Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#3 Pendadaran di Pajang.
Ngabehi Ŕaden mas Manca dengan di bantu oleh Ngabehi Ragen Mas Wuragail memberikan beberapa keterangan akan hal nya penerimaan calon prajurit kali ini, mereka berdua menitik beratkan pada kesetiaan akan kerajaan Pajang bila kelak telah terpilih menjadi seorang prajurit.
" Tidak ada kata yg lain kecuali akan di hukum gantung bila ada yg akan berkhianat !" seru Ngabehi Raden Mas Manca sebelum mengakhiri perkataan nya kali ini pada acara pertemuan yg diadakan di alun-alun tersebut.
Setelah selesai ia mempersilahkan kembali bagi mereka untuk ke bangsal nya masing-masing.
Sekembali nya Danurwedha dari alun-alun kotaraja Pajang , ia tampak merenung.
Ah!, bagaimana cara nya aku dapat menunggang kuda hanya dalam dua hari saja.
Begitu lah yg ada di benak bocah remaja ini.
Ia memang sama sekali tidak pernah berkuda, jangan kan memiliki nya, mencoba untuk menunggangi nya sama tidak pernah sebab hèwan tunggangan itu cukup mahal harga nya.
Lama ia memutar otak nya agar dapat belajar berkuda secepat nya , namun tidak kunjung ia menemukan cara nya.
Padahal.dalam pendadaran kali ini, cara berkuda lah yg paling di utamakan, bahkan beberapa ketrampilan akan diuji melalui cara sambil menunggang kuda.
Membidik sasaran pada sebuah tempat yg di tentukan dengan sambil berkuda, entah itu menggunakan panah atau pun tombak sangat lah di utamakan pada kali ini.
Sebab Pajang memang menginginkan para prajuritnya terampil dalam hal berkuda.
Dan pada ke esokan hari nya, Tumenggung Wira pralaya pun datang lagi ke bangsal tersebut.
Ia pun berkata,
" Bagi siapa saja yg belum bisa menggunakan kuda maka kami persilahkan untuk belajar menunggangi nya, semua nya telah kami persiapkan di halaman belakang dari bangsal ini !" ucap nya kepada seluruh para peserta yg akan menjalani pendadaran kali ini.
Ia juga menambahkan bahwa seorang prajurit yg tangguh dan dapat diandalkan itu adalah seorang penunggang kuda sejati seperti yg telah pernah terjadi di kali bengawan sore, saat itu Pangeran Haryo Penansang yg sakti mandraguna tersebut gagal dalam hal mengendalikan kuda nya yg bernama Gagak Rimang tersebut sehingga berlari terus memburu kuda tunggangan dari Ngabehi Loring pasar yg ekor nya di ikat sehingga kuda tunggangan dari Pangeran Haryo Penansang itu pun menjadi sangat liar.
" Nah !, itu adalah contoh mengenai kehebatan seorang prajurit yg dapat mengendalikan kuda tunggangan nya tersebut, jadi kalian pun harus dapat mempergunakan nya dengan sebaik-baik nya, meskipun tidak semua nanti nya kalian yg terpilih menjadi prajurit Pajang ini akan di berikan kuda, tetapi setidak nya kalian semua harus tahu mengendarai nya " jelas Tumenggung Wira Pralaya.
Ucapan dari perwira tinggi Pajang itu bagaikan setetes embun di pagi hari yg dapat menyejuk kan hati Danurwedha.
Ia yg sempat hampir memutuskan hendak kembali ke Prambanan karena tidak bisa mengendarai seekor kuda.
Begitu mendengar bahwa Pajang pun menyediakan beberapa ekor kuda untuk di jadikan teman berlatih , hati nya pun menjadi sangat senang.
Ia pun mengacungkan tangan nya ketika di tanya apakah bisa mengendarai kuda atau tidak.
Terñyata banyak juga calon prajurit yg ada di bangsal tersebut yg tidak dapat menunggangi kuda.
Ini terlihat dengan banyak nya orang yg mengacungkan tangan nya bahkan termasuk dengan beberapa orang yg diutus dari kademangan nya itu.
Saking penasaran nya, Danurwedha pun bertanya kepada salah seorang diantara nya.
" Apakah kakang Adya Bayu tidak dapat menaiki kuda ?" tanya nya kepada teman nya tersebut.
" Sssthh!, aku bukan nya tidak bisa berkuda adi Danur, tetapi kuda-kuda disini berbeda dengan yg ada di kademangan kita, disini lebih tegar dan besar serta cukup liar, kita akan sangat sulit menggunakan nya saat hari pendadaran berlangsung untuk itu lah aku mengatakan tidak bisa berkuda agar dapat mengerti dengan kuda yg ada disini , sehingga begitu waktu nya tiba , ia akan mudah untuk kita kendalikan " terang Adya Bayu yg merupakan keponakan dari Ki Jagabaya dan merupakan sepupu dari parta teman Danurwedha.
" Oo,.!"
Danurwedha pun mengerti dengan perkataan dari salah seorang teman nya yg datang dari Prambanan tersebut.
Maka mereka kemudian pun berbondong-bondong berjalan ke belakang dari bangsal tempat mereka menginap ini , disana terdapat sebuah halaman yg cukup luas , bahkan hampir sebanding dengan alun-alun kotaraja , dan disitu lah kelak pada dua hari ke depan akan di lakukan pendadaran dalam hal ketangkasan, baik menunggangi kuda maupun membidik sebuah sasaran dengan mempergunakan senjata.
