Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.
Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.
Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Solusi Terbaik: Wu Guan Menunjukkan Taringnya
Wu Chengfeng menyipitkan mata. “Jadi kalian menolak, begitu?”
Jing Hun tak mundur sejengkal pun. “Kami menolak pemerasan yang dibungkus kerja sama. Namun kami tetap terbuka untuk diskusi yang sehat—dengan batasan yang wajar dan manfaat timbal balik.”
Seketika, suasana meja utama berubah. Para tetua mulai berbisik, dan beberapa dari mereka—terutama yang cukup mengerti tentang perdagangan yang adil—tampak setuju dengan posisi Mawar Putih.
Sebenarnya, menerima saran awal dari Sekte Mawar Putih saja sudah cukup menguntungkan bagi Sekte mereka. Namun, entah kenapa sepertinya Patriak mereka tampak tidak peduli dengan hal itu.
Wu Shen, yang bahkan tidak terlalu mengerti tentang dunia bisnis dan perdagangan juga tahu tentang usulan Wu Chengfeng yang tidak adil.
'Dia seharusnya tidak mencampurkan urusan pribadi dengan kepentingan sekte,' pikir Wu Shen dalam hati.
Suasana di aula utama mulai menggantung, seperti tali tipis yang siap putus sewaktu-waktu.
Ketegangan melayang di udara, dan semua orang menahan napas. Siapa pun yang bicara selanjutnya akan mengubah arah perundingan.
Wu Shen menggigit bibirnya, lalu menoleh ke samping, ke arah Wu Guan, ayahnya yang tampak gelisah sejak pembicaraan dimulai.
Keringat menetes dari pelipis pria paruh baya itu. Matanya tajam, mengamati setiap detail percakapan dari awal. Sebagai mantan pedagang, ia bukan orang bodoh. Bahkan dulunya, ia adalah negosiator ulung di antara pedagang keliling dan bangsawan kecil.
Namun sejak bergabung ke Sekte Phoenix dan statusnya diturunkan menjadi pelayan, ia tak pernah lagi membuka mulut di hadapan banyak orang.
Wu Shen mencolek pelan lengan ibunya yang duduk di sisinya. “Ayah sepertinya punya sesuatu untuk dikatakan,” bisik Wu Shen.
Wu Ruoxi melirik ke arah suaminya, lalu mengangguk. Ia tahu benar: ketika Wu Guan tampak seperti itu—berpikir keras, gelisah, dan tak bisa diam—itu berarti satu hal.
Dia melihat celah.
Wu Ruoxi bersandar sedikit, lalu berbisik kepada Wu Guan, “Kalau kau tahu cara menyelesaikannya, maka sekarang saatnya bicara. Lupakan statusmu.”
Wu Guan masih ragu. Matanya berpindah ke arah Patriak Wu Chengfeng, lalu ke Lin Shuelan, lalu ke Jing Hun.
“Aku hanya... pelayan,” gumamnya pelan.
Wu Shen menatap ayahnya dengan tegas. “Tapi kau juga seorang pedagang hebat. Sekte ini butuh kecerdasanmu lebih dari kebanggaan mereka.”
Wu Guan masih ragu, membuat Wu Shen tampak kesal dengan sikap ayahnya yang penakut dan seperti anak kecil.
'Tidak ada cara lain, aku harus menggunakan cara itu,' pikir Wu Shen, ia kemudian berbisik sekali lagi. "Ayah... Apa kau ingin membuat Lin Shuelan, menantumu kesusahan seperti ini?"
Wu Guan tertegun, begitu juga dengan Wu Ruoxi yang wajahnya mulai memerah mendengar ucapan anaknya itu.
"Itu benar, suamiku. Kau harus membantu calon menantu kita," tambah Wu Ruoxi dengan cepat.
Wu Guan menghela napas panjang, "Jika itu demi menantuku, aku rela mengorbankan nyawaku," ucapnya sebelum tiba-tiba berdiri.
Semua mata langsung beralih ke arahnya—beberapa terkejut, beberapa mencibir. Termasuk Patriak Wu Chengfeng yang mendengus kasar.
“Guan... apa yang kau lakukan? Ini bukan urusan pelayan.”
Wu Guan menunduk sopan, tapi wajahnya tidak menunjukkan ketundukan seperti biasanya.
