NovelToon NovelToon
Benang Merah Yang Berdarah

Benang Merah Yang Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Blurb:

Mia meyakini bahwa pernikahan mereka dilandasi karena cinta, bukan sekadar perjodohan. Christopher mencintainya, dan ia pun menyerahkan segalanya demi pria itu.

Namun setelah mereka menikah, sikap Chris telah berubah. Kata-katanya begitu menyakitkan, tangannya meninggalkan luka, dan hatinya... bukan lagi milik Mia.

Christopher membawa orang ketiga ke dalam pernikahan mereka.

Meski terasa hancur, Mia tetap terus bertahan di sisinya. Ia percaya cinta mereka masih bisa diselamatkan.

Tapi, sampai kapan ia harus memperjuangkan seseorang yang terus memilih untuk menghancurkanmu?


Note: Remake dari salah satu karya milik @thatstalkergurl

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

“Ini… musikku,” bisik Mia lirih, seolah suara itu hanya ditujukan untuk dirinya sendiri. “Bagaimana dia bisa tahu notasi ini...? Bahkan... aransemen ini milikku...”

Kepalanya perlahan menoleh ke arah Christopher. Pria itu berdiri di dekat panggung, dan menatap ke arah pianis yang baru saja menyelesaikan penampilannya. Wajahnya memancarkan kehangatan, sebuah senyuman yang begitu tulus dan dalam.

Senyuman yang tidak pernah Mia lihat sebelumnya.

“Senyum itu…” gumam Mia dengan napas tertahan. “Aku belum pernah melihat senyum itu ditujukan padaku.”

Saat musik telah berhenti, ruangan menjadi hening sejenak. Lusy bangkit dari bangku pianonya dan membungkuk anggun ke arah para tamu yang mulai bertepuk tangan dengan takzim.

Dan kemudian tatapannya mengarah kepada satu orang.

Christopher.

Dengan penuh kelembutan, Lusy mengulurkan tangannya ke pria itu. Di wajahnya terpancar makna yang sulit dijabarkan. Ia tersenyum hangat, namun menusuk.

“Chris, bisakah kamu bermain denganku?” ucapnya dengan lembut.

Riak bisikan mulai mengalir di antara para tamu. Tetapi Christopher tampak tidak terganggu sedikitpun. Ia hanya tersenyum, senyuman yang sama tulusnya seperti tadi dan menjabat tangan Lusy tanpa ragu.

“Tentu,” jawabnya tenang, seperti sudah menunggu momen ini sejak lama.

Mereka duduk berdampingan di depan piano, terlihat begitu serasi seolah waktu tidak pernah memisahkan mereka. Musik kembali mengalun. Dan kali ini, lebih dalam dan lebih kuat, hingga terasa menggetarkan ruang dan hati yang menyaksikannya.

Para tamu terdiam. Tapi bisikan pelan mulai terdengar, menyusup seperti desas-desus yang tidak bisa dicegah.

“Bukankah Tuan Chris menolak menyentuh piano lagi sejak cinta pertamanya menghilang?” gumam seorang wanita.

“Benar... Tapi lihatlah dia sekarang. Ekspresinya penuh cinta saat dia memainkannya.”

“Siapa sebenarnya wanita itu? Mengapa Christopher terlihat begitu hidup saat bersamanya?”

“Jangan-jangan... itu kekasihnya yang selama ini menghilang?”

“Lagu ini belum pernah aku dengar sebelumnya. Tetapi sangat indah.”

“Mereka terlihat sangat serasi... Jauh lebih cocok dibandingkan dengan Mia.”

Mia berdiri diam di balik kerumunan. Suara-suara itu bergema di telinganya, menghantam seperti gelombang petir yang mengoyak pertahanannya. Kata-kata itu menusuk lebih tajam dari sembilu, lebih pahit dari rasa kehilangan.

“Mereka semua melihatnya...” pikir Mia, dadanya terasa sesak. “Sekarang mereka tahu siapa yang paling Christopher cintai.”

Air matanya mulai menggenang, namun ia menolaknya untuk jatuh. Giginya mengatup rapat, dan napasnya tersengal.

“Kenapa dia bisa bermain,” gumamnya hampir tak terdengar, “dan aku tidak?”

Ia tidak tahu apakah itu bentuk kecemburuan, rasa sakit, atau sekadar kehilangan yang tidak pernah sempat ia akui. Bahkan musik itu telah diambil darinya, termasuk Christopher.

