Yun Bàntiān adalah pendekar pedang terkuat di dunia kultivasi. Terkenal, tampan, dan ditakuti... namun memilih hidup damai bersama istri dan anaknya, jauh dari hiruk-pikuk dunia.
Tapi kedamaian itu hancur ketika dua dewa turun dari langit—berniat membunuhnya demi menghentikan sebuah ramalan kuno.
Dalam pertempuran yang mengguncang dunia, Yun Bàntiān mengorbankan seluruh tubuh dan jiwanya… dan membunuh dua dewa sekaligus..
Namun kematian bukan akhir.
Ia terbangun di masa lalu—sebagai bayi!
Sayangnya, ingatannya telah hilang, tercerai-berai bagaikan bintang di langit.
Siapa dia sebenarnya?
Kenapa para dewa takut padanya?
Apa isi ramalan yang bahkan surga ingin lenyapkan?
Ini adalah kisah sang pendekar yang hidup kembali untuk mengubah takdir... dan menantang surga itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yun Ru Ze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23– Air Surgawi Seribu Bintang Salju
Di perjalanan, Luo Qīngméi terus saja melirik Yun Bàntiān. Wajah tampannya yang tenang membuat hatinya bergejolak, hingga ia tak bisa menahan imajinasi tentang bagaimana murid-murid wanita lain akan menggoda Yun Bàntiān. Dengan suara lembut, ia berbisik,
“Tiān’er, pakailah topeng yang kuberikan. Aku tidak ingin melihatmu digoda oleh murid-murid Sekte Phoenix Es.”
Yun Bàntiān mengaguk dan mengeluarkan topengnya kemudian memakainya, sementara Luo Qīngméi menggunakan penutup wajahnya yang berwarna biru dan dengan lambang yang sama –Naga air.
Beberapa Menit Berlalu...
Mereka tiba di depan Penginapan Dua Satu, tempat yang ramai dipenuhi murid wanita berjubah biru dengan lambang phoenix bersinar di dada mereka.
Yun Bàntiān berkata kepada wanita berambut putih "Aku ingin bertemu dengan pemimpin sekte kalian, Mu Xuěyǎn, atas permintaan nya."
Wanita berambut putih bertanya acuh tak acuh "atas nama siapa kedua orang ini?."
Yun Bàntiān menjawab dengan lembut "Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi."
Tiba-tiba, suara agung seorang wanita terdengar dari dalam,
“Biarkan mereka masuk.”
Wanita berambut putih itu memberi jalan. Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi pun dipersilakan menuju aula pertemuan yang telah disiapkan.
Di dalam, Mu Xuěyǎn telah menunggu. Saat pandangannya jatuh pada Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi, aura dingin yang membekukan tulang menyelimuti ruangan. Luo Qīngméi langsung gemetar, hampir membeku di tempat.
Yun Bàntiān menatap tajam dan berkata dengan dingin "Kami datang memenuhi undanganmu. Jangan sampai hal kecil seperti ini membuat sekte kita bertempur.”
Mu Xuěyǎn tersenyum tipis, suaranya lembut namun berwibawa,“Maaf, aku hanya bercanda. Silakan duduk.”
Ia menuangkan teh ke dalam gelas kecil untuk keduanya. Setelah mereka duduk, Mu Xuěyǎn berbicara serius,
“Aku butuh bantuan kalian untuk mendapatkan esensi darah dan inti roh Naga Mutiara Racun Dingin.”
Yun Bàntiān menghela napas pelan, lalu menjawab acuh tak acuh,
“Meskipun aku tahu naga itu berada di tahap Pecahan Rohani Roh tingkat menengah, aku bisa membantumu. Tapi ada syarat yang harus kau penuhi. Dan kau tidak boleh menolak.”
Belum sempat kata-katanya habis, sebuah Pedang Es hampir menebas kepalanya. Dalam sekejap, Yun Bàntiān menghunus Pedang Penghancur Surga, menahan serangan itu.
Wanita berambut putih yang tadi berdiri di depan pintu kini muncul, matanya penuh amarah.“Berani sekali kau mengancam Master Sekte kami!”
Mu Xuěyǎn hanya menghela napas panjang.
“Mu Língxuě, jangan ganggu pertemuan ini.”
“Tapi Guru, dia jelas-jelas mengancam Guru!” ucap Mu Língxuě dengan dingin.
Mu Xuěyǎn menatapnya tegas.“Keluar sekarang. Kau tidak tahu siapa ayahnya.”
Wajah Mu Língxuě berubah pucat, namun ia membungkuk hormat, meninggalkan ruangan dengan kebencian yang jelas terlihat di matanya.
Mu Xuěyǎn kembali menoleh pada Yun Bàntiān.“Maaf, murid langsungku terlalu sensitif.”
Yun Bàntiān mengangguk dan menghilangkan Pedang Penghancur Surga nya,ia bertanya dengan datar "jadi apa kamu setuju?."
Mu Xuěyǎn bertanya dengan lembut"Jadi apa yang kamu inginkan dari kami?."
Yun Bàntiān menjawab acuh tak acuh "Aku perlu kalian untuk mencari sisa-sisa Sekte Nafsu Gelap dan Air Surgawi Seribu Bintang Salju"
Mu Xuěyǎn menyipitkan matanya "Untuk apa kamu menginginkan Air Surgawi Seribu Bintang Salju?."
