******
Pada malam Kirana melihat kekasihnya tidur dengan sahabatnya, Kirana melakukan hal gila dengan mengajak pria yang tidak ia kenal untuk bermalam dengannya.
Malam itu mengubah seluruh kehidupannya. Kirana hamil dan diusir dari rumahnya sehingga harus berjuang demi menghidupi dirinya dan anak yang dikandungnya.
Anak yang Kirana lahirkan ternyata bukanlah anak biasa. Dylan, memiliki kecerdasan yang sangat menakjubkan, yang membuat kehidupan Kirana lambat laun membaik.
Di usianya yang ke tiga tahun, Dylan bahkan berhasil membobol keamanan sebuah perusahaan besar di Asia yang menyebabkan Kirana menjadi target sang pemilik perusahaan yang ternyata adalah pria asing yang telah tidur dengannya empat tahun lalu.
Bagaimanakah perjalanan hidup mereka selanjutnya? Ikuti terus kisahnya dalam novel ini.
--------------
Terima kasih sudah mampir di novel terbaruku.
Jangan lupa jadikan favorit ya supaya tidak ketinggalan update bab-bab baru lainnya.
Dukung juga novelku dengan memberi like dan vote supaya aku tambah semangat menulis.
🙏🙏😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Kandung Dylan
Ucapan Dylan langsung membuat Bagas terpaku sesaat. Selama ini Bagas tidak pernah berpikir kalau Dylan akan bisa menemukan ayah kandungnya, karena Kirana sendiri tidak bisa mengingat wajah pria yang dulu pernah menghabiskan malam dengannya.
Bagas tidak pernah khawatir harus bersaing dengan orang yang tidak akan pernah ditemukan, tetapi ucapan Dylan langsung menerbitkan sebuah kekhawatiran di diri Bagas.
“Kenapa Dylan bisa yakin kalau Dylan menemukan ayah kandung Dylan?” Bagas mencoba untuk Tetap tenang walaupun sebenarnya di dalam hatinya sudah mulai gelisah. Bagas harus memastikan kalau apa yang Dylan katakan memang benar.
“Nanti setelah makan malam, ketika mama sedang membereskan dapur, Papa Bagas ikut Dylan ke kamar, ya?”
“Iya. Nanti sekalian Papa Bagas temani Dylan sampai tertidur, ya?”
Dylan pun mengangguk setuju.
Makan malam kali ini terasa begitu panjang bagi Bagas yang pikirannya selalu melayang pada perkataan Dylan tadi. Apa yang saat ini ia miliki bisa hilang dalam sekejap bila ayah kandung Dylan benar-benar datang ke tengah-tengah mereka dan Bagas tidak menginginkan hal itu terjadi.
“Ma, nanti Dylan mau Papa Bagas yang menemani Dylan sampai Dylan tertidur, ya?”
“Kalau Papa Bagas tidak keberatan,” jawab Kirana sambil melihat ke arah Bagas yang sedang asyik memangku Dylan yang sejak tadi tidak mau turun dari pangkuannya.
“Aku tidak keberatan, kok. Sudah lama aku tidak menemaninya sampai tertidur.” Bagas mengusap kepala Dylan.
“Kamu terlalu memanjakannya, Bagas,” keluh Kirana yang sering sekali mengatakan hal yang sama.
Dan seperti biasa Bagas selalu membalasnya dengan senyuman.
Seusai makan malam, Bagas mengantar Dylan untuk cuci tangan dan kaki serta menyikat giginya sebelum tidur.
“Papa Bagas.”
“Iya?” jawab Bagas sambil membuka baju Bagas untuk ia gantikan dengan baju tidur.
“Papa Bagas kenapa tidak menginap saja? Kan, besok pagi Papa Bagas harus ke sini lagi menemani Dylan,” usul Dylan.
“Hm … Kamu benar juga. Nanti coba Papa Bagas tanya ke mama kamu, ya?”
“Aku saja yang tanyakan. Kalau Papa Bagas yang bertanya, sekali mama bilang tidak, Papa Bagas akan langsung menurut.” Dylan langsung berlari keluar kamar sesaat setelah Bagas selesai memakaikan baju tidurnya.