Mia berdiri tegak. Meski tubuhnya gemetar, meski jantungnya terasa hancur dan berantakan, ia tidak ingin jatuh. Tidak di hadapan orang-orang disini. Pandangannya terpaku pada dua sosok yang tengah bermain piano dengan penuh harmoni. Melodi mereka mengalun dengan indah, seperti simfoni yang menyatukan dua jiwa.

Di tengah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan, satu hati sedang runtuh secara perlahan.

Namun bagi Mia, musik itu tidak lebih dari pisau yang mengoyak isi hatinya.

Tanpa sadar, ia melangkah maju ke depan. Hatinya tidak bisa lagi menahan gejolak yang terasa membuncah. Kemudian tangannya mendorong tubuh-tubuh yang ada di depannya, membuat beberapa tamu sempat terhuyung.

“Hei! Apa-apaan ini?!” protes seorang pria dengan nada tak percaya.

“Itu… itu Mia, bukan?” gumam seorang wanita yang mulai menyadari kekacauan yang timbul.

Mia tidak peduli. Ia terus melangkah hingga akhirnya ia berdiri tepat di depan panggung, hanya beberapa langkah dari piano yang masih memainkan lagu yang seharusnya tidak ada di sana.

Matanya menajam. Ia menatap tangan ramping Lusy yang menari di atas tuts piano, tangan yang menggantikan tempatnya. Hatinya terasa memanas.

“BERHENTI!” teriak Mia lantang.

Musik itu terputus, dan ruangan sontak menjadi sunyi.

Dengan langkah cepat, Mia meraih tangan Lusy dan menariknya dari tuts piano.

“Ah!” Lusy tersentak dan matanya membelalak. “Mia?! Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!”

Gadis itu berusaha melepaskan diri, tetapi genggaman Mia justru menguat.

Christopher berdiri kaku dan terkejut. “...Mia?”

"Kenapa dia menjadi sekuat ini?" pikir Christopher dalam diam. "Selama ini dia selalu terlihat lemah dan begitu lembut…"

“Darimana kau mendapatkan musik ini?!” desak Mia dengan suara gemetar menahan amarahnya.

Lusy tampak panik. “Maksudmu apa? Aku menulisnya sendiri! Ini hadiah ulang tahunku untuk Christopher!”

“Pembohong!” desis Mia, matanya basah oleh kemarahan dan luka yang tidak mampu ia bendung. “Itu musik milikku! Aku yang menulisnya sendiri dan menyimpannya di dalam amplop, di dalam kamarku!” ujarnya dengan nafas memburu.

“Jangan bilang... kau yang telah mencurinya?” suara Mia melemah, tetapi justru terasa lebih menyakitkan.

“Diam!” bentak Christopher tiba-tiba. “Lepaskan dia sekarang!” ujarnya dingin.

“Tidak, Chris!” seru Mia, tak gentar. “Dengarkan aku dulu! Lagu ini—”

“Aku tidak mencurinya!” Lusy menyela dengan suara yang bergetar. Air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku sungguh tidak mencurinya... aku menulisnya sendiri... aku sudah menyiapkannya sejak lama. Bahkan... aku ingin menggunakannya untuk kompetisi.”

Tubuhnya berguncang. Bahunya naik turun menahan tangisannya. Wajahnya yang biasanya tenang kini penuh dengan luka dan ketakutan.

Dan para tamu mulai bergumam.

“Kasihan sekali dia…” bisik seorang wanita.

“Mia sungguh keterlaluan. Itu kejam sekali,” tambah yang lain.

Mia berdiri mematung. Kata-kata itu seperti cambuk yang menghantamnya bertubi-tubi. Ia melihat ke arah Christopher, berharap meski hanya sedikit, ada keraguan di matanya. Tetapi yang ia lihat hanyalah tatapan keterkejutan dan kekecewaan.

Christopher menatap Mia dengan pandangan dingin, tajam, dan penuh kemarahan yang daapt membungkam ruangan.

“Pergi,” ucapnya pelan.

Mia mengerutkan kening, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Apa…?”

Christopher melangkah maju. Ia berucap dengan nada meninggi dan penuh tekanan. “Aku bilang… pergi, dan lepaskan dia!”

