"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di ejek
Tiba dirumah, Val dan Mike juga tidak setuju dengan apa yang terjadi tadi.
“Ian, kau ini benar-benar bodoh kalau telah memilih Agatha untuk menutupi kebohonganmu. Lebih baik tadi kau memilih aku saja sebagai pacarmu dari pada Agatha yang jadi korbannya, si Brian pasti akan percaya dengan sandiwaramu” ucap Mike yang merasa keberatan kalau Agatha yang dijadikan kambing hitam.
“Apa kau sudah siap ditinggalkan penggemarmu? Karena ternyata idolanya seorang gay? Lagi pula aku tidak mau melibatkan kalian lagi, selama ini kalian sudah banyak membantuku”
"Tapi aku tetap tidak setuju dengan rencanamu ini” Mike protes.
“Aku sudah tidak punya pilihan lain, maafkan aku” Ian tahu dia seharusnya tidak melibatkan Agatha dalam masalahnya dan merasa bersalah pada Agatha.
“Kalau terjadi sesuatu dengan Agatha, aku tak akan memaafkan mu” Val memperingatkannya sebelum pergi ke kamarnya.
“Kenapa dia harus marah setiap kali menyangkut Agatha?” Ian tidak habis pikir sedangkan Mike pun mulai curiga.
Ian tahu Agatha masih marah padanya maka itu ia mendatangi kamar Agatha dengan maksud minta maaf.
“Kau membenciku?” tanya Ian di depan pintu kamar Agatha.
“Aku tidak membencimu” Agatha berkata pelan. “Aku hanya jengkel, itu saja” katanya dengan wajah murung.
“Kau masih marah?” tanya Ian lagi setelah masuk ke dalam kamar Agatha.
“Aku tidak akan mengikuti rencana gila mu itu”
“Kenapa kau tidak mau membantu orang yang senasib denganmu” ucapnya memelas.
“Senasib? Kau dan aku? Kau sudah gila ya?” Agatha tidak bisa menahan tawanya, perkataan Ian terlalu lucu baginya.
“Bukankah dengan wajahmu yang jelek ini kau sering diejek” Ian mulai mengungkit kelemahan Agatha.
“Kenapa jadi membicarakan ku? Aku tidak ada hubungannya dengan masalahmu ini” Agatha keberatan jika dirinya diungkit-ungkit.
“Aku juga mengalami hal yang sama” tatap Ian pada Agatha dengan serius.
“Apa maksudmu?” Agatha mendelik.
“Karena aku juga pernah di ejek” ucapnya lirih.
“Tidak mungkin” Agatha tidak bisa memercayainya kemudian tertawa, bagaimana mungkin Ian yang menjadi salah satu idola di kampus pernah mengalami hal yang sama dengannya. Dihina? Mustahil!.
“Kau mau mendengarkan ku?”
“Kau ingin menceritakan semuanya padaku?”
"Iya, jika kau ingin mendengarnya”
“Kuharap kau tidak omong kosong” Agatha duduk di sofa panjang dengan mengangkat kedua kakinya ke atas dan Ian ikut duduk di sampingnya.
“Waktu aku kecil, setiap kali orang yang melihatku pasti mengira aku ini cewek” Ian memulai ceritanya tapi Agatha malah menahan tawanya ketika mendengar ceritanya tadi. Ian memelototinya.
“Maaf” Agatha pun menyuruhnya melanjutkan ceritanya lagi.
“Bahkan aku tidak berani untuk masuk ke toilet karena banyak yang salah paham dengan wajahku ini”
“Bukankah aku sudah bilang kalau dari belakang aku tidak bisa membedakan kau ini wanita atau pria” ucap Agatha mengingat perkataannya yang pernah diucapkannya dulu pada Ian.
“Apakah kau sungguh mau mendengarkan ku? Kalau iya, tolong jangan memotong pembicaraanku” tatapnya dengan kesal.
“Baiklah”
“Sampai waktu masuk SMP, aku sering diejek dan di olok-olok oleh teman-teman yang mengatakan aku banci. Sampai suatu ketika si Brian yang populer di sekolah mau membela dan melindungi ku hingga semua orang tidak berani lagi mengejekku. Aku pun merasa aman bila bersamanya dan mulai menyukai kebaikannya padaku...dan aku tidak tahu ternyata Brian juga menyukaiku lebih daripada yang aku kira. Setelah kami dekat ia mulai tidak suka kalau setiap kali ada cewek yang mendekatiku, bahkan Brian melarang ku dekat dengan cowok lain selain dia” Agatha mulai mendengar dengan serius dan bersimpati padanya. Sesuatu yang mengerikan berkelebat dimata Ian. Ada mimpi buruk dimata itu.