di salah satu pondok pesantren, ada seorang gadis cantik bernama Fatimah. Ayah nya Fatimah seorang pemilik pesantren bernama Ustad Zaidan,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu bisa masak
Naim pun melangkah menuju dapur sesampai nya di sana dia melihat sosok perempuan berkerudung bertumbuh pendek sedang memasak sesuatu. Dia pun mendekat ke arah wanita itu dengan langkah kecil.
"Hmmm harum sekali bau nya,"ucap Naim yang sudah berdiri di belakang Fatimah.
"Hah! Astaga mas kamu ngagitin aku aja,"ucap Fatimah yang baru tau kalau Naim berada di belakang nya.
"Kamu sejak kapan ada di belakang aku mas?"tanya Fatimah sambil berbalik ke arah Naim.
"Baru saja soal ya tadi aku lewat terus cium aroma enak disini,"jawab Naim sedikit tersenyum.
"Aku kira kamu cuman bisa masak telor mata sapi sama tempe goreng?"tanya Naim sambil menatap ke arah Fatimah.
"Mas aku bisa masak tapi di kulkas kamu cuman ada itu jadi aku masak aja,"jawab Fatimah dengan wajah serius.
"Dede kamu nanti acara nikah kita di mana?"tanya Naim sambil menatap ke arah Fatimah.
"Aku ingin kita nikah di mesjid haram di mekah mas,"jawab Fatimah denga senyum sumringah.
"Hmmm,baiklah itu adalah ke ingin istri ku akan ku turuti,"ucap Naim sambil tersenyum.
"Beneran mas kita nikah di mekah?"tanya Fatimah untuk memastikan kembali kalau dia tidak salah dengar.
"Bener dede,"jawab Naim dengan senyuman yang lembut.
Tak lama masakan yang di masak oleh Fatimah pun mateng dan mereka berdua pun menyiapkan nya di meja makan semua orang pun berkumpul untuk makan bersama di meja makan.
"Mama kakak Albar engga ikut ke sini?"tanya Naim sambil melihat ke arah ibu mertua yang duduk berhadapan.
"Ada kembali ke mesir nak,"jawab Ibu Fatimah sambil melihat ke arah Naim.
"Ayo kita mulai makan,"ucap ustad zaidan sambil melihat ke arah Naim dam istrinya secara bergantian.
Mereka pun makan bersama di meja makan selesai makan Naim pun membanting Fatimah mencuci piring kotor tadi.
"Mas menurut kamu masakan aku tadi enak engga?"tanya Fatimah sambil melihat ke arah Naim yang sedang berdiri di sebelah ya.
"Enak sayang,"jawab Naim secara spontan.
Fatimah pun merasa bahagia karena hasil kerja keras nya di respon baik oleh Naim.
"Maaf tadi manggil kamu sayang,"ucap Naim dengan wajah tertunduk.
"Mas boleh panggil aku sayang lagi engga,"pinta Fatimah sambil menatap mata Naim.
"Sayang,"ucap Naim sambil menatap mata Fatimah begitu dalam.
"Waduh mas mana oksigen mas aku kehabisan nafas saking bahagia nya,"ucap Fatimah sambil tersenyum.
"Lebay sejak kapan kamu lebay dede?"tanya Naim sambil menatap ke arah Fatimah.
"Sejak kamu berada disini,"jawab Fatimah sambil menujukkan ke arah dada nya.
"Di dada kamu?"tanya Naim sambil melihat ke arah Fatimah.
"Bukan tapi di hati Aku,"jawab Fatimah sembari tersenyum ke arah Naim.
"Kamu ternyata bisa juga ya bikin baper yah dede,"ucap Naim sambil melihat ke arah Fatimah.
"Dede coba kamu mundur dulu deh,"perintah Naim sambil melihat ke arah Fatimah.
"Kenapa?"tanya Fatimah sambil berjalan mundur.
"Cantik nya kelewatan,"jawab Naim sambil tersenyum.
"Mas kamu bisa aja,"ucap Fatimah sambil memukul pundak Naim.
Tak lama mencuci piring pun selesai tiba-tiba ada yang mengetok pintu dari arah luar dan kebetulan mereka baru saja keluat dari dapur setelah mencuci piring.
Tok
Tok suar orang mengetok pintu dari luar.
"Siapa mas yang mengetok pintu?"tanya Fatimah dengan ekspresi bingung.
"Aku engga tau juga,"jawab Naim sambil melihat ke arah Fatimah.
Naim pun berjalan menuju ke arah pintu itu dengan langkah kaki yang cepat takut ya ada yang penting.
Tap
Tap berjalan Naim menuju pintu sampainya di depan pintu dia pun membukan ya.
"Krek"Naim membuka pintu di luar pintu itu terlihat sosok laki-laki.
"Apakah ini rumah mu?"tanya laki-laki itu terukir senyuman tipis di bibir nya.
Siapakah laki-laki itu tunggu bab berikutnya.
BERSAMBUNG....
semoga semangat up terus ya
salam kenal dari 'aku akan mencintaimu suamiku' jgn lupa mampir 🤗🤗
aku datang lagi kalo udh up up uphhh~
Awas kalau nanti lu jatuh cinta,🪓