Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
“Sana masuk ke dalam kamar mandi. Mandi habis itu jangan pernah keluar dari ndalem lagi. Saya masih harus ngurus santri itu.” Ucap Gus Fauzan ketus. Dirinya sudah di ceritakan oleh Hanum tadi tentang santri itu, dan Gus Fauzan merasa sedikit ada yang menjanggal, dirinya seperti mencium sesuatu yang tidak baik. Sepertinya ada yang mencurigakan. Dan Gus Fauzan berniat mengusutnya sampai tuntas. Masalah Abi, dirinya tak meminta ijin, karena saat ini kyai Al-Ghazali sedang ada di rumah sakit, sibuk mengurus santri itu juga. Dan kyai Al-Ghazali juga cukup syok mendengar kabar jika ada salah satu santri di pondok pesantren tempatnya itu hamil..
"Tapi, Gus, saya mau ikut. Saya juga penasaran dengan apa yang terjadi." Kata Hanum sambil mendongak menatap Gus Fauzan.
Gus Fauzan mendengus. "Nggak usah ikut-ikutan. Kamu pasti mau dekat-dekat sama ustadz Dafa kan? Ngaku kamu, alasan mau mengusut kasus ini, tapi ujung-ujungnya nanti sama ustadz Dafa juga." Kata Gus Fauzan masih saja menuduh.
Hanum menghela nafasnya kasar. "Saya nggak seperti itu Gus. Saya tau batasan saya sebagai seorang istri. Saya benar-benar hanya ingin membantu mencari tau semuanya. Saya juga penasaran dengan kasus ini. Saya yakin, santri itu seperti tertekan, atau mungkin ada yang mengancamnya." Kata Hanum.
Gus Fauzan mencibir. "Halah, saya tau itu hanya alasan klise saja. Udah saya bilang, kamu di rumah aja. Jangan kemana-mana. Awas kalau sampai kamu keluar dari sini, di laknat kamu sama Allah."
"Astaghfirullah, Gus..." Hanum sampai mengelus dadanya saat mendengar ancaman dari Gus Fauzan itu.
"Mangkanya, jadi istri yang baik. Jangan suka tebar pesona sama laki-laki. Suami kamu nggak ridha, kamu bisa masuk neraka nanti."
"Ya Allah, Gus.. saya nggak pernah tebar pesona sama siapapun. Saya juga nggak pernah dandan, pakai makeup semacamnya." Apa yang di ucapkan oleh Hanum benar, bahkan gadis itu tampil sangat biasa saja. Hijab besar serta gamis yang kedodoran. Namun, memang dasarnya Hanum cantik, mau pakai apapun akan tetap terlihat cantik. Sekalipun gadis itu tidak menggunakan make-up.
Gus Fauzan mendengus, tetap saja dirinya tak tenang, sebab kecantikan istrinya itu di atas rata-rata. Tidak pakai makeup saja cantiknya luar biasa. Dan lagi, dirinya sering mendengar pujian dari beberapa ustadz tentang kecantikan istrinya itu. Mereka saja yang ustadz sampai terkagum-kagum dengan Hanum. Dan Gus Fauzan tak menyukai itu.
Gus Fauzan berjalan menuju nakas sana, dirinya mengambil sebuah paperbag yang memang dirinya beli tadi, khusus untuk Hanum.
Gus Fauzan langsung berjalan menghampiri Hanum, dan memberikan paperbag itu.
Kening Hanum berkerut samar. "Ini?"
"Itu cadar. Kamu pakai. Mulai sekarang, kalau kamu keluar rumah, kamu harus pakai cadar. Saya nggak mau wajah kamu di lihat semua orang."
Hanum tercengang mendengarnya. "Gus, saya... Buat apa?" Tenggorokannya nyaris tercekat. Rasanya Hanum belum siap mengenakan cadar setiap hari.
"Hanum, sayyidah Fatimah saja menggunakan cadar untuk menutupi wajahnya. Hanya suaminya saja yang bisa melihat wajah sayyidah Fatimah. Kamu nggak mau ikutin sunahnya? Kamu kan wanita Sholehah, nurut sama suami." Kata Gus Fauzan.