Tangannya sigap menarik Lusy dari genggaman Mia. Tubuh Lusy limbung seketika, lalu jatuh ke dalam pelukannya sambil mengeluh tertahan.

“Sakit pergelangan tanganku…” rintihnya lirih.

Christopher menunduk, untuk menatap pergelangan tangan Lusy yang tampak memerah. Bekas tekanan itu begitu jelas. Kemudian sesuatu di dalam dirinya mendidih.

“Lihat apa yang telah kau lakukan,” ucapnya dengan suara berat. “Sekarang, minta maaf padanya.”

Namun Mia berdiri tegak, meski bibirnya bergetar dan suaranya nyaris tidak terdengar. “Aku tidak akan minta maaf padanya, karena aku tidak melakukan kesalahan.”

“Lee Mia…” Christopher menatap tajam. “Kau sangat jahat.”

Ucapan itu menamparnya lebih keras daripada tangan mana pun.

“Hanya dengan satu tuduhan, kau bisa menghancurkan reputasi seseorang,” lanjut Christopher. “Dan kau tahu? Sekarang ini… kau terlihat sangat menjijikkan.”

Mia membeku dan napasnya tercekat. “Aku… tidak…”

'Aku tidak tahu harus berkata apa lagi…' pikirnya dalam hati. 'Bahkan jika aku menjelaskannya... tidak akan ada yang percaya padaku.'

Christopher memeluk Lusy lebih erat. Lalu, sekali lagi, ia menatap Mia dengan tatapan yang tidak lagi berisi oleh rasa keterkejutan.

“Kau bilang itu musikmu?” suaranya mengeras. “Di depan semua orang, kau menuduhnya plagiat tanpa ada bukti satu pun.”

Ia menggeleng pelan, tak habis pikir. “Apa kau pikir hal itu tidak akan menghancurkan harga dirinya?”

Mia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tapi hatinya tak mampu lagi menyimpan luka itu.

“Dia… dia benar-benar mencurinya dariku…” gumamnya pelan. “Aku meletakkan naskah musik itu di dalam amplop di dalam kamarku… lalu tiba-tiba amplop itu menghilang…”

Kerumunan tamu mulai berbisik. Tatapan yang awalnya penasaran kini berganti menjadi jijik dan iba. Tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mendekat. Tidak ada satu pun yang berpihak padanya.

'Kenapa…? Kenapa tidak ada yang percaya padaku…?' tanya Mia dalam hati.

Suara piano yang tadinya mengalun indah kini telah berganti dengan desisan dan gumaman yang memekakkan telinga. Penghakiman tanpa suara itu sangat jauh lebih kejam.

Dan di tengah sorotan mata para tamu itu, Mia berdiri sendirian. Kedua tangannya menggantung di sisi tubuhnya, ia telah kehilangan daya. Dan matanya memerah, namun ia menolak untuk menangis.

Lusy menatap Mia dengan wajah yang tampak begitu polos, seakan dirinya adalah korban dari seluruh drama yang tengah terjadi.

“Bukankah kau sendiri yang memberiku kamar utamamu, Mia?” ucap Lusy pelan, suaranya bergetar, seolah tengah menahan luka. “Padahal aku sudah bilang akan tidur di kamar tamu…”

“Apa?” Mata Mia membelalak tak percaya. “Aku memberimu kamar itu karena kau bilang hanya butuh tempat tidur untuk semalam! Karena kau bilang hari sudah larut malam!”

Christopher yang sejak tadi berdiri tegak di samping Lusy, kini menoleh lambat ke arah Mia dengan sorot mata yang tajam.

“Jadi seperti ini maksudmu…” ujarnya dingin.

Ia terkekeh pelan, namun suara tawanya terdengar getir. “Aku sempat bertanya-tanya... kenapa kau membiarkan Lusy tidur di kamar utama. Dan sekarang, aku mengerti.” Ia menatap Mia lurus. “Jadi kau sudah merencanakannya dari awal, Mia?”

Seketika, Mia tertawa dengan getir. Matanya mulai memerah, tapi ia masih mencoba berdiri tegar.

“Apa menurutmu aku sudah gila jika aku bilang… dia juga pernah mencuri musikku? Waktu itu, saat aku hendak ikut kompetisi musik di tahun terakhir SMA…”

Lusy pura-pura terkejut. Ia menjawab dengan suara bergetar, dan air mata menggantung di pelupuk matanya seperti aktris yang memainkan peran dengan sempurna. “Kau masih belum puas, ya? Bahkan sekarang kau masih saja menyebarkan kebohongan itu?”

