Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.
Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akad Kedua
🌸
🌸
“Jadi ini sebenarnya bagaimana, Ceu May?” Seorang pria yang dikenal sebagai ketua rt menengahi perselisihan. Setelah baku hantam terjadi dan beberapa orang berhasil memisahkan kedua pihak yang bertikai, akhirnya mereka menghentikan prosesi akad nikah kemudian mengumpulkan orang yang bersangkutan di sisi lain ruangan.
Pihak juragan Somad dan keluarganya beserta Maysaroh berada di satu bagian ruangan sedangkan Alendra yang hanya sendirian berada di bagian lainnya. Ditemani setidaknya tiga orang aparat yang dipanggil oleh tetangga.
“Coba jelaskan duduk permasalahannya supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Mas ini siapanya Asyla?” Lalu pria berpeci hitam itu bertanya kepada Alendra.
“Maaf, Pak Rt. Nama saya Aleandra. Saya tinggal di villa di atas. Asyla baru satu bulan kerja di sana.”
“Villa yang mana? Punya bu Andini, bukan? Bos nya pak Pardi?”
“Iya, Pak.”
“Lalu kepentingan Mas ke sini ada apa?”
“Saya hanya mau memastikan bahwa kabar pernikahan itu benar.”
“Dan memang benar. Lalu setelah itu apa? Ada masalah dengan Asyla?”
Aleandra terdiam. Sebenarnya tidak ada masalah soal pernikahannya, hanya saja dia merasa ada sesuatu yang tidak seharusnya.
“Jika memang ada masalah serius sebaiknya diselesaikan sekarang juga agar tidak ada kendala di kemudian hari. Kasihan mereka yang mau menikah.”
Aleandra menatap pria tersebut lalu pihak Asyla secara bergantian. Apa orang-orang itu buta, atau tidak peduli? Jelas-jelas di sini ada yang tidak beres, apa mereka tidak menyadarinya? Begitu, batinnya.
“Mas Alendra?” tanya pak Rt lagi yang membuyarkan lamunan pria itu.
“Umm … begini, Pak. Saya hanya mau memastikan kalau tidak terjadi kekeliruan dalam hal ini.”
“Maksudnya bagaimana?”
“Asyla tidak pernah berbicara soal pernikahan sebelumnya. Bahkan kemarin dia tidak bilang apa-apa, jadi —”
“Sudah kami katakan kalau Anda tidak usah ikut campur soal ini. Tidak ada urusannya dengan Anda.”
Mata Alendra tampak berkilat setelah Maysaroh berkata demikian.
“Apa Anda buta, Bu? Apa kalian tidak melihat bagaimana Asyla? Sepertinya dia terpaksa menikah.”
Pandangan semua orang kini tertuju kepada Asyla. Mereka semua sebenarnya tau bahwa memang ada yang tidak seharusnya dari masalah ini. Tetapi kekuasaan juragan Somad tidak dapat dianggap sepele. Siapapun yang menghalangi niatnya akan dilibas tanpa kompromi dan mereka tidak ingin menerima resiko itu. Apalagi kehidupan keluarga Maysaroh memang ada sangkut pautnya dengan pria itu.
Semua orang tau bahwa Maysaroh punya hutang yang begitu besar, yang tidak mungkin dapat dibayar dalam sekejap mata. Apalagi ketika dalam keadaan darurat saat Asyla hendak melahirkan yang keadaannya tidak memungkinkan untuk dilakukan secara normal. Dan satu-satunya jalan untuk membebaskan hutang itu adalah dengan menikahkan sang menantu yang janda dengannya. Seperti yang memang telah terjadi pada istri-istri juragan Somad terdahulu.
“Mau bagaimanapun keadaannya tidak ada urusannya denganmu. Hubunganmu dengannya hanya sebagai majikan dan pembantu, yang berlangsung jika Asyla bekerja dan kamu membayarnya. Tapi urusan itu sudah selesai kemarin begitu dia digaji, kan? Jadi ya sudah, seharusnya tidak ada masalah.” Maysaroh dengan pongahnya.
“Bagi saya ada masalah, Bu.”
“Apa lagi? Kamu hanya orang luar yang tidak tau apa-apa.”
Alendra kembali menatap Asyla lekat-lekat.
Tidak! Dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Jika saja perkiraannya benar soal asisten rumah tangganya yang dengan terpaksa harus menikah, berarti harus ada yang dia lakukan untuk menyelamatkannya. Meski dirinya tidak tau apa alasannya bisa sampai begitu. Tapi yang jelas, ada yang salah.
“Asyla, saya tanya sekali lagi. Apa kamu benar-benar bersedia menikah dengan lelaki ini?” Lagi, Alendra bertanya kepada Asyla. “Tidak apa-apa, bicaralah kalau tidak mau. Jangan takut.”
Kedua mata Asyla kembali berkaca-kaca. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya mendengar seorang yang baru saja dikenal mengatakan hal itu kepadanya. Dia bahkan tidak tau permasalahan sebenarnya tetapi punya kepekaan tersendiri atas apa yang tengah menimpanya.
“Asyla?”
Apakah pertolongan ini yang Tuhan kirimkan? Jika iya, maka dirinya akan membuat keputusan terbesar demi keluar dari lingkaran setan ini.
“Asyla, bicaralah. Jangan takut!” ucap Alendra lagi dengan raut yang begitu meyakinkan. Dia tak tau apakah ini hal yang benar, tetapi dirinya merasa harus menyelamatkan wanita ini jika memang dia dalam bahaya.
“Asyla ….”
“Sudahlah, apapun yang terjadi pernikahan ini harus segera dilakukan. Rugi dong saya kalau batal!” Juragan Somad yang mulai mrrasa kesal pun angkat bicara.
“Betul, Mas. Dengan begitu berarti Asyla sudah mempermalukan juragan Somad.”
Alendra tetap menatap wanita itu. “Asyla bicaralah.”
“Maaf, Pak. Mereka benar. Saya harus menikah, kalau tidak ….” Asyla menggigit bibirnya kuat-kuat. Walau bagaimanapun dirinya tidak boleh egois. Nama mertuanya dipertaruhkan dan keselamatan mereka dalam bahaya. Urusan hutang itu tidak akan pernah selesai jika dirinya tidak berkOrban seperti ini.
Entah mengapa Alendra merasa kecewa.
“Dengar, kan? Dia sendiri yang membuat keputusan.” Maysaroh menyeringai, merasa akan memenangkan perselisihan ini.
Alendra akhirnya mengalah. Dia bangkit setelah mendengar hal itu, kemudian memutuskan untuk keluar. Namun ketika tiba di teras langkahnya terhenti saat mendengar bisik-bisik dari para ibu-ibu.
“Kasihan, ya. Padahal katanya Asyla mau cicil hutangnya. Makanya dia mau kerja. Tapi ceu May malah maksa nikahin dia sama juragan Somad.”
“Emang hutangnya Asyla besar, ya?”
“Sebenarnya nggak besar-besar amat. Yang dipakai waktu oprasi kan cuma 20 juta, tapi ceu May pinjam terus jadinya kebun jeruk yang di bawah itu diambil sama juragan Somad.”
“Pinjam terus buat apa? Kalau dilihat-lihat hidup mereka gitu-gitu aja, nggak mewah.”
“Nggak tau deh, cuma ceu May yang tau.”
“Tapi ‘kan kasihan Asyla jadi korban.”
“Iya.”
Alendra menoleh ke arah dalam di mana sepertinya prosesi akad nikah itu akan dilanjutkan. Dia berpikir. Jika apa yang dikatakan oleh ibu-ibu itu adalah benar, berarti di sana memang benar-benar ada yang tidak beres.
Ini tidak boleh terjadi! Asyla tidak boleh menikah dengan lelaki tua itu, karena jelas-jelas dia terpaksa melakukannya. Dan bukankah salah satu syarat sah nya pernikahan adalah jika kedua mempelai bersedia? Sementara calon pengantin perempuan nyatanya tidak menginginkannya. Lagipula, ada masalah utang piutang di sana dan wanita itu digunakan sebagai alat pembayaran.
“Hentikan!!” Lalu Alendra berbalik, dan akad yang hampir saja terjadi kembali urung dilakukan.
“Hey, apa-apaan kamu ini? Kenapa masih saja di sini?” Juragan Somad berteriak diikuti oleh orang-orang suruhannya yang kembali maju.
“Berapa hutangnya?” tanya Alendra tanah basa-basi, membuat semua orang terdiam.
“Berapa banyak hutangnya Asyla sehingga dia harus membayarnya dengan bersedia menikahimu, Pak Tua?”
Juragan Somad tampak geram. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal erat.
“Katakan berapa banyak uang yang harus dibayarkan agar Anda melepaskannya?” tanya nya lagi yang kembali ke dalam. Dia tak tahu apakah langkah ini benar atau tidak, yang pasti ada keinginan untuk menyelamatkan Asyla.
