NovelToon NovelToon
Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Teen School/College / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:43.3k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Akademi Valdris. Medan perang bagi calon jenderal, penasihat, dan penguasa.

Selene d’Aragon melangkah santai ke gerbang, hingga sekelompok murid menghadangnya.

"Kau pikir tempat ini untuk orang sepertimu?"

Selene tersenyum. Manis. Lalu tinjunya melayang. Satu tumbang, dua jatuh, jeritan kesakitan menggema.

Ia menepis debu, menatap gerbang Valdris dengan mata berkilat.

"Sudah lama... tempat ini belum berubah."

Lalu ia melangkah masuk. Jika Valdris masih sama, maka sekali lagi, ia akan menaklukkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki

Semua tim diberi waktu tiga hari untuk merancang strategi sebelum ujian dimulai.

Di sebuah ruang pertemuan kecil yang nyaris terlupakan di sudut akademi, Selene duduk di atas meja, satu kakinya berayun pelan. Tatapannya tertuju pada peta yang terbentang di hadapannya, sementara Cedric berdiri di dekatnya, tangan terlipat di dada. Kyle bersandar di jendela dengan ekspresi malas, sedangkan Adeline duduk di sudut, matanya tajam mengamati diskusi mereka.

"Jadi, kita harus mengelola sebuah kota selama ujian ini." Selene menyusuri peta dengan ujung jarinya. "Dan tentu saja, kota kita bukan kota makmur dengan sumber daya berlimpah seperti yang diberikan kepada kelas elite."

Cedric mengangguk. "Aku sudah melihat pola ujian akademi selama sepuluh tahun terakhir. Tim kelas elite selalu mendapat kota dengan ekonomi stabil, pertahanan kuat, dan akses ke perdagangan besar. Kelas menengah mendapat kota dengan sedikit masalah, tetapi masih bisa diselamatkan. Sementara kita?" Ia melirik Selene dengan alis terangkat. "Kita akan mendapat kota dalam krisis."

Kyle mendengus. "Tentu saja. Mereka ingin memastikan kita gagal sejak awal."

Adeline mengetuk dagunya dengan jarinya. "Jika ini ujian strategi, maka bukan kekuatan atau uang yang akan memenangkan kita, tetapi kecerdikan."

Selene tersenyum miring. "Tepat sekali. Mereka ingin kita gagal? Baik, kita akan bermain dengan aturan kita sendiri."

Ia menoleh ke Cedric. "Kau si jenius di sini. Jika kita diberikan kota dalam keadaan kritis, bagaimana kita bisa membalikkan keadaan?"

Cedric berpikir sejenak sebelum menjawab. "Jika aku harus menebak, kita akan diberikan kota yang mengalami kekurangan sumber daya, konflik internal, atau ancaman eksternal. Dalam situasi seperti itu, ada tiga hal yang bisa kita manfaatkan: informasi, diplomasi, dan psikologi massa."

Kyle mengangkat alis. "Terdengar abstrak. Bisa lebih jelas?"

Cedric menatapnya. "Informasi adalah senjata pertama kita. Kita harus tahu kelemahan dan kekuatan lawan. Diplomasi berarti kita harus membentuk aliansi dengan pihak yang diremehkan. Dan psikologi massa..." ia menyeringai, "…berarti kita harus membuat orang percaya bahwa kita memiliki lebih banyak kekuatan daripada yang sebenarnya kita miliki."

Selene menepuk bahunya. "Bagus. Aku suka cara berpikirmu."

Kyle menghela napas. "Jadi… bagaimana kita mulai?"

Selene menatap peta lagi, matanya berkilat penuh perhitungan. "Kita akan menunggu sampai tahu kondisi kota kita. Tapi satu hal yang pasti—mereka pikir kita tim lemah, yang akan mereka injak untuk naik ke atas."

Senyumnya menajam. "Kita biarkan mereka berpikir begitu. Sampai terlambat bagi mereka untuk menyadari kesalahan mereka."

