus terlibat dengan keluarga ini.
Ranti menengok ke sekelilingnya, baru sadar kalau Arion juga tidak ada di ruangan itu lagi. “Apa dia udah balik terus ninggalin aku sendiri di sini? Awas aja,” bisik Ranti di dalam hati.
Memperhatikan gerak-gerik Ranti, Markian tahu bahwa gadis itu telah kehilangan Arion. Dia pun kembali menggodanya.
“Tuan Arion ada di ruang sebelah, sedang berbicara di ruangan Tuan Ferdinand. Jangan khawatir, Anda tidak akan ditinggalkan sendirian di sini.”
Entah kenapa mendengar perkataan dari Markian itu, Ranti menjadi salah tingkah. Rasanya seperti hubungannya dan Arion mendapat sambutan baik dari pria tua itu. Ranti tersenyum malu dan menundukkan wajahnya, hal itu membuat Markian terkekeh.
“Salah, Paman Markian. Arion bukan berada di ruangan presiden, tadi dia baru aja ketemu aku, ngobrol lama sama aku, dan dia juga jujur sama aku.” Tiba-tiba saja Sofia muncul dari arah belakang mereka, mengejutkan Ranti.
“Nona Sofia,” sapa Markian dengan sopan.
Sofia berdiri di belakang Ranti, kemudian berkata kepada Markian, “Tolong tinggalkan kami berdua, Markian. Ada sesuatu yang harus aku perjelas dengan Nona yang satu ini,” tegasnya.
Markian menghela napas panjang sebelum menganggukkan kepalanya. Dia sudah menduga hal ini cepat atau lambat akan terjadi. Di dalam hati dia berbisik, “Semoga Tuhan melindungi Nona Ranti,” kemudian dia undur diri.
Setelah kepergian Markian, Ranti berbalik ke belakang dan menatap Sofia dengan tenang.
Senyum licik Sofia tercetak jelas di wajahnya, membuat Ranti waspada dan menerka-nerka, kira-kira hal buruk apa yang akan Sofia lakukan pada dirinya.
Setelah beberapa detik saling menatap diam, Sofia maju satu langkah. Tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Ranti, membuatnya memandang remeh gadis mungil di depannya itu.
“Percaya atau nggak, Arion sudah jelaskan semuanya sama aku,” ucap Sofia dengan percaya diri.
“Soal apa?” tanya Ranti tak kalah menantang. Sesungguhnya mau Arion menjilat lidahnya sendiri dengan membuka rahasia itu di depan Sofia atau tidak, Ranti sangat tidak peduli. Dia hanya ingin cepat pergi dari sana.
“Cih!” Sofia tertawa, kemudian melipat kedua tangannya di dada. Sedikit membungkuk untuk menunjukkan bahwa Ranti itu hanyalah makhluk kecil.
“Dengar ya, liliput. Arion itu milikku dari awal sampai selamanya. Gadis kerdil dan miskin sepertimu nggak akan bisa merebut dia dari aku.”
“Liliput?” Ranti geram di dalam hati. Bukan soal memperebutkan Arion, tetapi dia tidak senang jika fisiknya dihina. “Aku ini manusia bukan liliput,” ujarnya kesal.
Sofia tertawa. “jadi apa? Manusia kerdil? Kamu itu memang kerdil seperti tikus yang pantas untuk diinjak-injak lalu dibuang ke selokan, kotor, bau dan menjijikkan, euw!” Dia mengibaskan tangannya di depan hidung dengan ekspresi yang menunjukkan rasa jijik kepada Ranti.
Ranti menepis tangan Sofia dari depan wajahnya. “Oh... jadi ini soal Tuan Arion? Kalau kamu mau buat aku percaya sama kata-katamu tadi. Maka aku mau dengar dia berkata hal yang sama di depan aku dan kamu juga. Kalau kamu nggak bisa ngebuat dia bicara di depan aku dan mengaku kalau kami nggak ada hubungan apa-apa, maka lebih baik kamu ngejauh dari aku, paham?”
Sofia pun tersentak, sampai tak bisa berkata-kata.
Sedangkan Ranti langsung pergi meninggalkan Sofia dan keluar dari ruangan tersebut. Padahal Ranti berharap kalau Arion sungguh-sungguh jujur kepada Sofia. Bukankah jika kita merasa tidak cocok dengan seseorang yang dijodohkan, akan lebih baik jika kita mencoba bicara dari hati ke hati dengan orang tersebut, daripada seperti ini. Keputusan Arion ini hanya akan menyakiti Sofia.
“Berani-beraninya dia ngancam aku? Dasar liliput nggak tahu diri!” maki Sofia, setelah Ranti menghilang di balik pintu.
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya