NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu langkah lagi...

Sementara Ray masih sibuk meruqyah adiknya agar pikiran, hati, jiwa, dan raga Zara tidak “geser” terlalu jauh ke dimensi absurd, kedua orang tua mereka justru menatap Haru dengan serius.

“Tadi, siapa namamu?” tanya Papa dengan suara berwibawa nan lembut.

“Haru. Nabihan Rui Haru, Paman,” jawab Haru dengan sikap sopan, sedikit membungkuk.

Mama melirik suaminya dan menyenggol pinggangnya pelan. “Tuh, dia manggil kamu Paman, Zayn. Kupikir dia bakal langsung nyebut Papa Mertua.” Kikiknya.

“Haha! Itu tandanya dia sopan dan punya tata krama, Aiku.” balas Papa santai.

“Enggak kayak kamu dulu yang baru kenal udah sok akrab banget. Nice to marry you. Aduyy~

“Hish! Yang sok akrab itu malah putrimu, tahu!”

“Dia nurun banget sama kamu, huh!” Mama mendengus kecil.

“Dia juga nurun dari kamu. Lebaynya tuh persis banget. Plek ketiplek." Papa tak kalah mendengus.

Haru membatin: “Aku pikir mereka berdua punya aura dingin dan berkelas. Tapi ternyata… chaos juga. Persis kayak Ayah dan Bunda kalo udah nimbrung berdua kayak anak muda nggak ingat umur."

“Baiklah, Haru,” Papa kembali menatapnya dengan sorot mata penuh makna. “Apa kamu menyukai putriku?”

Baru saja Haru ingin menjawab, Mama langsung mencubit pinggang suaminya.

“Aw! Aiku!”

“Zara itu belum cukup umur! Jangan mulai jodoh-jodohin dia dulu, Zayn.” sergah Mama.

Haru hanya bisa tersenyum kaku. “Aduh, ini medan lebih berat dari ujian masuk jurusan teknik kuadrat kuadrat.”

“Sepertinya memang tak ada yang perlu dibicarakan lebih lanjut,” Papa menyerah sambil menarik napas dalam. “Semuanya jadi terlihat salah kalau istriku sudah turun tangan.”

“Betul.” Mama mengangguk tanpa ragu.

“Baiklah, kalau begitu, kami pamit saja—”

“Ma-- maaf!” Haru tiba-tiba bersuara, cepat namun tetap sopan dan tetap hormat.

Kedua orang tua itu berhenti melangkah.

Menoleh.

Haru menundukkan kepala sedikit, melepas topi toga-nya perlahan. “Maaf. Malam ini, izinkan saya dan kedua orang tua saya bersilaturahmi ke rumah Paman dan Bibi. Hanya untuk mengenal lebih dekat... secara keluarga.”

Aura hangat tiba-tiba memancar dari wajah Haru yang sekarang tampak lebih dewasa. Dalam diam, matanya memancarkan keyakinan.

Mama membuka mulut ingin bicara, “Tuh kan, Zayn. Bener kan apa kataku, dia mau PDKT!”

“Dia serius, Aiku,” ucap Papa pelan.

Mama melipat tangan di dada.

“Istriku tercinta… kita terima dulu saja. Kita lihat niatnya seperti apa nanti. Okei?"

Mama masih manyun.

“Baiklah.” Papa mengangguk pelan. “Kami tunggu malam ini, Haru.”

Zara dari kejauhan masih sibuk berdebat dengan Ray. Tapi dari tempat Haru berdiri, semuanya terasa seperti mimpi. Satu langkah lagi... untuk mendekat pada semesta kecil bernama Zara.

"Aamiin."

Doa itu selesai.

Ray mengembuskan napas panjang. (Bukan nafas terakhir ya 😆) Proses ruqyah adiknya yang tak lain adalah metode cleansing jiwa pakai surah pendek dan nasihat kehidupan baru saja berakhir. Namun...

"CIAATT!" Zara sudah melesat lagi.

“Zara!” Ray menepuk dahinya. “Aduuuyy... nggak mempan ternyata ruqyahnya. Ilmu kakak kalah sama keras kepala adiknya sendiri.”

“Bentar abang, plisss... bentar aja!” seru Zara dengan mata bersinar-sinar, berlari ke arah Haru.

Ray geleng-geleng kepala, "Itulah kenapa gue nggak ngizinin dia deket sama temen-temen gue!" Geramnya. "Adik tengil itu bener-bener sok akrab banget. Kenapa juga harus Haru... Hadeyyy..."

Haru berdiri seperti pohon bonsai yang tak siap diterpa badai. Zara berhenti di depannya dan menyodorkan kembali paper bag biru mudanya.

