NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela menyilaukan mata Nero. Ia menjangkau smartphonenya, melihat sebentar dan segera terkejut, panggilan WA masih berlangsung.

"Nadia?" ia mendekatkan ke telinganya dan memanggil Nadia, namun tidak ada jawaban.

Nero memutuskan sambungan, lalu memasang charger, entah sampai jam berapa dia telponan dengan Nadia semalam, bahkan tidak sadar telah terlelap begitu saja.

Meraih handuk Nero bergegas ke kamar mandi.

...

Seperti biasa Nadia menunggu Nero di gerbang sekolah, bahkan ketika Aaron datang, Nadia menolak ajakannya untuk masuk ke dalam, dengan alasan ia ada perlu dengan Nero.

Hari ini Nero akan bertanding dengan Buja, anak klub karate. Nadia membawa seragam taekwondo nya dan akan memberikannya untuk Nero.

Sebuah mobil mercedez berhenti di depan Nadia, seorang gadis remaja turun memakai tongkat bantu. Satu pergelangan kakinya digip. Seorang wanita dengan seragam pelayan menuntunnya keluar dari mobil.

Rizka mengangguk ketika ia melewati Nadia, Nadia membalas dengan anggukan kecil. Ia melihat jam tangannya, namun Nero belum juga datang, ketika memutuskan hendak masuk duluan, ia melihat Nero dengan sepedanya datang dari ujung jalan.

...

Nadia membuka tasnya kemudian menyerahkan seragam Dobok nya kepada Nero,

"Ini untukmu, ini seragamku tapi jarang kupakai, anggap saja sebagai hadiah," ujar Nadia, Dan satu lagi, mamaku senang sekali dibawain anggrek, malah mintanya lebih banyak lagi," sambungnya dengan ekspresi riang.

Nero mengambil bungkusan seragam tersebut dan membukanya, ia menciumnya,

"Ughh... wangi seperti Nadia," candanya.

Muka Nadia memerah, "Please lah jangan lebay," cibirnya.

"Aku belum punya sesuatu untuk diberikan padamu sebagai hadiah," sesal Nero, "Tapi nanti pasti ku carikan."

"Tidak perlu," tolak Nadia,

"Kamu tidak mau menerima kalau kuberi hadiah?,"

"Bukan begitu, aku tak mau merepotkan," jawab Nadia, ia menutup tasnya dan menyimpannya di dalam laci.

"Mau lihat aku main sulap?" tiba-tiba Nero memikirkan sebuah ide.

"Heh ... sejak kapan kamu bisa sulap?," jawab Nadia asal.

"Lihat ini," Nero memperlihatkan kedua telapak tangannya ke arah Nadia, Nadia

memperhatikannya, mereka saling berhadapan.

Nero menyatukan kedua tangannya, lalu memisahkannya lagi dan membuat kepalan, ia mengarahkan dua tinjunya kepada Nadia.

"Kamu pilih," pinta Nero.

"Eh cincin baru?" Nadia meraih tangan Nero yang memakai cincin, selama ini ia belum pernah melihatnya, Nero mengabaikannya lalu mendesak Nadia untuk memilih yang mana, Nadia menunjuk kepalan yang ada cincinnya.

Nero membukanya, sebuah batu kristal

berwarna hijau tergeletak di tangannya.

"Ahhhh... hebat sekali, bagai mana bisa?" seru Nadia takjub, namun ia menutup mulut dengan kedua tangannya menyadari ia bersuara terlalu keras.

Nero tertawa senang, lalu menyodorkan telapak tangannya ke Nadia, "ini untukmu," kata Nero,

Nadia mengambilnya, "Ini bagus sekali,"

lalu tangannya meraih kepalan tangan Nero lainnya, dengan paksa ia membuka, di sana tergeletak batu kristal lainnya berwarna merah.

"Ada lagi?" Nadia makin takjub, lalu merebutnya, "Keduanya buat aku." Ia menjulurkan lidah kepada Nero, Nero tertawa, dan membiarkan Nadia mengambilnya.

Dari jauh sepasang mata mengawasi dengan perasan tidak menentu, terkadang rautnya sedih, kadang tersenyum, ketika guru masuk ke dalam kelas, ia memperbaiki posisi kakinya yang di gip, membalikan tubuhnya menghadap kedepan.

...

Aula bela diri begitu ramai, publikasi klub karate berhasil menarik minat para siswa untuk menonton duel itu.

Menjadi menarik karena dilatar belakangi dengan sebuah isu, dan semua orang ingin melihat bagaimana ini berakhir.

Namun dikepala semua orang, terbayang seorang anak kelas satu akan dipukuli dengan ganas. Pertandingan akan berat sebelah, namun banyak juga yang merasa kagum, meskipun ia akan kalah, orang itu masih saja mau bertanding.

Banyak cibiran sebenarnya datang dari klub klub bela diri lainnya dengan cara klub karate menyelesaikan masalah. Klub karate terlalu memaksakan diri untuk mengambil martabatnya kembali dengan pertandingan ini. Tidak tanggung-tanggung, mereka menurunkan sabuk hitam Dan dua sementara anggota mereka yang kalah sebelumnya hanyalah dari sabuk biru.

Namun siapa yang berani bersuara? Juno selain ketua klub karate, ayahnya juga adalah pengurus komite sekolah, dan ketua komite yang baru adalah ayahnya Nadia.

