"tolong... tolongin saya, saya di bius!" kata seorang gadis pelayan Toko pada seorang pria tampan di depannya. Gadis itu tengah berusaha menyelamatkan diri dari pria tua yang gendut yang hendak melecehkannya.
"hey... anak muda. Jangan ikut campur. Gadis itu milikku, aku sudah membelinya dengan harga mahal." Teriak seorang pria yang baru saja menyusul gadis itu sebelum bertemu pria tampan itu.
Bagaima kisah selanjutnya? akan kah si pria tampan menyerahkan gadis pelayan itu pada pria tua itu? yook kepoin! jangan lupa Like, Subcrebs dan Komennya!
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yasmin di hati pak Budiman
Usai menyelesaikan urusannya dengan Pak Indro, Bramantyo kembali ke rumah sakit. Ia ingin memastikan keadaan Yasmin dan bayinya baik-baik saja, di sana Yasmin sudah terlihat sadar.
"Pak Bram, Kenapa Pak Bram di sini?" tanya Yasmin begitu melihat Bramantyo datang.
Bramantyo tersenyum lembut, ia duduk di kursi di samping ranjang. "Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu hamil anakku? tanya Bramantyo.
Yasmin terdiam ia kemudian mengingat sebelumnya apa yang telah terjadi hingga akhirnya raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Maafkan saya, pak. Saya tidak berniat menyebut nama bapak, saya terpaksa karena saya tidak ingin anak anda dalam perut saya kenapa-napa, mereka hampir saja membunuh anak anda yang tidak berdosa ini." kata Yasmin dengan tertunduk.
Bramantyo membenahi rambut Yasmin yang menutupi sebagian wajahnya, ia tahu Yasmin pasti bersedih dan sangat ketakutan. "Aku berterima kasih karena kamu sudah memberitahu semuanya Sebelum terlambat atau kalau tidak aku akan menyesal jika sampai terjadi sesuatu pada anakku." kata Bramantyo.
Yasmin tertunduk sedih, Ia sadar diri dan sadar posisi, Bramantyo ada di sisinya bukan karena dirinya, melainkan karena anak yang ada dalam kandungannya.
Bramantyo hanya peduli pada anak yang ada di dalam perutnya. Yasmin hanya mengangguk meskipun Bramantyo tidak peduli terhadap dirinya setidaknya dia mau mengakui bahwa anak dalam kandungannya itu adalah milik Bramantyo. "lain kali kalau terjadi sesuatu Segera hubungi aku, jika sampai terjadi sesuatu pada anakku Aku tidak akan memaafkanmu." kata Bramantyo pelan namun terdengar seperti ancaman.
"maafkan saya, pak. Saya belum mempunyai uang untuk membayar hutang saya." Yasmin tertunduk.
Mata Bramantyo menyipit, ia tak menyangka jika di saat kondisi seperti ini Yasmin masih memikirkan masalah hutang. "baiklah, tidak mengapa, tapi kamu harus ingat, uang yang kamu pinjam semakin lama maka akan semakin berbunga. Jangan sampai suatu saat bunga uang itu bertambah banyak dan kamu akan semakin susah untuk membayarnya."
Yasmin mengangguk, "iya, pak. nanti setelah saya sembuh, saya akan lebih giat lagi bekerja."
"okay, tapi kamu harus janji buat menjaga anakku." kata Bramantyo.
Rendi yang berdiri tak jauh dari Bramantyo, menggelengkan kepala, bagaimana bisa seorang Bramantyo malah masih memikirkan hutang kepada wanita yang tak berdaya seperti Yasmin. Rendi sangat yakin itu hanyalah akal akalan Bramantyo agar selalu dekat dengan wanita itu. Soal uang, Bramantyo tentu tak akan memikirkan berapapun jumlahnya, karena ia sendiri tak bisa menghitung seberapa banyak uang dan aset kekayaan yang ia miliki.
Sementara di tempat lain, Hanum dan Yolan duduk berdua, ibu dan anak itu memikirkan bagaimana bisa Yasmin mengandung anak seorang Bramantyo yang terkenal kaya raya itu.
"Yolan, kamu kenapa selalu kalah dari Yasmin sih. Seharusnya kamu bisa mencari laki-laki yang tajir seperti Bramantyo. Kalau begitu nasib Yasmin kedepannya akan terjamin. Bramantyo bis jadi akan menikahi Yasmin. Lah kamu gimana...?" Hanum meratapi nasib atas ketidak beruntungan mereka.
"ibu jangan khawatir, aku akan mencoba memprovokasi orang orang terdekat pak Bramantyo, agar mereka meragukan anak yang di kandung oleh Yasmin." kata Yolan sambil menyeringai licik.
Hanum menatap putrinya dengan senyum kagum. Ia tak menyangka jika Yolan bakal memiliki rencana yang begitu jitu. "rencanamu memang bagus, nak. Tapi, bagaimana kamu bisa meyakinkan keluarga Bramantyo? kita kan tidak kenal mereka?" tanya Hanum khawatir.
"ibu tenang saja. Aku akan cari tahu bagaimana cara agar aku bisa masuk ke keluarga itu. Serahkan semuanya kepadaku." kata Yolan dengan mudahnya.
"tentu ibu sangat percaya sama kamu, nak." Hanum sangat mendukung rencana licik putrinya untuk menjatuhkan Yasmin."
Tiba-tiba di tengah percakapan mereka suara pak Budiman mengagetkan keduanya. "apa yang sedang kalian rencanakan?"
Hanum menoleh, "suamiku... kau sudah bangun?"
Pak Budiman mengernyit heran. Ia tahu kalau istri dan anaknya sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai Yasmin, anak angkatnya. "kalian punya niat buruk sama Yasmin?"
Yolan mendekati pak Budiman dengan kesal. "pak... bapak kenapa sih? selalu curiga terus sama kita. Bukankah kita ini keluarga bapak? kenapa bapak selalu saja ngebela Yasmin? Sadar, pak. Yasmin itu orang asing yang gak punya ikatan sama sekali dengan kita."
Pak Budiman marah, ia semakin tak Terima dengan ucapan Yolan, "ya, aku tahu itu. Tapi Yasmin tidak pernah mengecewakan bapak. Dia itu lebih baik dari kamu yang anak kandung. Dia sangat berbakti dan tau cara membalas busi."
"puji saja terus anak kesayangan bapak. Aku memang tidak pernah ada harganya di mata bapak." Yolan menatap pak Budiman dengan raut kecewa. Ia menghentakkan kaki kemudian pergi.
"Yolan, bukan begitu maksud bapak. Yolan...!!" teriak pak Budiman berusaha menghentikan Yolan.
"puas bapak sudah menyakiti hati anak sendiri." Hanum ikut menyalahkan pak Budiman, kemudian pergi menyusul Yolan.
Pak Budiman menatap istri dan anaknya sambil menggelengkan kepala. Ia tak habis pikir dengan sikap anak dan istrinya yang tak pernah berubah. Bukan maksud pak Budiman ingin membanding bandingkan Yasmin dan Yolan. Ia sama sama menyayangi keduanya. Tak pernah membedakannya. Namun Hanum dan Yolan yang tak pernah menerima kehadiran Yasmin dalam keluarga mereka. Itulah yang menjadi alasan Yolan selalu iri dan benci terhadap Yasmin tak tak punya kesalahan. "kapan kalian bisa berubah?" gumam pak Budiman