Christopher mengangkat kedua tangan dan bertepuk tangan pelan dengan senyuman dingin.

“Lucu sekali,” katanya sinis. “Kau benar-benar tidak tahu malu, Mia.”

Ia melangkah maju, menatap Mia dengan penuh kebencian.

“Semua orang juga tahu, saat kompetisi musik SMA dulu... kamulah yang mencuri karya milik Lusy. Dan sekarang, kau mencoba membalikkan fakta itu? Di depan umum? Di acara sepenting ini?”

Mia menggeleng lemah. “Tidak… bukan aku… aku tidak pernah—”

“Lee Mia,” potong Christopher tajam, “Kau benar-benar membuatku muak.”

Tubuh Mia gemetar hebat dan pandangannya menyapu seisi ruangan. Wajah-wajah yang dulu dikenalnya, kini berubah menjadi musuh. Mata mereka dipenuhi cemoohan, seolah akan siap menelannya hidup-hidup.

“Ternyata benar ya rumor tentang dia…”

“Dasar licik…”

“Aku tidak nyangka dia setega itu…”

Bisik-bisik yang tajam dan menusuk telinga itu seperti tombak-tombak kecil yang menancap di hatinya satu per satu. Semuanya memilih percaya pada Lusy.

Mia tersenyum pahit. Kemudian ia melangkah mundur. Ia sudah tidak kuat dengan kenyataan yang begitu menyakitkan.

“Terserah kalian semua…” bisiknya getir. “Percaya saja padanya. Aku tidak butuh pembelaan dari siapa pun…”

Lusy menunduk ke dalam pelukan Christopher, dan menangis pelan. “Aku benar-benar tidak menyangka dia akan sejahat ini…”

Dan itu adalah pecahan terakhir dari hati Mia. Kemudian ia membalikkan badan, lalu berlari keluar dari ruangan.

“Dia melarikan diri?!”

“Pantas saja. Dia sudah ketahuan bohong…”

Christopher mengangkat satu tangannya kepada para tamu.

“Tunggu.”

Kerumunan itu langsung terdiam dan sunyi seketika. Tidak ada satu pun yang berani bergerak.

“Aku harap kalian semua bisa melupakan kejadian hari ini,” ucapnya tanpa ekspresi. “Anggap saja ini tidak pernah terjadi. Aku tidak ingin mendengar siapa pun membicarakannya.”

Beberapa orang mulai menunduk satu per satu.

“Ya, tentu… Tuan Chris…”

“Kami paham…”

Di tengah ruangan yang perlahan tenang, Christopher menatap ke arah pintu yang kini telah kosong, tempat Mia menghilang beberapa detik yang lalu. Tatapan matanya kosong dan sulit ditebak.

Antara marah? Kecewa? Atau… sebenarnya mulai ragu?

Tak ada yang tahu.

.

.

.

.

.

.

.

- 𝐓𝐁𝐂 -

1
partini
semoga hati kamu benar benar mati rasa untuk suami mu Mia,
partini
semoga kau cepat mati Mia
partini: mati rasa Thor sama cris bukan mati raga atau nyawa hilang ,,dia tuh terlalu cinta bahkan cinta buta
dan bikin cinta itu hilang tanpa bekas
Phida Lee: jangan dong, kasihan Mia :(
total 2 replies
partini
drama masih lanjut lah mungkin Sampai bab 80an so cris nikmati aja
Sammai
Mia bodooh
partini
oh may ,ini satu satunya karakter wanita yg menyeknya lunar binasa yg aku baca ,,dah crIs kasih racun aja Mia biar mati kan selesai
Phida Lee: nah bener tuh kak 😒
total 1 replies
partini
crIs suatu saat kamu tau yg sebenarnya pasti menyesal laki laki tergoblok buta ga bisa lihat
Mia Mia cinta butamu membuat dirimu terluka kamu jg sangat goblok ,, wanita kaya kamu tuh ga bisa move on ga bisa sukses terlalu myek2 kamu ,,so enjoy lah
Sammai
Mia terlalu bodoh kalau kau terus bertahan untuk tinggal di rumah itu lebih baik pergi sejauh jauhnya coba bangkit cari kebahagiaanmu sendiri
partini
dari sinopsis bikin nyesek ini cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!