NovelToon NovelToon
Sad Wedding

Sad Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Anna masih di penthouse milik Aldi, pernah terbesit di benaknya untuk meninggalkan penthouse yang selama ini sudah dia anggap sebagai penthouse miliknya sendiri.

"Dia tak akan kembali Anna. Apa yang kamu tunggu?" gumamnya sambil menatap datar dan kosong meja makan yang kini hanya ada Mie instant yang dia buat sendiri dengan tambahan sayur dan telur mata sapi di atasnya.

Air mata Anna jatuh lagi, dia mencintai Aldi sejak pertama kali dia bertemu dengan Aldi di kelas VII-A di sekolahannya dulu. Anggaplah dulu fikiran Anna realistis, dia mencintai tapi jika Aldi tak mempunyai perasaan kepadanya, apa harus Anna yang mengutarakan? Walaupun dulu dia selalu di beritahu oleh sahabatnya kalau sudah ada istilah Emansipasi Wanita' tapi Anna tak mau melakukan itu. Di fikirannya sederhana, setelah dia mengungkapkan, apa yang akan terjadi? Iya kalau di terima dia nggak malu. Lah, kalau di tolak? Bagaimana?

Anna menghentikan acara makan Mie instant yang baru dia suapkan ke dalam mulutnya hanya Dua atau Tiga sendok makan. Bahkan sayur dan Telur masih utuh tak dia sentuh sama sekali. Anna berdiri membereskan sisa makanan yang tadi dia makan.

"Anna." inilah pertama kali Aldi berbicara dengannya dengan nada sepelan tadi.

Anna tak membalik tubuhnya, dia mengira jika itu hanyalah halusinasinya saja. Dia tahu jika Aldi tak akan kembali lagi ke Penthouse miliknya. Tapi Anna baru tersadar ketika dia merasakan pelukan dari belakang yang memeluk erat pinggangnya. "Anna." lagi-lagi Aldi memanggil Anna dengan suara yang tak seperti biasanya.

"Al-Aldi." ucap Anna terbata.

"Hmm.." Aldi hanya bergumam sambil meletakkan dagunya di ceruk leher Anna. Hingga membuat Anna memejamkan matanya.

"Kamu sudah pulang? Sudah makan?" Anna bertanya senormal mungkin. Padahal, debaran di jantungnya kini sudah akan membuat Anna ingin meledak.

"Lima menit lagi, biarkan aku seperti ini." ujar Aldi sambil menggenggam jemari Anna. Dia merindukan Anna, Aldi tak akan membohongi hatinya lagi. Anna sudah 55% berhasil masuk lagi dalam fikirannya. Dia sadar jika cinta yang dulu pernah dia coba untuk membuatnya Mati kini mencoba untuk tumbuh lagi dalam hatinya.

Anna memutar tubuhnya dan menatap Aldi dengan seksama. Dia kacau. Ucap Anna dalam hatinya. Tangan Anna menyentuh pipi Aldi, dia mengusapnya pelan. "Kamu kenapa? Kenapa kau terlihat seperti ini? Kau tak lagi tampan." yah benar. Kini tampilan Aldi kacau, dasi yang biasa rapi kini sudah tak berbentuk, rambut yang biasanya rapi kini acak-acakan. Dan juga kemeja yang biasanya rapi kini kusut dan kancing kemejanya pun dia buka hingga nyaris sampai perutnya. "Kau kenapa sekacau ini? Apa ada masalah di kantor?" Anna bertanya lagi tapi Aldi tak menjawab pertanyaan yang dia berikan. "Aldi jawab perta--" kalimat Anna terputus saat bibir Aldi membungkam bibirnya. Mencium bibir bawahnya, mengabsen semua yang ada di bibir ranum Anna.

Anna masih terdiam tapi dia segera mengikuti permainan Aldi. Dia membalas ciuman yang Aldi berikan kepadanya. Dia membuka mulutnya dan mengalungkan tangannya ke leher Aldi seakan dia tak mau jika mengakhiri ciuman yang Aldi berikan kepadanya dalam kondisi sadar.

Setelah puas Aldi melepas ciuman yang dia berikan kepada Anna. "Aku seperti ini karena merindukanmu." ucap Aldi di saat dia dan Anna berhenti untuk mengambil nafas.