“Nih, Haru. Aku sampe lupa. Ini buat kamu. Terima ya. Udah, gitu aja.” Bisiknya kemudian, “Abang Ray tuh suka banget marah-marah. Jangan ditiru ya.”

Haru menerima dengan kedua tangan. Zara yang cermat langsung melirik perban di tangan Haru. “Aik? Tanganmu kenapa?”

“Ini... emm... kecelup air mendidih kemarin.”

“Kok bisa?!” Zara reflek menarik tangan itu, meneliti dengan seksama. Jemarinya lembut, matanya penuh perhatian.

“Zara, udah...” suara Ray terdengar dari jauh. Sudah jelas, batas kesabarannya tipis begete.

Apalagi harus berhadapan dengan Haru yang irit bicara, minim ekspresi, dan selalu menjawab dengan nada datar yang membuat Ray merasa seperti berbicara dengan dinding.

Ray tidak habis pikir, bagaimana bisa adiknya justru tertarik pada sosok seperti Haru? Dunia Haru terlalu sunyi, terlalu sulit dimengerti. Zara yang riuh dan penuh warna, seperti lukisan yang jatuh cinta pada kertas kosong.

Hubungan Ray dan Haru memang tak pernah cocok.

Haru membenci Ray yang terlampau jenius, terlalu sempurna, terlalu sering menjadi pembanding yang menyakitkan. Sementara Ray, sering merasa makan hati tiap kali bicara dengan Haru. Lurus, serius, kaku, membosankan. Semua tentang Haru terasa seperti labirin tanpa pintu keluar.

Mereka adalah dua kutub yang sama-sama dingin, tapi tak pernah benar-benar saling membeku bersama.

“Bentar, abang. Ini tangan Haru sakit!” sahut Zara tanpa menoleh. Malah makin cemas.

Haru hanya bisa pasrah. Hatinya gemetar.

“Nggak papa kok, Zara. Aku baik-baik aja.”

Zara menatapnya lagi. “Lain kali hati-hati, ya. Kamu itu gampang banget ngelamun. Tanganmu terluka kan. Uuhh... Tangan yang penuh sihir ini kenapa harus terluka~

Speechless.

Itu satu-satunya kata yang bisa menggambarkan Haru saat ini. Lurus. Tanpa respons. Hatiku kenapa begini, batinnya.

Zara mundur beberapa langkah. “Aku pamit ya. Rambut abang tuh udah kayak ular. Kalo makin marah bisa nyetrum.”

Lalu menoleh, tersenyum. “Bye, Haru. Aku suka bertemu denganmu.”

Waktu berhenti.

“Eh?” Haru nyaris kehilangan keseimbangan.

‘Suka?’

Bukannya harusnya bilang ‘senang bertemu’? Itu tadi apa? Freudian slip? Kode? Salah ucap? Jebakan betmen?

Gegas Haru mencoba mengumpulkan nalar. Otaknya nyaris crash, seperti komputer jadul kebanyakan tab terbuka. “Gadis itu... aku harus... harus...”

"ZAA—"

Baru saja ia mengangkat suaranya,

“Jangan lakukan itu, Haru.”

Sebuah suara menyela dari belakang.

Haru menoleh.

Gadis itu berdiri tenang, elegan, tapi matanya tajam. “Ingat, masa depanmu sudah di depan mata. Swiss, Haru. Swiss. Jangan sia-siakan mimpimu demi cinta yang belum tentu.” Frustrasi melihat sikap Haru yang terus memandangi Zara dari jauh.

Haru tak menjawab.

Tatapannya masih terkunci pada langkah ringan Zara yang perlahan menjauh bersama kakaknya, seolah dunia lain tak penting lagi.

Asaki mengerang, nadanya meninggi. “Kalo elo nggak berhenti ngejar dia, aku bakal bikin cewek itu jera. Ingat itu, Haru. Jangan salahin aku nanti.”

Haru menarik napas pelan. Kepalanya menoleh, dingin. “Asaki," tekannya.

“Elo nggak bisa ngatur gue terus. Elo pikir gue nggak bisa ngebantah semua omongan elo? Selama ini gue menghargai elo. Kita jalan bareng, berbagi waktu sebagai sahabat yang saling dukung. Tapi, kalau elo menyentuh sedikit saja perasaanku… menyakiti orang yang sedang gue perjuangkan... gue yang akan bikin lo jera.”

Ia melangkah pergi, meninggalkan Asaki yang membeku. Tak ada ancaman lebih menakutkan dari kebenaran yang tak bisa dibantah.

Asaki mengambil ponselnya, "Danish, gue butuh bantuan lo. Kita ketemu sekarang."

1
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
Afi Afifah
Sumpah ini manis banget. Simpel tapi dalem. Kayak coretan kecil yang bisa nyelamatin seseorang dari gelapnya dunia. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!