Hanum menghela nafasnya kasar. "Kalau saya nurut sama Gus, apakah Gus mau berubah?"
Perkataan Hanum membuat Gus Fauzan menaikkan sebelah alisnya. "Berubah apa? Saya memangnya jahat apa? Kan nggak, saya baik sama kamu." Kata Gus Fauzan.
"Bukan itu, tapi berubah untuk saya. Gus tidak boleh lagi dekat-dekat dengan wanita lain yang bukan mahramnya."
Deg
Perkataan itu membuat Gus Fauzan tersentak, bibirnya bungkam dengan lidah kelu. Sungguh dirinya tau apa maksud Hanum.
Hanum tersenyum kecut saat melihat keterdiaman suaminya itu. Hanum sudah tau, jika suaminya tidak akan pernah bisa melakukan apa yang di minta olehnya. Karena pada kenyataannya, Gus Fauzan tetap mencintai wanita itu, dan tetap akan berniat mengakhiri hubungan mereka.
Hanum menghela nafasnya kasar, dirinya meraih paperbag yang di berikan oleh Gus Fauzan tadi, lalu meletakkannya di tangan Gus Fauzan.
"Maaf Gus, saya minta maaf. Saya mungkin sudah dosa besar karena tidak menuruti apa kata suami saya. Tapi, kali ini saya mau di hargai juga.
"Gus ingin saya mengenakan cadar agar terhindar dari tatapan para laki-laki, saya mau... Tapi maaf, sebelum itu bisakah Gus melakukan suatu hal untuk saya? Menjaga diri Gus tanya untuk saya. Saya mau Gus menjauhi perempuan itu."
"Tapi, sepertinya Gus tidak bisa. Maafkan saya, Gus... Tapi saya juga tidak bisa menuruti kemauan Gus." Kata Hanum sambil tersenyum. Kali ini Hanum harus menampilkan sisi tegarnya. Walaupun hatinya benar-benar sakit, karena dirinya harus sadar diri, siapa dirinya di dalam kehidupan suaminya.
Setelah mengatakan itu, Hanum berlalu ingin masuk ke dalam kamar mandi, mungkin dirinya akan menumpahkan tangisnya di sana. Agar tidak ada seorangpun yang tau, termasuk suaminya sendiri.
Namun, belum Hanum melangkahkan kakinya pergi, Gus Fauzan menahan lengannya. Membuat Hanum tersentak, lalu menoleh ke arah Gus Fauzan.
Dan Hanum semakin di buat terkejut saat apa yang di lakukan oleh suaminya itu. Gus Fauzan mendekatkan wajahnya lalu memiringkan kepalanya, dan langsung mencium bibir Hanum.
Deg
Tubuh Hanum membeku dengan lidah yang kelu, jantungnya bahkan berdebar sangat kencang... di dalam kamar itu hanya ada terdengar suara detak jantung keduanya yang sama-sama berdebar. Gus Fauzan terus menciuminya dengan lembut. Sampai beberapa menit kemudian...
Gus Fauzan menyudahi aktivitasnya itu, dirinya menyatukan keningnya dengan kening Hanum.
"Saya mau menuruti apa yang kamu katakan. Saya akan ikuti itu, asalkan kamu tidak akan pergi dari hidup saya."
Deg
Hanum terkejut, dengan mata yang membulat sempurna...
*
sy kira malah ust Fajar.... 😁
ma istri dah di kasih anak 5 4 perempuan 1 laki laki,,nah hus kaya gitu kurang apa yah
koq aga bingung nyambungin nya sedari part meninggal nya santriwati yg keguguran itu?!?? 🤔
kemarin tiba-tiba loncat Hanum persiapan acara di pesantren (kaya gak ada kematian santriwati itu!)
Lalu.. Hanum disuruh ke pasar sama ust Dafa lalu Fauzan cemburu...
dan sekarang malah di RS ????