Dan pada halaman belakang yg cukup luas ini terdapat beberapa puluh ekor kuda yg memang dengan sengaja telah di persiapkan untuk berlatih bagi calon prajurit Pajang.
Oleh Tumenggung Wira Pralaya dengan di bantu beberapa orang perwira bawahan nya yg berpangkat Rangga dan Panji maka latihan pada pagi itu pun di laksanakan.
Mereka di bagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap satu kelompok terdapat seekor kuda yg bisa di pergunakan sebagai latihan.
Danurwedha sendiri di bawah pengawasan oleh seorang Perwira yg berpangkat Rangga , ia bernama Wibisana, Rangga Wibisana.
" Apakah kalian sudah siap ?" tanya Rangga Wibisana kepada peserta pendadaran ini.
" Siap,...!" jawab mereka secara serempak.
Di mulai lah latihan berkuda pada pagi itu , dan Danurwedha mendapatkan kesempatan pada setelah empat orang selesai berlatih.
Semula Rangga Wibisana merasa heran dengan bocah remaja ini, karena selain penampilan nya yg sangat berbeda , ia pun melihat bahwa Danurwedha masih cukup muda usia nya.
" Berapa umur mu?, apakah diri mu memang berniat untuk jadi seorang prajurit ?" tanya Rangga Wibisana kepada Danurwedha.
" Iya Ki Rangga , umurku hampir enam belas tahun, dan diri ku memang bercita-cita ingin menjadi seorang prajurit, aku pun sudah siap akan hal itu " sahut Danurwedha menjawab pertanyaan perwira Pajang ini.
" Baik lah, sekarang berlatih dengan kuda ini , dan ingat !, kemungkinan nya pada lusa , diri mu pun akan menggunakan nya pula di saat pendadaran yg sesungguh nya " ungkap Rangga Wibisana lagi.
Lalu Danurwedha pun teringat dengan ucapan teman nya Adya Bayu yg mengatakan bahwa ia akan turut serta berlatih meskipun sebenar nya dia bisa mempergunakan seekor kuda sebagai kendaraan nya.
Tanpa menunggu lama dan mengingat-ingat lagi perkataan teman nya itu, Danurwedha pun mengambil alih tali kekang kuda tersebut dari tangan Rangga Wibisana.
Semula kuda itu bergerak agak liar saat ada orang asing yg mendekati nya, tetapi dengan cukup cepat Danurwedha berusaha menenangkan nya dengan membelai kepala nya , aneh nya !, kuda berwarna coklat kehitaman ini pun bisa langsung menjadi tenang , bahkan kepala nya dengan cukup manja menanduk pelan ke arah wajah dari bocah remaja itu.
Danurwedha pun membalas nya dengan mengelus nya pada bagian leher kuda itu sehingga ia pun kembali menggerak-gerak kan kepala nya secara perlahan seolah sedang bermain dengan bocah remaja berambut gimbal ini.
Setelah di rasa aman oleh Danurwedha ia pun mulai berusaha untuk menunggangi nya dengan di dahului oleh sebuah lompatan.
Hufhh !
Karena bocah remaja yg berambut gimbal ini memang belum pernah menaiki seekor kuda maka ia pun mempergunakan ilmu nya yaitu ilmu peringan tubuh nya agar dapat mencapai punggung kuda yg berwarna coklat kehitaman ini yg memang berbadan tinggi dan tegar.
Hal tersebut sempat di lihat meski sekilas oleh Rangga Wibisana yg merupakan orang yg di tempatkan di kelompok tersebut.
Hehh !, ternyata bocah itu memang membawa sesuatu kesini guna bisa menjadi seorang prajurit, melompat setinggi itu bukan lah perkara yg mudah, bahkan tanpa mempengaruhi kuda Si Jimat itu , kata Rangga Wibisana di dalam hati nya.
Ia dapat melihat kemampuan dari seorang Danurwedha, bocah remaja asal Prambanan ini.
Terlebih diri nya cukup mengetahui bahwa bocah itu memang tidak tahu mengendarai seekor kuda, karena begitu duduk di atas pelana nya, diri nya hanya diam saja.
" Tarik lah tali kekang kuda itu dan bawa lah berjalan mengitari halaman ini !" seru Rangga Wibisana yg melihat tidak ada pergerakan dari bocah remaja itu yg masih saja terpaku duduk diam di atas kuda nya.
Memang Danurwedha tidak tahu mempergunakan kuda sebagai kendaraan nya ,menaiki nya pun baru kali ini, itu pun dengan kemampuan nya ia melompat ke atas punggung nya sehingga di tengah kebingungan nya , ia mendengar Rangga Wibisana menyerukan nya agar membawa kuda tersebut berjalan.
Dengan cukup kuat ia pun menarik tali kekang kuda yg bwrwarna coklat kehitaman ini.
Heahhh!
Hhiiiiiekhh !
Kuda itu pun meringkik dengan keras nya bahkan mengangkat kedua kaki depan nya begitu tinggi dan hampir menjatuhkan sang penunggang nya , beruntung Danurwedhà berpegang kuat pada tali kekang tersebut.
Kuda si Jimat pun berlari dengan begitu kencang nya begitu kedua kaki depan nya tersebut menyentuh tanah.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram