NovelToon NovelToon
Pernikahan Palsu Dadakan

Pernikahan Palsu Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.

Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.

Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.

"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.

Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”


Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Mencari

Setelah perdebatan yang panas di ruang tamu, Yusran akhirnya berdiri. Wajahnya dingin, tak menunjukkan emosi selain kendali mutlak.

“Periksa dia,” perintah Yusran kepada salah satu pengawal.

Pengawal itu maju dan tanpa kata langsung memeriksa tubuh Zehan. Dari saku dalam jaketnya mereka mengambil ponsel dan dompet.

“Pastikan dia tidak bisa menghubungi siapa pun,” tambah Yusran. “Saya tidak ingin ambil risiko dia kabur lagi.”

Najwa hanya diam di sofa, wajahnya cemas namun tak bisa membantah keputusan suaminya.

Sebelum Zehan dibawa naik, Yusran melangkah mendekat dan berbisik dingin di telinganya. “Kalau kamu tetap membangkang, jangan salahkan Papa kalau sesuatu terjadi pada istrimu itu. Papa bisa buat hidupnya tidak nyaman, bahkan dari jauh.”

Zehan mendelik ke arah ayahnya, rahangnya mengeras.

Yah, Papanya memang bisa melakukan itu. Dia tahu betul betapa keras dan kolotnya pemikiran Papanya.

“Kamu tidak akan berani,” desisnya tidak ingin dianggap takut. Dan dia memang tidak takut, jika hanya dia sendiri. Tapi, dengan Adriella, ia tidak berani bertaruh.

“Papa tahu kamu sebagaimana kamu mengerti Papa,” balas Yusran tajam. “Setidaknya, kembalilah ke perusahaan. Jalankan peranmu sebagai pewaris. Kita bisa bahas urusan pernikahan nanti.”

Dua pengawal lain menggiring Zehan menaiki tangga menuju lantai dua. Mereka membawanya ke kamarnya, ruangan itu luas dengan interior elegan, tapi saat ini terasa seperti penjara emas.

Begitu pintu kamar tertutup dan terdengar bunyi kunci diputar dari luar, Zehan langsung bergerak ke arah pintu.

“Buka pintunya!” teriaknya sambil memukul panel kayu. “Kalian tidak bisa mengurungku seperti ini!”

Tak ada jawaban.

Zehan memukul pintu sekali lagi, lalu mundur dan duduk di tepi ranjang dengan napas memburu. Ia meremas rambutnya, frustrasi dan marah. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal.

Adriella. Apa yang ia pikirkan sekarang? Apakah dia sedang menunggu? Atau sudah cemas karena tak bisa menghubungi dirinya selama ini?

🍁🍁🍁

Keesokan harinya.

Pagi di kota Kaluku dimulai dengan kegelisahan, tepatnya bagi Adriella.

Adriella duduk di ruang makan bersama keluarga Bastian. Meja makan panjang itu dipenuhi hidangan sarapan mewah dan bergizi, tapi suasananya terasa lebih sunyi dari biasanya. Bastian sedang membaca koran, Rika sibuk memotong roti dengan tenang, dan Bara memainkan sendoknya sambil sesekali melirik Adriella.

Namun Adriella hanya fokus pada ponsel di tangannya. Matanya sembap dan merah karena kurang tidur. Pesan-pesannya kepada Zehan masih belum terbaca, panggilan tak juga dijawab.

Alessia baru saja turun, duduk di samping Adriella dan melirik sekeliling mencari Zehan. Dia lalu berbalik dan memperhatikan wajah Adriella. “Kak, kamu tidak tidur ya, semalam?”

Adriella menggeleng lemah. “Aku nggak bisa tidur. Zehan nggak pulang. Nggak ada kabar. Chat aku nggak di baca, aku telepon juga nggak di angkat.”

Bastian mengalihkan pandang dari korannya. “Zehan belum pulang?”

“Iya, Om. Dia tidak datang jemput aku kemarin, padahal kami sudah janjian.”

Rika mengangkat alis tipis, lalu menyesap tehnya dengan angkuh. “Atau jangan-jangan dia memang sudah bosan. Bosan jadi kuli, dan bosan juga jadi suami kamu,” ucapnya santai namun menusuk. “Mungkin saja dia pergi mencari kehidupan yang lebih sesuai kelasnya.”

Bara ikut tertawa pelan. “Siapa tahu dia lari dengan wanita lain, kan? Dunia proyek banyak cerita seperti itu. Nggak kuat tekanan, cari pelarian.”

Adriella menatap keduanya tanpa berkata, mencoba menahan emosi. "Zehan bukan orang seperti itu. Dan dia tidak mungkin lari, apalagi dengan wanita lain," bantahnya dengan yakin.

Ia benar-benar yakin karena pernikahannya dengan Zehan awalnya palsu. Jika dia menyikai wanita lain dia tidak mungkin melakukan pernikahan palsu dengannya.

Alessia melirik kakaknya khawatir. “Jadi, sekarang bagaimana? Kakak mau cari Kak Zehan?”

Adriella menatap adiknya lalu mengangguk. “Iya. Kakak akan mencarinya. Kakak harus tahu dia ke mana.”

