NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:861
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 27 Telwave

Ira berada di ruang segienam, pakaiannya tampak kotor, rambutnya pun berdebu. Dilihat dari aksinya yang lebih peduli memo stick daripada serbuk tanah di lantai, Ira sudah kenal tempat ini. Ira sudah tahu seperti apa tempat teraman yang Lena gemborkan ini.

"April..! Motor aku! Aaa.. Marah."

April sudah berbelok di balik lawang yang mengangga, yang baru dilewatinya.

Di ruangan polos yang semua permukaannya putih menerangi ini, Ira mengabaikan serbukan tanah yang mulai rembes meleleh dan menyatu dengan lantai.

"Ayo, ihh.."

Ira meninggalkan ruangan dan saat melewati lawang.. Zrrthh! Pakaian si gadis langsung bersih, terpindai bersama rambutnya sekaligus, dan juga kulit wajahnya.

Ira tak mempedulikan penyaringan di lawang. Dia jalan bergitu saja. Sinar tadi dianggap saringan pasir, alat untuk membangun rumahnya, padahal wajah bersihnya berlangsung di sana.

Tampak Ira mulai terbiasa, sudah hapal dengan sarana dan fasilitas yang aktif di Panti, akan melakukan apa untuknya.

Lawang yang Ira tinggalkan membias jadi permukaan dinding.

Di jalur pejalan ini, Ira berbaur dengan para penghuni Panti, berhasil menyusul April, dan membahas kembali memo yang telah update.

"Pril, ayo lanjut. Tadi kamu nanyain update. Sekarang malah nyariin keset. Gimana sech..?"

April tetap diam tak menimpali Ira saking bosan-nya.

"Pril, kelewat. Kita balik ke temlen. Kita disuruh ngecek mading."

Lorong utama lurus terlihat. Dinding lokasi tidak datar melainkan cekung. Lantai dan langit-langitnya di sepanjang lorong adalah jajar segienam yang berukuran sama, tapi anehnya ukuran ruang heksa yang Ira diami tadi lebih kecil.

Ira dan April melewati seorang perempuan yang lenyap saat tangan si penyentuh meraba dinding lorong. Namun kejadian tersebut adalah yang ke sebelasan kalinya di perjalanan.

"Hei, Ra. Jangan dipaksa.. Lagi ngambek."

Di tengah jalan, seorang gadis menegur Ira dari lawan arah. Dia hanya berbisik sambil melangkah membatas suaranya dengan tangan.

"Eh, Teni..! Hei, sel kamu di mana?"

"Enam petak kiri sel koridor.."

Entah alamat Teni itu di mana. Ira tampak makin berseri mendengar jawaban Teni. Mungkin bagi orang baru hal itu terdengar asing dan sebuah jawaban sesat, sebab di sini berderet petak heksa lebih dari enam buah, ada ratusan, mungkin jika berdasarkan panjangnya jalan setapak, ada ribuan.

Ira tak bertanya lagi karena, mungkin, 0senang disesatkan.

April menepi ke cekung tujuan. Dia menyentuh dinding, meniru pejalan kaki lainnya, tapi bedanya tubuh April langsung meluruh dan ditarik magnet tersentuh, badannya bubuk-pudar ditarik hingga April menjadi batas. Ztthh..!!

Tubuh April bukan menghilang, hanya beda reaksi dengan penyentuh tembok lainnya yang langsung memberkaskan cahaya.

"Jiah.. Perpus. Lagi.. Udah pinter juga. Masih aja Nambah. Sel sebelah juga khan masih bisa buat baca-baca."

April tak muncul lagi di dinding yang diajak bicara.

Ira memilih ponselnya yang langsung dia rogoh dari saku celana panjangnya. Dia lalu mengatur sesuatu dari aplikasi yang dibukanya tersebut dan mengetik.

Tak-tik.. tak-tik..

Ira lalu balik kanan ke sel yang dia lewati, berjalan ke dinding cekung yang tadi mereka lewati.

Ira membaca layar ponselnya lagi. Di situ ada balon segienam berisi teks; BASECAMP, TANAH PNIN, TEMPAT KAK JIHAN KERJA.

Ira menyentuh dinding lorong. Taphh! Permukaan yang disentuh tergores garis vertikal, persis kerjaan tukang las di hari perampokan bank teraman. Garis merah lalu membelah diri persis pintu lift.

"Aaarh!!"

Jihan menjerit di seberang sana dan buru-buru keluar dari bar, membuka pintu di sebelah kulkas. Clekh!

Melihat kecentilan itu, Ira yang sempat bingung, lari ke arah toilet sebab tahu Jihan akan muncul di gang mana.

Deph!! Kedua alay bertemu dan berpelukan. Jihan yang lebih tinggi dari Ira mengangkat tubuh si hoodie sambil memutar-mutarkannya.

"Hahaah! Love to you Kak, love to you aku juga. Ahaah.. Haaha..!"