***

Hari Dimulainya Ujian

Pagi itu, murid-murid akademi berkumpul di lapangan utama. Profesor senior berdiri di atas panggung, bersiap mengumumkan kota yang akan dikelola oleh masing-masing tim.

Vivianne dan Damien berdiri di barisan depan dengan percaya diri. Emilia dan Lucian berdiskusi tenang, sementara Selene dan timnya hanya mengamati.

Profesor tua itu mengangkat gulungan dan mulai membacakan.

"Tim pertama, dipimpin oleh Vivianne dan Damien, akan mengelola kota Eriston—pusat perdagangan yang kaya dengan armada militer yang kuat."

Vivianne tersenyum puas, sementara Damien tertawa kecil. "Seperti yang kuduga, mereka memberi kita sesuatu yang berharga."

"Tim kedua, dipimpin oleh Lucian dan Emilia, akan mengelola kota Redmont—pusat produksi dengan ekonomi stabil dan tenaga kerja besar."

Lucian hanya tersenyum tipis, sementara Emilia mengangguk puas.

Lalu, profesor melirik gulungan terakhir.

"Tim ketiga, dipimpin oleh Selene dan Cedric… akan mengelola kota Ravenhollow."

Sejenak, keheningan melingkupi lapangan.

Kemudian, seseorang tertawa rendah di antara barisan kelas elite.

"Ravenhollow? Kota yang hampir mati itu?"

Bisikan mulai terdengar di antara murid-murid.

"Itu kota yang hampir bangkrut!"

"Bahkan pemerintah hampir meninggalkannya. Tidak ada pertanian, tidak ada perdagangan—hanya reruntuhan."

"Mereka sudah kalah bahkan sebelum ujian dimulai."

Vivianne menoleh ke Damien dan terkikik. "Sepertinya kita tak perlu repot-repot melawan mereka."

Sementara itu, Selene tetap diam, ekspresinya tak terbaca. Ia menoleh ke Cedric, yang hanya menghela napas.

"Tentu saja. Mereka ingin kita gagal," bisik Cedric.

Selene memutar bola matanya. "Mereka selalu ingin kita gagal. Itu bukan hal baru."

Kyle mendekat, menyeringai. "Jadi, rencana kita tetap berjalan?"

Selene melirik ke arah Vivianne dan Damien yang tampak puas, lalu ke Lucian yang sekilas memberinya tatapan peringatan.

Kemudian, ia tersenyum kecil.

"Tentu saja. Kita hanya perlu mengubah aturan permainan."

***

Taruhan yang Mengubah Segalanya

Selene tidak serta-merta menerima keputusan itu. Dengan langkah tenang, ia maju ke tengah aula, berdiri di bawah cahaya lampu gantung yang berkilauan. Sorot matanya tajam menatap sang profesor.

"Profesor," suaranya menggema di aula yang kini senyap, "atas dasar apa pembagian ini ditentukan? Mengapa kelas bawah selalu ditempatkan di posisi paling tidak menguntungkan?"

Kerumunan terdiam. Tak ada yang pernah mempertanyakan sistem akademi sebelumnya.

Profesor tua itu menatapnya dengan ekspresi bosan. "Pembagian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan keahlian dan keseimbangan antar kelas. Tidak ada ketidakadilan di sini, hanya sistem yang sudah berjalan selama bertahun-tahun."

Selene tertawa pelan. Bukan tawa riang, melainkan penuh ejekan.

"Begitu, ya? Kalau begitu, hadiah apa yang menanti kami jika menang? Selain nilai tertinggi?"

Profesor tampak sedikit terkejut. "Kemenangan akan membawa kehormatan bagi tim pemenang dan manfaat akademik yang sesuai."

Jawaban yang ambigu.

Selene tersenyum sinis. Lalu, dengan suara yang cukup lantang untuk menggema di seluruh aula, ia berkata:

"Baiklah. Mari buat taruhan."

Aula kembali gaduh.

"Aku mempertaruhkan sepuluh juta koin emas untuk kemenangan timku."

Keheningan jatuh seketika.

"Dia gila!"