Yun Bàntiān berkata dengan datar "Aku hanya ingin merendam tubuhku semalam untuk memperkuat jiwa. Dan mungkin… bila beruntung, aku bisa bertemu dengan sisa jiwa Phoenix Es kalian.”
Mu Xuěyǎn menyipitkan matanya"Bagaimana kamu tahu ada sisa-sisa jiwa Phoenix Es ada di Air Surgawi Seribu Bintang Salju?"
Yun Bàntiān berkata acuh tak acuh "Akupun tidak tahu,tapi apa kamu setuju dengan persyaratan itu?."
Mu Xuěyǎn hanya menghela nafas berat "Baiklah aku setuju persyaratan mu."
“Tapi aku tidak akan melakukannya sekarang,” lanjut Yun Bàntiān tenang.“Setelah pernikahanku, baru aku akan datang ke sektemu untuk membicarakan lebih lanjut.”
Mu Xuěyǎn mengangguk. Dengan hormat, Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi berpamitan, lalu meninggalkan penginapan.
Di perjalanan, Luo Qīngméi menatap wajah Yun Bàntiān yang tersembunyi di balik topeng pemberiannya. Suaranya bergetar lembut, penuh kekhawatiran.“Tiān’er… apa kau benar-benar yakin bisa mengalahkan Naga Mutiara Racun Dingin?”
Yun Bàntiān tersenyum tipis"Tujuh puluh persen aku yakin. Dua puluh lima persen tidak. Sisanya… aku serahkan pada nasib. Naga itu beracun sekaligus membekukan, dan sarangnya pasti berisi lebih dari satu.”
Luo Qīngméi mengerutkan kening.“Tapi Sekte Phoenix Es adalah salah satu dari lima sekte terkuat. Mengapa mereka butuh bantuan kita? Sekte kita bahkan hanya masuk sepuluh besar.”
Yun Bàntiān menjawab dengan lembut
“Karena naga itu sama-sama menggunakan Qi Es. Jika es melawan es, kekuatan mereka akan tertekan. Lagi pula, kulit naga sangat keras, tak mudah ditembus pedang es mereka.”
Luo Qīngméi mengaguk, namun di atas langit wanita berjubah biru masih mengawasi mereka dengan teknik siluman, hingga aura dan Qi-nya tidak terasa oleh Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi.
Luo Qīngméi menatap Yun Bàntiān berkata dengan lembut "Tiān'er kita jalan-jalan dulu apalagi biasanya ada yang menjual makanan lezat."
Yun Bàntiān mengangguk perlahan, lalu menggenggam tangan Luo Qīngméi. Keduanya berjalan menyusuri jalan-jalan ramai, singgah di beberapa toko, dan membeli barang-barang yang diinginkan Luo Qīngméi.
Setelah puas berbelanja, mereka kembali melangkah bersama hingga akhirnya memasuki sebuah restoran dengan papan bertuliskan 'Makanan Wajah Bahagia.' Saat sup hangat dihidangkan dan mereka mencicipinya, rasa lembut itu membuat seakan-akan mereka sedang berada di sebuah taman yang dipenuhi bunga bermekaran.
luo Qīngméi berkata dengan bahagia "Tuan makanan ini sangat enak."
Penjaga restoran itu tersenyum bahagia "Terimakasih gadis cantik telah memuji masakan ku."
Yun Bàntiān hanya diam membiarkan Luo Qīngméi bahagia,Luo Qīngméi terus menambah hingga akhirnya mereka kenyang.
Luo Qīngméi berkata dengan lembut "Terimakasih atas makanan lezatnya."
Pemilik restoran mengaguk pelan "Sama-sama datang kembali."
Yun Bàntiān hanya diam, menikmati senyum bahagia tunangannya.
Selama perjalanan kembali Yun Bàntiān bersama Luo Qīngméi mereka mengobrol tentang masa lalu dan masa depan yang di harapkan hingga akhirnya mereka sampai.
Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ketika mereka kembali, tiba-tiba sosok berjubah biru turun dari langit. Tatapan tajamnya membuat jantung keduanya berdegup kencang.
“Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa memberitahuku,” suara dingin itu bergema.
Yun Bàntiān dan Luo Qīngméi serentak menunduk, wajah mereka pucat.
“Gu… Guru, kami hanya berjalan-jalan sebentar.”
“Bi… Bibi Língxiāo, kami hanya berjalan-jalan sebentar.”
Luo Língxiāo menatap tajam.“Untuk apa kalian ke Penginapan Dua Satu?”
Mereka terdiam, namun tatapan Luo Língxiāo semakin menusuk.“Tidak perlu menjawab. Aku sudah tahu. Qīngméi, segera ke kamar dan bermeditasi. Yun Bàntiān, tetap di sini.”
Luo Qīngméi membungkuk hormat dan pergi, meskipun hatinya merasa berat meninggalkan Yun Bàntiān yang pasti terkena hukuman dari Luo Língxiāo.
Luo Língxiāo berkata dengan marah "Apa kamu tidak tahu musuh kamu berkeliaran Yun Bàntiān?!"
Yun Bàntiān menjawab dengan rasa bersalah "Aku tahu, aku salah aku pantas di hukum oleh guru."
Ia menggertakkan giginya, siap menanggung hukuman apa pun yang diberikan oleh Luo Língxiāo.