"Muahh! Muah..! Muah-muah! Muuu.. ah!"

Jihan mengulang-ulang aksi saat Ira sudah diturunkan, menghujani bibir Ira dengan mulutnya. Ira hanya menatap dengan senyum dan wajah yang kian berseri.

"Kalo elo dapet update soal goa (terowongan) kereta, lo kontek dulu gue oke?"

"Hum!" tanggap Ira. "Iya Kak."

"Lo bakal kecatet di sejarah dewan Ra. Bakal yang paling ngetop. Siapa tau."

"Aku mau kak Jihan aja."

Ira memeluk Jihan. Aksi tersebut membuat Jihan bingung sedetik.

Ira mengeratkan dekapan dua tangannya, membuat dada Jihan sesak. "Aah.. teruss. Enak, Ra. Ahh.. Ahh.."

Desah yang Jihan suarakan bersama tengadahnya ini membuat orang-orang berdecak, cengar-cengir, berkomentar aneh, hingga ada yang langsung melemparkan sesuatu padanya.

Tukh..!

"Aduh!"

"Jorok..! Lo."

Saat tahu sumber kemasan dilempar oleh siapa, kepalanya ditimpuk siapa, Jihan abai dan tak balas bersungut atas perbuatannya.

Chpph!

Selesai mengecup kepala Ira, Jihan balas memeluk, meniduri kepala Ira sambil memejam mata.

"Kocak. Hhh-hh..!!" bisik pemuda ini, duduk tergelak memegang perutnya. "Dasar batok.. sama si Melan. Hkk, hkk..!"

Telwave

Jam 19:46, lebih dari seratus murid bersantai di lapang segienam. Ada yang duduk mengobrol, memainkan kursi apung, ada yang dorong-dorongan badan tanpa menyentuh, ada yang tiduran di udara, dan masih banyak lagi aksi telekinetis lainnya yang semisal tamparan di pipi saat ada kain rok naik sendiri.

"Hahah! Mampus dapet angin."

Di salah satu dinding Endfield yang mengangga bagai goa tanpa pintu..

"Apa lo perlu gue yang turun, buat naro?" tanya Jihan

pada Lena.

Lena masih berdiri menatap hamparan hutan dari bibir tebing yang tinggi ini.

Jihan sekali lagi mengamati foto dirinya. Gambarnya kali ini kaki Jihan terkondisi pincang, sedang jalan meninggalkan kamera. Latar tempat berada di lorong brankas lengkap dengan ranjau besi dan sepotong kaki.

Blitz! Disa muncul dengan tangan sedang memegang selempeng kaca.

"Len, absen dulu.. Ngedip. Bisa buat perut kita kenyang. Ada biaya buat seminggu."

Lena meraih map absen yang Disa sodorkan. Dia segera jajarkan dengan tinggi wajahnya. Lena mengembalikan lagi pada Disa.

"Absen. Guru."

"Udah semua?" tanya Jihan.

"Udah. Kayak biasa, lo yang terakhir, Suhu."

Jihan memberikan foto yang sedang dipegangnya pada Lena, lalu meraih benda yang Disa asongkan dan meniru aksi Lena, mengedipkan kedua mata di depan kaca bening.

Di celah lingkaran tribun..

"Gambar wajah di sini tandanya bahwa wall field dibuka sama user ini. Kalo misalnya kita nyoba nutup wall, ngeklik ikon mata merem ini, Lena dapat voice yang lo buat. Kalo klik centang, kunci wall field sepenuhnya dioper ke dia."

Ira duduk di bantal apung, mendengarkan arahan Dito si pemilik laptop.

"Sudah jelas khan? Cuma ini aja?"

"Hu-um. Makasih Bang. Ya. Aku mau lihat temlen kak Hen Hen lagi. Boleh ya lewat sini?"

"Silahkan."

Lena sudah duduk beryoga di batu tebing. Dia dijinkan meditasi di jam latihan, karena pelatihan ini menyangkut Hen Hen yang masih butuh perlakuan khusus.

Jihan sedang bicara di lapang arena, sudah membuka kelas sejak tadi, di depan para pengikutnya.

"... dan mungkin nanti kita namain habis praktek. Giz? Kamu denger aku?"

Di Citymall..

"Aduhai.."

"Coba dong kerahin power kamu dari toko ke sini, Giz. Apa kamu dengar aku?"

"Hamba, Tuan. Demikian. Hamba mendengarmu."

Sshh.. hzttt..! Seorang ibu yang tengah membuka-buka tumpukan kaos, lalu karyawati brand tersebut, orang-orang yang menapaki koridor mall, termasuk Gizi yang sedang melipat celana jeans berhenti.

Aktivitas di stand ini, berikutnya di entrance mall, lanjut ke lapang parkiran, halaman gedung, jalan raya, mobil, motor, minibus, PKL, pejalan kaki, semua orang dan pergerakan yang ada tiba-tiba rotasi bumi berhenti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!