Bagas hanya menggelengkan kepalanya.
Apa yang Dylan katakan memang tidak salah. Bagas tidak pernah memperdebatkan apa yang Kirana katakan padanya. Karena itu pula sering kali Dylan yang membantunya.
Tidak lama berselang, Dylan sudah masuk kembali dengan wajah bangganya. “Semua sudah beres. Papa Bagas bisa menginap di sini malam ini dan tidur bersamaku.” Dylan mengangkat ibu jarinya sebagai tanda kalau semua sesuai dengan rencananya. “Berarti aku punya waktu lebih banyak untuk menunjukkan kepada Papa Bagas tentang semua kecurigaanku.”
Bagas segera duduk di samping Dylan yang sudah siap di depan laptopnya. Dylan mengetik kata sandi yang ia buat untuk laptopnya dan menuju ke menu pencarian di google.
Tidak lama muncullah sosok foto seorang pria asing yang sangat mirip dengan Dylan.
“Tuh, kan! Mirip banget sama aku!” Dengan penuh semangat Dylan menunjukkan foto yang ia temukan beberapa hari lalu ketika ia sedang membaca mengenai tokoh-tokoh bisnis yang berpengaruh di dunia.
Damian Smith. Itulah nama yang tertera di sana. Dalam usia yang masih sangat muda ia sudah menempati posisi ketiga sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap pergerakan bisnis di dunia. Ia bahkan mendapatkan julukan sang jenius karena setiap langkah yang ia ambil, tidak dapat terbaca oleh lawan-lawan bisnisnya dan berakhir dengan kemenangan di pihaknya.
Bagas tidak dapat mengelak kalau wajah Damian memang sangat mirip dengan Dylan, apalagi di artikel itu di sisipkan foto Damian ketika ia masih balita yang terlihat seakan itu adalah foto Dylan.
“Papa Bagas. Kok diam saja sih? Mirip, kan?” protes Dylan yang tidak mendapatkan tanggapan apa pun dari Bagas.
“Eh, i—iya, mirip Dylan.”
“Tapi mana mungkin mama bisa mengenal pria ini? Pria ini pastinya sangat kaya. Dunianya dan mama jelas jauh berbeda.” Dylan menjepit dagunya dengan jari tangan dan menampakkan ekspresi menggemaskan sedang berpikir. “Menurut Papa Bagas, apakah Om ini mungkin ayah Dylan?”
Bagas masih tertegun melihat kemiripan yang ada di antara Dylan dan pria di artikel online itu. “Apakah mungkin pria ini adalah ayah kandung Dylan? Tapi bagaimana Kirana bisa mengenalnya?”
“Papa Bagaas!” Dylan memukul paha Bagas sambil sedikit berteriak.
Bagas langsung menoleh ke arah Dylan yang sudah memandangnya dengan pandangan kesal karena dari tadi Bagas mengacuhkannya.
“Maaf, Dylan. Papa Bagas hanya terkejut melihat kemiripan kalian.” Bagas pun mengangkat tubuh Dylan dan pindah ke kursi yang tadi Dylan duduki sambil memangku Dylan.
“Mirip banget, kan? Aku yakin dia papaku. Aku harus mencari cara untuk menarik perhatiannya. Aku ingin memastikan apakah benar dia ayah kandungku.”
“Dylan, apa kamu yakin? Dia bukan orang biasa, Dylan. Pastinya tidak mudah untuk bertemu dengannya,” ucap Bagas yang khawatir dengan rencana Dylan. Selain itu sebagian dari dirinya tidak ingin Dylan mencari ayah kandungnya. Bagas tidak ingin semua perjuangannya berubah menjadi sia-sia setelah kehadiran ayah kandung Dylan.
“Aku akan pikirkan caranya. Saat ini aku harus mencari banyak informasi tentangnya. Papa Bagas mau membantuku, kan?” Dylan menoleh ke atas memandang Bagas dengan tatapan penuh harap.
“Apakah kamu yakin mamamu ingin kita menemukan ayah kandungmu?”
