My Possessive Love

Rajendra menghampiri Chiara yang akan masuk ke dalam kamar. Pria itu menatal wajah sembab gadis di hadapannya. Namun, saat tangannya terangkat Chiara menepisnya dengan kuat. Rajendra menatap tangannya yang baru saja di singkirkan oleh gadis itu.

"Abang sebenarnya maunya apa sih?! Gak cukup dengan satu perempuan hah?! Kalau Abang mau sama Kak Berlina, yaudah! Tapi jangan ganggu kehidupanku! Pergilah sejauh mungkin!"

Rajendra mengangkat pandangannya, ia mendengarkannya amarah gadis yang dirinya cintai. Yah, seharusnya dari awal Rajendra tak mendekat pada Berlina hingga membuat gadis yang di cintainya terluka dan membuat semuanya semalin runyam. Ia tak seharusnya melanggar perintah Dean dan membuat kepercayaan pria itu hilang darinya.

"Pergilah, penuhi janji Abang pada Kak Berlina." Chiara ingat janjinya pada Berlina, ia tak mau menyakiti gadis lain sama halnya seperti dia dulu.

Saat Chiara akan pergi, Rajendra menahan tangannya. Pria itu mengenggamnya dan menempelkannya pada d4danya. Matanya menatap lekat kedua mata Chiara yang berair. Walau gadis itu menolak, tapi Rajendra tahu jika masih ada cinta Chiara untuknya.

"Katakan, kamu masih mencintaiku kan?" Tanya Rajendra dengan dengan lembut.

"Enggak!" Chiara memandang ke arah lain, hal itu membuat Rajendra tersenyum.

"Aku masih hafal tingkahmu Chia. Jika kamu berbohong, kamu tak akan berani menatap kedua mata lawan bicaramu. Semua tentangmu, aku tahu." Ucap Rajendra.

Chiara terdiam, ia menunduk. Hatinya tak mungkin berbohong jika dirinya masih mencintai Rajendra. Hatinya sakit setekah mengetahui Rajendra justru akan bertunangan dengan gadis lain. Ada harapan di hatinya keduanya akan kembali bersama. Namun kini, ia justru merasa takut.

"Bang ...." Air mata Chiara luruh, ia menatap kedua mata Rajendra yang masih menatap kekat ke arahnya.

"Bagaimana dengan kak Berlina? Dia hanya punya Abang, bukankah ayahnya sudah tidak peduli?"

"Dari mana kamu tahu?" Kening Rajendra mengerut dalam, ia merasa tak pernah membicarakan hak itu pada Chiara.

Rajendra menghela nafas pelan, ia menghapus air mata Chiara dengan jari jemarinya dengan lembut. "Aku sudah memutuskan untuk membatalkan pertunangan dengannya. Keluargaku sudah mendatanginya dan membatalkannya. Semuanya demi kamu, aku mencintaiku dan aku tidak mau gadis lain selainmu."

"Chia, masuk!"

Chiara menatap Dean, ia terkejut akan kedatangan papinya itu. Raut wajah Dean terlihat tegang, rahangnya mengeras. Matanya menatap tajam Rajendra yang tengah menggenggam tangan putrinya. Reflek, Chiara menarik tangannya ketika menyadari apa yang Dean lihat sejak tadi.

"Masuk kamarmu dan jangan membantah!"

Chiara mengangguk, ia masuk ke dalm kamarnya. Namun sebelum menutup pintu, Rajendra sempat mengedipkan sebelah matanya. Hal itu, membuat perasaan Chiara salah tingkah. Ia tak kuasa menahan senyumnya dan baru menutup pintunya.

"Kamu, ikut Om!" Dean berjalan lebih dulu, dan Rajendra terpaksa mengikutinya dari belakang. Takut juga jika nantinya Dean akan kembali marah pada Chiara.

Dean membawa Rajendra ke ruangannya, ia meminta pria itu duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Rajendra menurut tanpa penolakan sedikit pun. Ia menegakkan tubuhnya dan menanti apa yang akan Dean katakan padanya.

"Dulu, om sangat percaya padamu. Tapi, kamu justri melanggar kepercayaan itu." Dean meraih r0k0k di selipan sofa dan menyalakannya. Ia menghirup asap itu dan mengjenhskannya.

Rajendra tetap pada posisinya, raut wajahnya pun terlihat datar. Ia seolah tak gentara sedikitpun terhadap aura intimidasi yang Dean berikan padanya

"Aku mencintai putri Om, aku siap salah karena sudah mengajak Chiara berpacaran dan melanggar janji itu tapi .... karena mengakuinya jadi kali ini aku kembali untuk melamar secara serius putri Om." Terang Rajendra tegas.

"Yang kamu ingin lamar itu putri Dean Arkatama, kamu tahu harus apa? Om tak mungkin memberikan Chiara pada pria sembarangan." Dean mem4tikan r0k0knya, ia lalu bersedekap d4da menatap pria muda di hadapannya.

"Bisa kamu buktikan jika kamu mampu menjadi suami yang baik untuk putriku?"

"Bisa Om!" Seru Rajendra tanpa keraguan sedikit pun.

Dean menarik sudut bibirnya, ia melihat kemantapan di kedua mata pria muda di hadapannya. Apa sebegitu seriusnya Rajendra pada putrinya? Astaga, Dean rasanya tak tega memberikan putrinya pada Rajendra.

"Om ragu denganmu."

"Karena aku seorang anak angkat?" Satu alis Rajendra terangkat, dia menebak apa yang ada di dalam isi pikiran Dean.

Dean hanya diam, hal itu membuat Rajendra menyimpulkan jika yang ia katakan adalah benar. Dean meragukan statusnya, dan dia tak masalah. Wajar saja, seorang ayah ingin yang terbaik untuk putrinya. Apalagi, asal usulnya sangat tidak jelas. Takut, kedepannya akan menjadi masalah di hubungan mereka.

"Om, aku akan menikahi putri Om tanpa status menjadi Direktur di perusahaan Arkatama."

Kedia lais Dean terangkat, "Apa maksudmu?"

Rajendra menunduk sejenak sebelum mengangkat pandangannya. Ia menumpu sikunya di atas kedua pahanya dan menyatukan jari jemarinya. Ia tersenyum melihat kebingungan di wajah pria yang akan menjadi mertuanya di masa depan.

"Aku akan mengundurkan diri dari jabatanku sebagai Direktur perusahaan keluarga Arkatama. Karena aku tahu, Om meragukan ketulusanku yang seorang anak angkat ini. Om khawatir, aku akn memanfaatkan Chiara demi sebuah keuntungan." Rajendra menangkap raut wajah terkejut Dean. Seringainya muncuk melihat tatapan terkejut pria berusia setengah abad itu.

"Tanpa Om berterus terang maksud dan tujuan Om, aku sudah mengerti! Jadi ... apa boleh aku menikahi Chiara?"