Selain ayah Juno adalah pengurus sekolah, dia juga termasuk dermawan untuk sekolah Bipan selama tiga tahun ini, memberikan banyak sumbangan dan bantuan, bahkan sebagian perlengkapan Dojo karate disediakan oleh ayahnya.

Jangankan sesama siswa, bahkan para guru dan pengurus sekolah agak merasa sungkan jika ada masalah menyangkut Juno. Selama itu bukan hal yang fatal, sekolah hanya akan memberikan teguran ringan, apalagi dalam kasus ini, semua sesuai aturan, dan andai tidak sesuai pun, Nero bukanlah seseorang dengan pendukung yang kuat.

Nero datang ke aula dengan Nadia, di dalam hati ia agak sedikit malas, satu-satunya hal yang membuat ia sedikit bersemangat adalah hadiahnya.

Kekurangan uang di sekolah ini artinya kehilangan harga diri, diremehkan, tidak dianggap dan diabaikan.

Para penonton bersorak ketika mereka melihat Nero masuk aula, sebelum masuk keruangan ganti, tiga orang anggota klub karate mendekatinya.

"Ketua mengatakan taruhan yang kamu dapat dari Roland sebelumnya diberikan terlebih dahulu," satu orang berkata dengan wajah angkuh.

Nero memandang mereka, "Maksudnya?," tanya Nero dengan kening berkerut.

"Kami akan memegang taruhannya dan akan memberikan kepada pemenang nantinya," jawab anak itu.

"Tidak..., aku ingin yang pegang taruhannya seseorang yang independen," balas Nero acuh, jika nanti klub karate kalah dan tidak mengembalikan uangnya, apa yang bisa ia lakukan? pikirnya.

Setelah lama berdebat, lalu Mutsa datang dan akhirnya diputuskan yang memegang taruhannya adalah Nadia. Nero mengancam akan membatalkan pertandingan jika klub karate tidak mau.

Setelah sampai dititik ini, dengan publikasi yang semarak sebelumnya, pembatalan pertandingan tentu saja akan membuat masalah baru lagi. Mutsa memilih menyerah dan mundur satu langkah, lalu menyetujui Nadia yang memegang taruhannya.

Pihak sekolah dan master aula tidak tahu akan hal ini, karena pertaruhan seperti itu meskipun belum ada larangan, itu karena sebelumnya belum ada yang kedapatan melakukannya, jadi pertaruhan itu menjadi rahasia antara Nero dan klub karate.

...

Nero keluar dari ruang ganti dengan seragam yang diberikan Nadia, ia menggoda Nadia dengan terus mencium baju itu.

"Wangi sekali... haha," Nero tertawa, ia senang melakukannya karena muka Nadia semakin memerah setiap kali ia mengatakannya.

"Nero!, kamu membuatku malu," sengit Nadia, tangannya dengan sembunyi-sembunyi mencubit pinggang Nero. Nero hanya tertawa.

Tidak tanggung-tanggung bahkan Juno mengundang pengurus klub-klub bela diri lainnya, mereka menyediakan bangku dan meja khusus untuk tamu-tamu istimewa itu. Ini bahkan terlihat agak lebih menarik dari pada pertandingan resmi yang sesungguhnya.

Buja telah bersiap di dekat lingkaran arena.

Sepertinya ia sangat menikmati suasana di aula, ia melakukan berbagai pemanasan dengan gerakan-gerakan yang kuat.

Dengan wajahnya yang kasar, dan sikapnya yang angkuh, akan memberikan ketakutan kepada siapa saja yang menjadi lawannya, bahkan aura keganasan memancar dari tubuhnya.

Berbeda dengan Nero disudut lainnya, terlihat polos dan penyendiri, namun penonton heran kenapa tidak terlihat ada kekhawatiran di wajahnya, ia seperti biasa biasa saja, tidak terlihat takut sedikitpun, bahkan agak 'terlalu' santai menurut mereka.

Master aula yang menjadi wasit pertandingan memasuki lingkaran arena, diikuti Buja dan Nero, mata Buja ganas memandang Nero, ia seperti hendak menelan Nero hidup-hidup.

...

1
Rahmat Anjaii
mantap thoorr, semangat trus, jangan dngarkan ocehan orang bodoh.
Farit Pratama
novel sampah ceritanya terlalu ber tele2 mcnya naif dan bodoh harusnya mcnya pintar dan jenius
pantesan sepi peminat kalau mau rame peminat mcnya harus pintar,jenius ,hebat ,kuat lugas dan tegas
contohnya seperti dewa bagi yg membutuhkan pertolongan dan kejam seperti iblis bagi musuh
Jimbo Gemok
lanjut /Smirk/
Rahmat Anjaii
lnjut kak
IRWAN PNOT
lanjut
IRWAN PNOT
bagus
Rahmat Anjaii
bikin yg kultivator moder kak
dear: sebenarnya novel ini Kultivator modern, tunggu aja cerita selanjutnya
total 1 replies
dear
guys mau lanjut apa mau novel yang baru aja?
Abdur Rahman: lanjut dunk...
Rahmat Anjaii: lnjut.
total 2 replies
Rahmat Anjaii
sangat menarik
Rahmat Anjaii
tmbh seru thhooorr, tmbah lgi dong
Rahmat Anjaii
lnjut thooorr
Rahmat Anjaii
mantap thooorr gas trus...
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!