"Sepuluh juta?! Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?"

Profesor tua itu menatap Selene lama sebelum akhirnya mengangguk. "Taruhan ini diterima."

Kyle, Adeline, dan Cedric menoleh dengan tatapan terkejut dan khawatir.

Selene hanya tersenyum. "Aku tidak suka diremehkan."

Dan dengan itu, pertarungan mereka benar-benar dimulai.

1
Ririn Santi
ku menantimu disini
up....up...up....up.....
😘😘😘😘
Kiky
luar biasa
Suki Feci
selisih brp tahun mereka?
Ririn Santi
novel yg keren. bukan hny tentang alur cerita dan gaya bahasa sebagai sebuah hiburan , tapi ada nilai nilai yang tersampaikan didalamnya. lanjut sampai tuntas ya thor. semangat💪💪💪
Ririn Santi
lanjut
Ririn Santi
hoho....filsafat nih.tp apa yg diutarakan author mmg benar. mindset seorang pemimpin menentukan setiap kebijakan dan tindakan yg garis lurus pd output nya. keren lah thor
Ririn Santi
sebenarnya magnus paham gak sih siapa sebenarnya selena thor?
Seojinni_: Selene apa Selina kak? Kalo soal Selene, dia udh nebak tipis2 sih, nanti juga bakal ada adegan menyentuh buat Lima pilar kekaisaran, mungkin di akhir novelnya bentar lagi...
total 1 replies
Ririn Santi
valeri gila benar benar gila
Ririn Santi
cepat regis
Ririn Santi
bgmn ada pihak yg bermain dlm permainan jika ini dibawah pengawasan regis. atau ada penyusup di dlm nya?
Ririn Santi
makin seru euy
Ririn Santi
bertin grog pungin ku sambelin deh mulutmu itu
Al^Grizzly🐨
Ceritanya tidak bagus lagi...walaupun Selena Everhart Terlahir kembali...kenapa ada yg susah tua menyukainya...jadi malas baca novel ini...pdahal Novel ini sangat bagus ceritanya...tapi teman yang Menjadi Sahabat Masa lalu..Sekaligus Teman Ayahnya Menyukai Selena Kecil...Maaf Thor..aku undur diri dr Novel ini🙏
Seojinni_: Iya gpp kak 😊 Terimakasih sdh baca sejauh ini 🙏
total 1 replies
Sahyaji Pelangi
👍
Kencana Wungu
maaf thor mau tanya beda umur nya berapa tahun thor,agak gimana gt kalau beda umur ny jauh bgt,emg sih renkarnasi tapi kan skrg umur nya masih muda,maaf jangan tersinggung ini cuma pemikiran pribadi aja
Seojinni_: Tenang aja Author gak tersinggung kok 😁 Krn banyak pertimbangan dan akhirnya milih Regis biar nyambung sama masa lalu Selene. Dan diantara temen Selene, Regis ini yg paling kecil umurnya. Age gap nya, sekitar 15 or 17 😅 Agak maksa ya bedanya, tapi Krn latar nya Klasik barat jd msh realistis 🤭 Jd Klo selene 15, Regis sekitar 30an 😁 Makanya Romance nya Author buat tipis2 biar sesuaikan umur selene 😅
total 1 replies
Fransiska Husun
Luar biasa
Seojinni_: Terimakasih Penilaian nya kak 😘💕
total 1 replies
Ita Xiaomi
Sampai saat ini ceritanya bagus utk memotivasi diri. Utk para pelajar, pengajar dan para pemimpin bs ambil sisi baik dr cerita ini. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
Seojinni_: Aminnn makasih semangatnya kakak 😘💕
total 2 replies
Ita Xiaomi
Keren semua pertanyaan dan jawaban ujiannya. Bukan hanya terpaku pd teori yg copy paste.
Ita Xiaomi
Valeri dan Magnus telah saling memaafkan sebelum hukuman dilaksanakan.
Ita Xiaomi
Akhirnya Valeri bahagia berkumpul kembali dgn ibu dan kknya di alam yg lain.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!