Apa dasar dalam ikatan seperti kita?
Apa itu cinta? Keterpaksaan?
Kamu punya cinta, katakan.
Aku punya cinta, itu benar.
Nyatanya kita memang saling di rasa itu.
Tapi kebenarannya, ‘saling’ itu adalah sebuah pengorbanan besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episot 27
Puja menjelaskan sebisa-bisa saat dicecar pertanyaan tentang panggilan khusus CEO atas dirinya oleh teman-temannya. Tidak ada bagian yang benar, sepenuhnya dia berbohong.
"Maafin aku, Teman-Teman," sesalnya dalam hati. Satu tegukan soda mengaliri tenggorokannya.
Teman-temannya memahami, tidak banyak bertanya lagi.
Puas memberondong Puja, kegiatan berlanjut ke acara makan pedas ugal-ugalan. Ramai obrolan 'tak jelas tema mengudara, dari membahas ukuran pakaian dalam hingga isi-isinya. Terdengar absurd, tapi mereka justru bahagia dan menikmati. Tawa-tawa lebar menggema hingga ke langit.
Pandangan sekitar tidak dihirau seolah tempat itu milik mereka.
Tapi Puja mulai merasa lelah.
"Aku, sepertinya aku harus pulang," katanya. "Mataku mulai mengantuk."
"Yaa, Puja ... kenapa gitu? Soda sama camilannya kan masih banyak."
"Iya, Puja. Gak seru gitu ah!"
“Bentar lagi aja, Puja. Bila perlu nanti kuantar pulang." Satu teman pria, sebut saja Ardan, menawarkan diri.
"Ah, nggak. Ak--"
"Ayolah, Puja, kali ini aja. Kita baru pertama kali berkumpul sama kamu kayak gini, kan? Tenang aja, kamu gak perlu bayar. Aku traktir semua."
Kalimat satu yang lain, dibalas sorakan teman yang lain.
Jumlah mereka ada enam orang banyaknya, satu per satu bergiliran membujuk Puja. Membuat wanita itu kebingungan setengah mati.
"Aku rasa kalian tidak berhak memaksa dia!"
Sebuah suara seketika membuat hening dan menginterupsi cicit mereka, serentak pandangan termasuk Puja mengarah ke pusat sama.
"Pak Kavi!" pekikan tertahan terlontar nyaris bersamaan.
"Kavi!" desis Puja, sama terkejut.
Pria itu berjalan mendekat.
Teman-teman Puja sontak merunduk dan saling bertukar pandang di posisi sekaku itu.
Pertanyaan di benak mereka nyaris berbunyi sama, "Kenapa CEO bisa tiba-tiba ada di sini ?"
"Maaf, Pak Kavi. Kami hanya ingin berkumpul sebentar.” Manager divisi membuka suara.
“Tapi Puja mengatakan sudah mengantuk. Jika lebih malam di sini, bukan hanya Puja, kalian akan terlambat sampai di kantor besok."
Semua terdiam dan merunduk lebih dalam lagi.
"Aku tidak ingin dengar ada yang tidak masuk kerja besok atau pekerjaan tak terselesaikan hanya karena terlambar bangun.”
Mereka semakin ingin tenggelam.
"Tadi siang di kantor ada Manager UmumーJimmy Ardana yang sok horor, sekarang lebih parah lagi, CEO sendiri."
"Sialnya kita."
"Maaf, Pak Kavi. Kami sungguh minta maaf dan tak akan mengulang lagi."
"Maafkan kami juga, Puja. Maaf karena 'tak peka dan memaksamu tinggal."
Perlakuan teman-temannya begitu, Puja jadi gelagapan sendiri dan merasa 'tak enak hati. "Nggak, semuanya, aku nggakー”
"Sudah. Kalian semua aku maafkan," potong Kavi, malas menonton drama yang tidak penting antara Puja dan teman-temannya, tak ingin memperpanjang. "Dan kamu, Puja ... Kamu mengantuk, kan? Cepat pulang!”
Puja bimbang sendiri, memandang wajah rekannya satu per satu, lalu mendongak pada Kavi. "Iya, saya akan, tapi ...."
“Ikut mobilku saja, jalan kita searah sampai di pertigaan. Aku turunkan kamu di sana lalu sambung dengan taksi."
Puja melemaskan pundak, memberi tatapan sulit pada pria itu.
Kavi membalas dengan gestur kepala, meminta istrinya segera bangkit dan menuruti kata-katanya. Sudah bagus berani mengikuti sampai ke tempat ini, jika tidak, Puja tidak akan dibuat pulang.
"Kalian juga pulanglah! Banyak begadang akan membuat kalian bodoh," tukas akhir Kavi sebelum kemudian mengambil langkah seribu meninggalkan para bawahannya yang sudah seperti kecoak terinjak.
Puja menatap punggungnya menjauh dengan gelengan tak habis pikir. "Apa-apaan dia?"
"Puja ayo keluar ikuti Pak Kavi! Atau kamu akan dikulitinya karena 'tak patuh." Manager divisi-nya mendorong lagi.
Dengan 'tak enak hati, akhirnya Puja mengalah. "Baik, Bu. Maafin aku, semuanya." Dia bangkit sembari meraih tas di atas meja, kemudian berlalu.
"Iya. Hati-hati."
Gegas Puja memacu langkah menyusul si konyol Kavi, pria itu sudah apik di dalam mobil yang terparkir sedikit jauh dari halaman kedai.
BRUG!
Pintu mobil ditutup kencang dari dalam oleh Puja. "Kamu ini kenapa sih?!" tanyanya langsung setelah duduk di jok sebelahnya Kavi.
"Apanya yang kenapa?" Kavi balik bertanya. Seolah tak peduli dengan konsep emosi Puja, mobil mulai dijalankannya setenang riak air di danau kecil rumah kakeknya.
"Kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di sana? Kamu ngikutin aku?!" cecar Puja.
"Kalau aku bilang iya, kamu mau apa?" Lagi-lagi Kavi bertanya balik.
Mata Puja nyalak melebar. "Buat apa?"
"Apa harus aku jelasin lagi? ... Jelas karena kamu adalah istriku! Dan alasan lainnya ... aku mau waktu kamu.”
*****
Jauh mobil Kavi melaju meninggalkan ibukotaーKota Tetangga.
Enam bulan lalu, jauh sebelum menikahi Puja, dia membeli sebuah rumah di kota itu.
Mobil sudah terparkir di halaman setelah melewati gerbang yang tidak begitu tinggi.
Rumah klasik serupa bungalow.
"Ini rumah ...?"
"Rumah aku!" jawab cepat Kavi sebelum Puja menandaskan pertanyaannya.
"Kenapa bawa aku ke sini?”
"Nggak ada alasan, cuma mau aja."
"Kavi!"
"Ayo!"
"Kavi! Kita pulang aja deh."
"Ini juga pulang, ini rumahku.”
"Tapi ini udah malem banget, besok pagi kita harus ke kantor. Dari sini kejauhan!”
"Maka bangun lebih pagi dari jam kantor."
perjalanan dan ekspansi bisnis mungkin bisa jadi pembelajaran juga buat pembaca..
tetaplah berkarya dan menjadi yang terbaik.. 👍👍😍🙏
jadi lupakan obsesi cintamu puja..
ada jim dan jun, walaupun mereka belum teruji, jim karena kedekatan kerja.. jun terkesan memancing di air keruh..