“Aku tidak tahu, tetapi mama sering terlihat bersedih kalau aku membicarakan soal ayah kandungku. Mama selalu merasa bersalah karena tidak bisa memberikanku keluarga yang lengkap.”
Bagas menghela napasnya. Sebenarnya Kirana bisa memberikan keluarga lengkap pada Dylan, hanya saja Bagas bukanlah pilihannya.
Sekeras apa pun Bagas berusaha, Kirana tidak pernah mau menarik Bagas masuk ke dalam keluarganya. Alasannya selalu sama. Bagas pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya. Alasan klise yang tidak pernah bisa Bagas terima, dan karena itu juga Bagas tidak pernah menyerah dan selalu menjaga Kirana, Dylan, dan Mbok Inah.
Suara ketukan dari arah luar pintu tiba-tiba terdengar. Dylan dengan segera menutup laptopnya dan berpura-pura tertidur di pangkuan Bagas.
“Dylan sudah tidur?” bisik Kirana yang membuka sedikit pintu kamar Dylan agar sinar dari luar tidak terlalu mengganggu tidur Dylan. Dylan sangat sensitif terhadap cahaya bila ia sedang tidur.
“Sudah …” jawab Bagas yang juga ikut berbisik padahal ia tahu kalau Dylan hanya berpura-pura tertidur.
Kirana pun masuk perlahan ke dalam kamar Dylan dan meminta Bagas untuk membaringkan Dylan di tempat tidurnya.
“Kamu tidak apa-apa tidur di sini?” tanya Kirana ragu, karena ukuran tempat tidur Dylan tidaklah besar.
“Tidak apa-apa. Lagi pula pilihanku hanya tidur di sini, kan? Atau aku bisa tidur di kamarmu?” canda Bagas sedikit menggoda.
Perkataan Bagas mendapatkan sebuah tatapan tajam dari Kirana. “Ngaco kamu!”
Bagas tertawa. Ia memang suka menggoda Kirana dan Kirana juga tahu Bagas tidak serius dengan perkataannya. Bagas selalu bersikap sopan dan tidak pernah macam-macam padanya. Itu juga yang membuat Kirana bisa nyaman berada di dekat Bagas.
“Aku mengambil pakaianku dulu ya di mobil. Kebetulan aku selalu membawa pakaian cadangan.”
Bagas pun meninggalkan Kirana dan Dylan berdua di kamar dan mengambil pakaiannya di mobil.
Di dalam mobil Bagas duduk sejenak di belakang setir mobilnya. Ia menggenggam erat setir itu dengan perasaan gelisah. “Aku tidak bisa kehilangan mereka. Kehadiran pria itu bisa menghancurkan segala perjuanganku selama ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hai, selamat datang di novel terbaruku. Semoga kalian suka, ya?
Jangan lupa tinggalin jejak dengan komen, vote atau jadikan novel ini favorite kalian ya supaya ga ketinggalan update bab barunya.
Enjoy!
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Karya Author ini udah sekelas dengan author yg levelnya Diamond meski author Masi di level gold, bahkan ada karya author lain yg level platinum dgn genre tentang ONS, lari saat hamil dan anak genius sperti karya author ini tapi alur ceritanya ga sebagus author punya loh dan penulisannya ber Belit Belit, sdangkan author Masih level gold tapi udah menciptakan karya sebagus bahkan udah perfect menurut ku thorr, konflik yg penuh plot twist nya keren, penggunaan tanda baca jga tepat, typonya dikit. Thorr aku udah ga bisa ber kata² lgi deh utk memuji karya ini, intinya Lanjutkan dong thorr, rugi banget kalo harus digantung bertahun-tahun dgn kisah semenarik ini bahkan ini bisa di buat Sequelnya loh utk kisah cintanya Dylan yg genius. Tapi itu terserah author aku ga berharap sequel, aku hanya berharap ini jangan digantung dan harus dilanjutkan Thorr!!! PLISSSS😭🙏🥺🥹 Fokusin aja tamatin ini karya thorr🙏😭 jangan pindah ke novel author yg lain, lanjutkan cerita novel yg ini dlu plisss😭🙏🥺🥹🫶