Anna mengerjapkan matanya tak percaya. Dia baru pertama ini mendengar Aldi jujur jika dia merindukannya. Apa itu benar? Apa itu mungkin? Anna masih bertanya tanya atas ucapan yang tadi Aldi ucapkan kepadanya. Bibirnya tak lagi bisa bersuara ketika Aldi bicara jika dia merindukannya. Kini yang hanya Anna rasakan yaitu dengan memeluk Aldi.

Memeluknya sangat erat hingga membuat Aldi sulit bernafas.

"Kau bisa membunuhku Ann.." ucap Aldi sambil menyisir rambut Anna.

"Apa aku sedang bermimpi? Aku pernah merasakan mimpi seperti ini sebelumnya." gumam Anna masih memeluk Aldi. "Katakan jika ini bukan mimpi Al, katakan jika ini nyata." imbuh Anna masih memeluk tubuh Aldi.

Aldi melepas pelukan Anna dan mencium kembali bibir ranum Anna, dia menggigit pelan bibir bawah Anna. "Apa itu sakit?" tanya Aldi dengan polosnya. Anna mengangguk pelan, dan Aldi tersenyum. "Jika sakit itu artinya kau tidak bermimpi." imbuh Aldi sambil memeluk Anna. Pelukan hangat yang tak pernah dia rasakan kepada siapapun. Bahkan dengan Mila pun juga dia tak pernah merasakannya.

Anna terbangun dari tidurnya, dia melirik jam di atas nakas yang telah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Dia melirik Aldi yang memeluknya posesif di pinggang polosnya. Dia membalikkan tubuhnya dan melihat pria tampan tidur dengan lelapnya. Anna mengelus pipi, bibir, dan kini berpindah di dada bidang milik Aldi. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan manusia seperti ini? Sempurna, dia kaya, tampan, putih, tinggi, dan juga baik. Aku beruntung memilikinya. "Anna berhentilah bergerak dan jangan memandangiku seperti itu. Nanti kamu bisa mencintaiku." gumam Aldi dengan suara khas orang bangun tidur.

Anna tersenyum dan berkata, "Aku memang telah jatuh cinta kepadamu." ujar Anna pelan. Aldi yang mendengar itu hanya bisa tersenyum. Dia sebenarnya ingin menggoda Anna, tapi karena dia tidak tidur selama 2hari dan terlebih dengan apa yang baru saja dia lakukan dengan Anna membuatnya letih dan tak bertenaga untuk berdebat dengan Anna. "Tidurlah, aku lelah. Aku hanya mau seharian kita di atas ranjang ini." ucapan Aldi membuat Anna membulatkan matanya dengan sempurna.

"Hei, aku harus bekerja Aldi." ucapan Anna tak membuat Aldi terpengaruh. Dia tetap memeluk Anna dengan posesiv.

"Jika aku berkata kau akan di ranjang bersama ku seharian ini, maka itu yang akan terjadi Anna." ucap Aldi sambil mempererat pelukan di pinggang Anna yang polos tanpa sehelai benang.

Anna terpaksa hanya bisa menuruti apa kehendak Aldi. Bahagia? Ntahlah, karena selama ini menurut Anna hanya dia yang mencintai Aldi, sedangkan Aldi tidak. Bahkan tadi jika memang Aldi mencintai Anna Aldi harusnya menjawab ungkapan hati Anna dengan jawaban yang semestinya. Tapi, itu hanyalah angan Anna yang terlalu tinggi.

Kini Anna sudah berada di dapur setelah Aldi menyandranya selama 3jam di dalam kamar. Lebih tepatnya Aldi ingin Anna menemani tidurnya. Tak ada yang di lakukan mereka selain tidur berpelukan dengan tubuh polos tanpa apa apa. "Aku kesiangan gara gara manusia itu." gumam Anna sambil memulai memasak sarapan sederhana karena dia kehabisan bahan makanan. Jadi terpaksa dia hanya memasak Nasi goreng dengan telur mata sapi yang ada di atasnya.

"Kamu masak apa?" tanya Aldi yang sudah rapi dengan setelan jas abu-abu yang senada dengan celananya. Sedangkan kemejanya Aldi memakai kemeja putih yang Anna siapkan tadi.

"Hanya sempat memasak Ansi goreng sama telur saja." jawab Amna sekenanya. "Kamu mau ke kantor?" Anna bertanya tapi dia masih memunggungi Aldi yang yang kini sudah meminum kopi pahit yang ada di atas meja makan.