“Saya tanya, berapa banyak hutangnya Asula kepadamu hingga itu mengharuskannya untuk menikah denganmu?” Alendra berteriak.
“Benarkah itu Pak Somad?” Penghulu yang sejak tadi hanya menyimak perdebatan demi perdebatan itu akhirnya angkat bicara. Dia pun merasa ada yang aneh dengan situasi saat ini, di mana pengantin pria sangat bersemangat sementara pengantin perempuan tampak tertekan.
“Benar, Pak. Tanya saja ibunya.” Alendra menunjuk Maysaroh yang wajahnya memerah.
“Atau ….” Pria itu celingak-celinguk mencari dua ibu-ibu yang tadi berbisik-bisik di teras, lalu dia
memanggilnya.
“Tidak apa-apa, Bu. Bicara saja. Jangan takut!!” Disuruhnya dua ibu itu untuk berbicara, kemudian meski dengan takut-takut mereka buka suara. Diceritakanlah tentang masalah yang melatarbelakangi pernikahan itu yang membuat penghulu geleng-geleng kepala.
“Benar itu, Nak Asyla?” Pria itu bertanya. “Tidak apa-apa, katakan lah. Saya akan menjamin keselamatanmu jika terancam.”
Asyla menatap si penghulu.
“Jujur lah. Saya akan membawa masalah ini ke pihak yang berwajib jika terjadi sesuatu kepadamu.” Dia sudah menyalakan ponsel, sementara itu Alendra bergeser mendekat.
“Katakan, Syl. Tidak apa-apa.”
Pecahlah tangis Asyla yang membuat dua pria di depannya menaruh kepercayaan kepadanya. Alendra bahkan merangsek ke dekatnya, meski orang suruhan Somad sudah bersiaga, tetapi isyarat dari penghulu menghentikan mereka.
Di tempat itu penghulu memang memiliki kedudukan dan status yang tinggi di mata masyarakat sehingga siapapun tidak berani macam-macam. Bisa di geruduk aparat desa dan dilaporkan ke polisi jika itu terjadi.
“Tolong saya, Pak.” Asyla buka suara. “Saya nggak berdaya, nanti anak saya diambil Ambu.” katanya dengan berderai air mata. “Saya nggak bisa pisah sama Tirta, Pak. Hutang saya banyak, tapi nggak bisa bayar ….” Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba saja Alendra memeluknya.
Kalimat-kalimat itu sudah cukup menggambarkan bagaimana peliknya situasi yang dialami oleh Asyla, sehingga dia dengan terpaksa harus menikah dengan juragan Somad.
“Kalau tujuannya seperti itu maaf Pak Somad, saya tidak bisa menikahkan kalian. Itu melanggar hukum. Karena syarat sahnya pernikahan adalah kedua mempelai bersedia dan tidak ada dalam tekanan. Apalagi karena persoalan hutang piutang.” Penghulu membereskan berkas yang biasa dia gunakan untuk keperluan pernikahan. Pantas saja orang-orang ini begitu terburu-buru mendaftarkan pernikahan. Ternyata ada sesuatu di belakangnya. Tapi untung saja cepat diketahui sehingga dia tak terlanjur melakukan kesalahan.
“Maaf, saya permisi.” Lalu dia segera pergi.
“Pak, tunggu. Jangan pergi dulu. Bagaimana ini ijab kabul nya?” Maysaroh berusaha menghentikan.
“Maaf, Bu Maysaroh. Saya tidak bisa. Asyla dipaksa untuk menikah.”
“Tapi, Pak. Bagaimana saya harus ….”
“Permisi!” Penghulu segera pergi.
“Bagaimana ini Ceu May?” Juragan Somad pun bereaksi.
“Maaf, Juragan.”
“Kalian sudah mempermalukan saya. Pokoknya tidak mau tau, kembalikan semua uang yang sudah Ceu May pinjam!”
“Juragan ….” Wajah Maysaroh memucat.
“Bayar hutangnya, atau tanah, kebun dan apa yang kamu punya saya ambil!!”
“Jangan begitu, Juragan. Gimana saya bayarnya?” Maysaroh hampir saja berlutut untuk memohon tetapi juragan Somad mundur beberapa langkah.
“Bayar hutang, atau buat Asyla nikah sama saya!!” Pria itu meradang.
Maysaroh menoleh ke ara Asyla yang masih dalam pelukan Alendra. Tidak ada lagi jalan selain meminta kepada menantunya itu.
“Syl … Ambu mohon ….” Dia mendekat, tetapi Alendra buru-buru menyembunyikannya di belakang tubuh tingginya.
