Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…
Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.
YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.
Dibayangi fitnah, d
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 – Batas yang Mengabur
Malam itu hujan turun perlahan, membasahi kaca mobil yang membawa Yoongi dan YN menuju apartemen pribadi sang CEO. YN duduk gelisah di kursi penumpang, tangan mengepal di atas pangkuan. Ia masih belum percaya dengan apa yang sedang terjadi.
Yoongi menyetir dengan satu tangan, tangan satunya sesekali mengatur suhu dalam mobil yang terlalu hangat. “Kau terlalu diam,” katanya, melirik sekilas ke arahnya. “Takut padaku?”
YN mengangguk jujur.
Yoongi hanya tersenyum miring. “Bagus. Setidaknya kau tahu siapa yang sedang kau hadapi.”
Mobil berhenti di basement sebuah apartemen mewah. Yoongi turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk YN. “Jangan menatap siapa pun. Jangan bicara pada siapa pun. Sekarang kau tinggal di bawah pengawasanku.”
YN menelan ludah. Tatapan tajam Yoongi membuatnya gugup, tapi bagian kecil dalam dirinya merasa… aman.
**
Apartemen itu mewah dan maskulin. Interior hitam-putih, sentuhan marble, dan pencahayaan hangat. Tapi tak ada dekorasi pribadi—seolah Yoongi tinggal di ruang pamer, bukan rumah.
“Ini kamarmu,” katanya sambil membuka pintu ke ruangan di sebelah kiri ruang tamu. “Aku akan tidur di kamarku sendiri, tapi jika kau butuh sesuatu… panggil aku.”
YN mengangguk, lalu melangkah masuk. Kamarnya luas, dengan tempat tidur king size dan pemandangan kota Seoul yang megah. Di meja, ada satu set piyama sutra, rapi terlipat.
**
Malam semakin larut. YN mengganti pakaian dan duduk di tepi ranjang. Rasa tidak nyaman membuatnya sulit tidur.
Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk. Yoongi berdiri di ambang pintu, mengenakan kaus hitam dan celana training, rambut sedikit berantakan.
“Kau belum tidur,” ujarnya datar.
YN berdiri cepat. “Aku… belum terbiasa, maaf.”
Yoongi masuk tanpa diundang, lalu duduk di kursi dekat jendela. “Boleh aku bertanya sesuatu?”
YN mengangguk pelan.
“Kenapa kamu tetap bertahan? Setelah semua teror dari Jennie, dari kantor, dari media… kenapa kamu tidak kabur?”
YN menarik napas. “Karena saya tahu saya tidak bersalah. Dan karena… saya percaya pada Anda.”
Yoongi tersenyum tipis. “Kamu bodoh.”
YN menunduk.
“Tapi aku suka itu.” Ucapan Yoongi membuat YN menoleh.
“Jangan terlalu polos, YN. Dunia ini kotor. Tapi kamu… kamu bersinar terlalu terang untuk dibiarkan padam.”
Dia berdiri, melangkah mendekat. “Aku memperingatkanmu sejak awal. Jangan menarik perhatianku. Tapi kamu tetap melakukannya.”
Kini jarak mereka hanya beberapa jengkal. Yoongi mengangkat tangan dan menyentuh pipi YN dengan punggung jarinya. “Aku tidak pandai menahan diri.”
Wajah YN memanas. Ia menunduk, tapi Yoongi memegangi dagunya dan mengangkatnya perlahan.
“Kau terlalu manis untuk dibiarkan sendirian malam ini.”
Tanpa peringatan, Yoongi mencium keningnya. Lalu turun ke pipi. Lalu dagu. Perlahan, namun penuh tuntutan.
“Yoongi-ssi…” YN berbisik, suara gemetar.
“Tenang saja. Aku takkan melukaimu. Tapi aku ingin kau tahu… kamu bukan hanya gadis biasa di kantorku lagi. Kamu adalah milikku sekarang.”
YN memejamkan mata. “Saya… takut dengan semua ini.”
Yoongi memeluknya. Kuat. “Tak perlu takut. Selama kamu tetap di sisiku… aku akan lindungi kamu dari semuanya. Bahkan dari diriku sendiri.”
Malam itu, mereka hanya duduk dalam diam. Yoongi tidak melakukan hal yang berlebihan. Tapi sentuhan hangatnya, kata-katanya, membuat benteng hati YN mulai runtuh.
Ia tahu, perasaannya mulai berubah. Tapi bersamaan dengan itu, bahaya pun mengintai.
Karena seseorang sedang merencanakan sesuatu… dan dendam Jennie belum selesai.
---
kenapa gk ada yg nge like yaaa