“Saya mohon maaf, Patriak. Tapi sebagai bagian dari keluarga pedagang sejak kecil, izinkan saya memberi satu pandangan. Bukan sebagai pelayan… tapi sebagai orang yang pernah hidup dari menimbang untung dan rugi.”
Wu Chengfeng membuka mulut, hendak menyela, tapi Lin Shuelan sudah terlebih dahulu menyela.
"Aku ingin mendengar usulan dari Paman Wu," ucapnya sambil tersenyum ke arah Wu Guan, Wu Ruoxi, dan tentunya Wu Shen.
Wu Guan mengangguk dan menatap ke arah kedua sekte, tangannya dikepal ringan di balik jubahnya.
Ia menatap sekeliling, memastikan setiap pasang mata benar-benar mengarah padanya.
“Banyak yang menganggap saya hanya pelayan,” katanya membuka pembicaraan. “Tapi darah pedagang tetap mengalir dalam tubuh saya, dan saya melihat sesuatu yang belum disebutkan dalam pembahasan hari ini.”
Wu Chengfeng menyilangkan tangan di dadanya. “Cepat saja. Jangan buang waktuku dengan cerita masa lalumu yang membosankan.”
Wu Guan mengangguk sopan. “Tentu, Patriak.”
Ia menatap ke arah Jing Hun dan Lin Shuelan. “Yang saya lihat, ini bukan tentang siapa yang menjual kepada siapa… melainkan tentang siapa yang lebih dulu berani mengubah sistem usang menjadi simbiosis yang lebih sehat.”
Lin Shuelan sedikit mengangkat alis. “Simbiosis?”
Wu Guan menoleh padanya dan menjelaskan, “Saya mengusulkan sistem bagi hasil. Sekte Phoenix tidak perlu menjual Rumput Api, dan Sekte Mawar Putih tidak perlu menawar harga.”
Suara bisik-bisik mulai muncul di antara para tetua.
“Bagaimana sistem itu bekerja?” tanya Jing Hun, suara dan nadanya tak setegang tadi. Bahkan ada nada sedikit penasaran.
Wu Guan melanjutkan, “Sekte Phoenix mengirimkan Rumput Api mentah kepada Sekte Mawar Putih untuk diolah. Produk jadi—entah itu pil, ramuan, atau bubuk spiritual—kemudian dijual ke pasar sekte atau mitra dagang.”
Ia menoleh ke arah Patriak. “Dan dari keuntungan bersih penjualan itu, Sekte Phoenix akan menerima 40%. Sekte Mawar Putih menerima 60%.”
Wu Chengfeng langsung menyipitkan mata. “Mengapa kami hanya mendapat 40%, padahal kami yang menyediakan bahan dasar?”
Wu Guan menjawab dengan tenang, “Karena biaya produksi Sekte Mawar Putih lebih besar dari harga bahan dasar. Harga lain yang harus ditanggung Sekte Mawar Putih sekitar 100 koin silver, atau paling banyak 150."
Lin Shuelan menimpali, “Meskipun terdengar 60% keuntungan, tapi secara harfiah yang sebenarnya adalah 50:50... Aku baru mendengar hal ini.”
“Bagaimana kami memastikan kejujuran mereka dalam menjual?” cetus salah satu tetua Phoenix.
Wu Guan menoleh dan menjawab, “Dengan audit bersama. Di akhir bulan, kedua sekte mengirimkan satu wakil untuk memeriksa laporan penjualan dan produksi. Semua dicatat transparan. Bahkan jika ada kerugian, akan ditanggung 50:50”
Jing Hun terlihat mulai tersenyum samar. "Itu artinya risiko juga dibagi adil.”
Wu Guan mengangguk. “Betul. Dan satu keuntungan tambahan untuk Sekte Phoenix, jika sekte lain hanya membeli Rumput Api, mereka bisa menekan harga, menyimpan hasil olahan, lalu menjual dengan keuntungan berlipat. Sekte Phoenix hanya akan mendapat untung sekali—saat menjual bahan mentah. Tapi dengan sistem ini, keuntungan akan terus mengalir. Tanpa batas... dan tanpa risiko ditipu harga."
Wu Chengfeng tampak berpikir, tetapi masih keras kepala. “Kenapa kau yakin ini akan bekerja dengan baik?”
Wu Guan menjawab pelan, tapi mantap, “Karena dalam dunia dagang, lebih baik memiliki sekutu yang menggandakan keuntungan... daripada musuh yang menekan harga.”