"Iya, tadi Vio telfon kalau aku ada pertemuan penting dengan klien. Jadi aku harus kekantor sekarang." ujar Aldi sambil meneguk lagi kopi yang sudah setengah dingin itu.

"Baiklah, aku akan menunggumu untuk pulang." ucap Anna sambil menata nasi goreng yang dia masak tadi di meja makan. Aldi hanya tersenyum dengan ucapan Anna.

Suasana sarapan kali ini membuat Aldi menyunggingkan senyumnya. Dia tak pernah berfikir jika Anna, gadis yang pernah ada di hatinya kini ada di hadapannya dan memasakkan masakan untuknya. Terlebih lagi dia kini menyandang status Istrinya. Bangga? Jelas! Anna adalah dulu wanita yang cantik, Baik, pintar, juga suka senyum dan terlebih dia rendah hati. Tapi karena kebodohannya yang mencintai pria seperti dirinya hingga dia menjadi bahan bully'an anak anak yang dulu sempat nge-fans kepadanya.

"Kenapa kau senyum senyum tak jelas seperti itu Al? Cepatlah makan, nanti kau bisa telat ke kantor." ujar Anna sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

Aldi terkikik geli melihat Anna yang bicara dengan mulut penuh. "Dasar tak sopan, habiskan dulu makanan yang ada di dalam mulutmu, lalu bicara kepadaku." ujar Aldi sambil mengusap bibir Anna yang belepotan dengan nasi di sudut bibirnya.

Anna terpaku atas perilaku Aldi, dia tak menyangka jika Aldi bisa sebaik ini kepadanya. "Bagaimana bisa aku jatuh dan jatuh lagi dalam cinta ini Al?" dia bergumam di dalam hatinya. Anna selalu seperti ini. Dia tahu jika Aldi tak bisa mencintainya, tapi kenapa dia semakin hari semakin mencintai sosok Aldi? "Terimakasih Al, aku bisa sendiri." Anna memegang jemari Aldi dan menurunkan jemari itu yang tadi ada di sudut bibirnya.

"Anna." Aldi membuka suara dengan nada pelan dan lembut. Aldi pun menggenggam jemari Anna. "Aku mau berterima kasih kepadamu." ucapnya sambil memandang manik mata Anna. "Karena kau sudah mencintaiku sejak kita berada di Smp dulu." Imbuh Aldi yang membuat Anna tertunduk malu.

Wanita mana yang tak malu jika rahasia yang dia jaga di ketahui oleh pria yang dia cintai? Apa Anna harus bangga mendengar ucapan dari Aldi seperti tadi?

Ucapan yang lembut dan bisa membuat luluh hati wanita.

"Terimakasih An, aku tak menyangka kau menjaga cinta itu." ujar Aldi lagi sambil tersenyum memikat.

Anna tak berhenti menatap Aldi, ini kali pertama dia berani menatap mata Aldi dengan tatapan lembut. "Al, kau tahu dari mana jika aku menjaga cintaku?" Anna bertanya sambil dia menggigiti bibir bawahnya.

"Aku tahu semuanya Anna." Anna terdiam membisu. Tidak leboh tepatnya dia tak bisa berkata apa apa. "Ya sudah, aku ke kantor dulu. Kamu kalau mau datang, datanglah. Aku harap kau datang sebelum makan siang." ujar Aldi sambil memakai jas abu abu yang tadi sempat dia buka.

Baru beberapa langkah kaki Aldi melangkah dari meja makan Anna sudah menghampirinya tapi masih dengan tatapan menunduk. "Dasimu, aku mau membenarkannya." ujar Anna sambil meraih dasi Aldi dan membuat beberapa lipatan di dasi berwarna hitam itu.

'Cup' sebuah kecupan telah Aldi daratkan ke bibir ranum Anna. Ntah kenapa Aldi sangat tergoda dengan bibir merah tanpa Lipstick itu. Anna membulatkan matanya tak percaya dengan perubahan yang di alami oleh Aldi. Anna terpaku bagaikan dia patung. "Anna, aku pergi." lagi lagi Aldi memdaratkan sebuah kecupan di seluruh wajah Anna. Dari kening, pipi, mata, hingga bibirnya tak luput dari bibir Aldi.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!