Beberapa menit kemudian, Adriella sudah bersiap dan keluar rumah. Dengan langkah tergesa, ia menuju lokasi proyek tempat Zehan seharusnya bertemu klien kemarin.

Di kepalanya hanya satu pikiran, menemukan Zehan secepatnya.

🍁🍁🍁

Adriella tiba di depan butik tua yang berada di tengah kawasan komersial kota Kaluku. Bangunannya masih sama seperti terakhir kali ia lihat, khas vintage, dengan kaca etalase besar dan dekorasi bunga plastik di tepi jendela.

Ia melangkah masuk, dan suara lonceng kecil di atas pintu berbunyi lembut. Di dalam, ruangan itu dipenuhi pakaian-pakaian bergaya retro yang tertata rapi. Seorang wanita paruh baya berambut pendek rapi menghampirinya dengan senyum ramah.

“Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?”

Adriella mengangguk cepat. “Maaf, saya ingin bertanya. Kemarin seharusnya suami saya bertemu seseorang di sini untuk membahas proyek renovasi butik. Namanya Zehan.”

Wanita itu tampak bingung sejenak. “Renovasi? Maaf, saya rasa Anda salah tempat. Kami tidak pernah berencana merenovasi butik ini.”

“Benarkah? Tapi dia bilang pemiliknya bernama Nadine dan mereka sudah janjian bertemu di sini.”

Wanita itu tertawa kecil. “Saya pemilik butik ini. Nama saya Erna, bukan Nadine. Dan saya tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.”

Jantung Adriella mulai berdetak lebih cepat. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka foto Zehan.

“Maaf, apakah Anda pernah melihat orang ini datang ke sini?”

Erna memandang layar ponsel beberapa detik, lalu menggeleng mantap. “Tidak, saya belum pernah melihat pria ini.”

Adriella terdiam. Napasnya terasa berat. Kemana perginya Zehan. Apakah dia berbohong padanya?

Adriella mengucapkan terima kasih dengan suara pelan, lalu keluar dari butik dengan langkah gontai. Di luar, matahari mulai meninggi, tapi hatinya justru semakin tenggelam dalam bayangan.

Semua terasa salah. Ini bukan keterlambatan biasa. Zehan benar-benar menghilang. Atau benarkah Zehan berlari. Apakah benar Zehan meninggalkannya?

🍁🍁🍁

Setelah keluar dari butik, Adriella tidak membuang waktu. Ia langsung menuju perusahaan konstruksi tempat Zehan bekerja. Hatinya dipenuhi harapan tipis, mungkin saja Zehan hanya salah menyebut lokasi, mungkin ia ada di kantor hari ini.

Namun begitu ia tiba di kantor berlogo biru dengan tulisan "Sakti Konstruksi Mandiri," wajah para staf di meja resepsionis langsung menunjukkan kebingungan saat dia bertanya tentang Zehan.

“Zehan?” salah satu staf muda bernama Kinan mengulang nama itu sambil memandang staf lain, Lidia, yang bertugas bersamanya.

“Oh, iya. Dia sempat kerja di proyek renovasi gedung lama bulan lalu. Tapi dua hari ini dia nggak masuk.” Sahut Lidiasambil mengedipkan mata padanya.

“Dia izin?” tanya Adriella cepat.

“Setahu saya tidak ada izin tertulis. Kami juga coba hubungi dia kemarin, tapi nggak aktif. Kami pikir mungkin sedang urusan keluarga.” Lanjut Kinan.

Adriella mengangguk pelan, walau pikirannya makin kacau. “Apakah ada proyek baru untuk renovasi butik di pusat kota? Yang harusnya dia tangani kemarin?”

Lidia menggeleng. “Nggak ada, Bu. Kami belum ambil proyek baru minggu ini. Kalau pun ada rencana, pasti saya tahu.”

Ucapan itu menghantam Adriella seperti palu. Ia berterima kasih dengan sopan lalu melangkah keluar dari gedung dengan langkah gontai.

Setelah kepergian Adriella kedua staf itu menghela nafas lega. Tugas yang diperintahkan untuk mereka akhirnya selesai. Mereka tidak tahu mengapa bos meminta mereka mengatakan itu jika ada orang yang menayangkan tentang Zehan.

Di luar, angin siang terasa menusuk, bukan karena dingin, tapi karena hatinya terasa kosong.

Ia berdiri di trotoar, menatap lalu lalang kendaraan. Di dalam benaknya, kata-kata Rika dan Bara terus terngiang.

“Mungkin saja dia pergi mencari kehidupan yang lebih sesuai kelasnya.”

“Siapa tahu dia lari dengan wanita lain.”

Adriella menggigit bibir bawahnya. Air matanya menahan di pelupuk.

Apakah mereka benar? Apakah semua ini hanya kebohongan Zehan? Apakah dia memang ingin meninggalkannya?

Keraguan itu perlahan mencengkeram hatinya. Dan untuk pertama kalinya, Adriella merasa sangat sendirian.

1
Mar lina
up lagi thor
biar tahu kelanjutannya
Mar lina
coba orang tua Zehan
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
emak sama anak
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
ya ampun bara...
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
Mar lina
semoga Bastian
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!