“Berapa yang harus dia bayar?” Lantas Alendra bertanya.
Kedua bola mata Maysaroh membulat sempurna mendengar hal tersebut.
“Pernikahannya gagal karena saya, bukan? Jadi sepertinya saya harus bertanggung jawab.” katanya, “jadi katakan saja, berapa yang harus dibayar?” tanya nya lagi.
“Se-seratus juta.” Maysaroh menjawab.
“Seratus juta?”
“Eh, tidak. Maksud saya … 150 juta.” ralat perempuan itu yang mengira jika Alendra akan menggantikan apa yang akan hilang karena gagalnya pernikahan Asyla dengan juragan Somad.
“Hey, Maysaroh!!” Sedangkan orang yang semula akan menikah itu tampak tidak terima.
“Nggak apa-apa, Juragan. Silahkan kalau mau ambil kebunnya, saya akan dapat ganti. Jadi setelah ini hutangnya lunas, ya?”
“Maksudnya?”
“Kamu … mau ganti rugi, kan? Kalau mau cepat lakukan. Jadi kamu bisa bawa Asyla sesukamu.”
“Apa?”
Tidak dapat dipercaya. Perkataan Maysaroh seperti mucikari yang sedang menjual anak buahnya, begitu yang Alendra pikir. Ini seperti ajang lelang yang membuat seorang wanita tampak tidak berharga.
“Bawa saja, bawa. Tapi gantikan hutang nya dia.” ucap Maysaroh lagi yang membuat Alendra memicingkan mata.
“Jadi … Ibu mengizinkan saya membawanya pergi kalau saya membayar?” Kini dia bertanya.
“Ya, silahkan. Sekalian anaknya juga.” Dan Maysaroh segera merebut Tirta dari pelukan kerabatnya, kemudian menyerahkannya pada Asyla.
“Ibu yakin?”
“Yakin, asal kamu membayar hutangnya Asyla.”
“Hutangnya Asyla?”
“Ya.”
“Berapa tadi?”
“150 juta.”
“Bisa dirinci bekas apa saja?”
“Umm ….”
“Saya ingin rinciannya, setelah itu saya bayarkan uangnya.”
“Tapi ….”
“Karena saat ini saya nggak bawa uang, saya serahkan mobil sebagai jaminan.” Alendra menunjuk HRV miliknya yang terparkir di luar pagar. “Saya jadikan itu sebagai jaminan. Besok pagi, saya kembali ke sini dengan membawa uang.”
Maysaroh tampak menimbang-nimbang.
“Bagaimana?” tanya nya kepada perempuan itu.
“Tapi benar ‘kan hutangnya mau kamu bayarkan?”
“Mobilnya sebagai jaminan.” Sedangkan Aleandra menyodorkan kunci mobilnya kepada Maysaroh. “Besok pagi saya kembali, dengan catatan ada rincian hutangnya.”
Mereka terdiam.
“Apa Anda setuju?” Pria itu bertanya lagi.
“Baik. Tapi kalau kamu tidak kembali, saya pastikan mobilnya akan di jual.” ancam Maysaroh kemudian.
“Deal!” Lalu Alendra mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Ap-apa?” Namun hal tersebut membuat Maysaroh kebingungan.
“Ya, Deal. Setuju.”
“Oh ….” Lalu keduanya dengan cepat bersalaman.
“Ayo, Asyla!!” Kemudian Alendra mengisyaratkan kepada Asyla untuk mengikuti langkahnya yang bermaksud keluar dari ruangan itu, sedangkan Asyla masih tertegun di tempatnya. Dia tak percaya jika ibu mertuanya itu rela menukarnya dengan uang sebesar 150 juta. Dia bahkan sampai berani menentang juragan Somad, padahal selama ini sangat tunduk kepadanya.
“Asyla!!!” panggil pria itu yang segera diikuti oleh Asyla. Langkahnya sedikit terseok karena dia merasa bahwa dunianya hampir runtuh setelah mendengar ucapan nertua. Ditambah dengan membawa Tirta dan dalam keadaan penampilannya yang berpakaian pengantin.
🌸
🌸
Ini perempuan main nyelonong masuk tempat tinggal orang aja, bok permisi kek🤦♀️
Listy ini mangkin lama mangkin ngelunjak kayaknya
Ale bukan hanya ga rela kalo Syla disuruh-suruh tapi yang pasti dia ga rela Syla dilirik laki² lain.
Kekecewaan Ale akibat pengkhianatan sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan kehadiran, Syla dan Tirta.