(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27¹
...Setibanya di apartemen, Silvia segera menuju kamar dan mengambil koper berisi pakaian dan barang-barang penting yang telah ia siapkan jauh hari. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah amplop dan melepaskan cincin pernikahannya....
"Selamat tinggal, Antonio," gumam Silvia lirih sambil meletakkan amplop dan cincin pernikahannya di atas nakas, lalu bergegas keluar dari kamar.
...Tiga puluh menit setelah kepergian Silvia, Antonio tiba di apartemen bersama para pengawalnya. Antonio segera memerintahkan mereka untuk mencari petunjuk apa pun yang dapat mengarahkan mereka kepada Silvia. Tak lama kemudian, salah satu pengawal menemukan cincin dan amplop di kamar dan segera menghampiri Antonio....
"Tuan, saya menemukan ini," lapor pengawal sambil menyerahkan amplop dan cincin kepada Antonio.
Antonio terdiam sejenak, menerima cincin dan amplop itu, lalu membukanya.
"Surat cerai? Dia pikir bisa lolos begitu saja? Silviana, aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia sekalipun," ucap Antonio dengan senyum dingin yang mengisyaratkan kemarahan terpendam.
...Antonio segera merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel, dan menghubungi asistennya....
"Halo, Tuan," sahut Asisten Antonio dari seberang ponsel.
"Sebarkan foto istriku di setiap bandara. Jika ada yang melihatnya, segera kabari aku dan tahan dia," perintah Antonio dengan nada tegas dan penuh otoritas.
"Baik, Tuan," jawab Asisten Antonio patuh.
Tut, tut, tut.
...Setelah panggilan berakhir, Antonio segera mengajak para pengawalnya untuk meninggalkan apartemen tersebut....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di sisi lain)...
...Setibanya di bandara, Silvia bersama detektif sewaannya segera bergegas. Sehari sebelumnya, Silvia telah meminta detektif itu untuk membuatkan paspor dengan nama samaran: Jeny. Penampilannya pun diubah total menjadi seorang gadis cupu dengan kacamata besar, wajah palsu penuh jerawat yang dibuat sendiri oleh sang detektif menggunakan silikon, serta kawat gigi dan lensa mata berwarna cokelat yang dikenakan Silvia....
"Bagaimana penampilanku?" tanya Silvia, mendongak menatap detektif tersebut dengan rasa ingin tahu.
"Sangat sempurna," jawab detektif yang sudah berumur itu sambil tersenyum tulus.
"Baiklah, aku berangkat dulu. Sampai jumpa," pamit Silvia sambil menarik kopernya dan berjalan menuju pintu masuk bandara.
...Saat Silvia sedang menunggu jadwal penerbangannya, tiba-tiba serombongan pria berpakaian hitam memasuki bandara sambil membawa foto dirinya dan menuju loket tiket....
Gawat, mereka pasti orang-orang suruhan Antonio, batin Silvia cemas, berusaha keras menyembunyikan kegugupannya agar tidak menimbulkan kecurigaan.
...Terlihat jelas, orang-orang itu sedang berbicara dengan para pegawai bandara, sementara yang lainnya menghampiri setiap orang yang ada di sana, menanyakan keberadaannya sambil menunjukkan fotonya....
...Beruntung, tak seorang pun mengenali atau bahkan melihatnya, karena penampilan Silvia di bandara saat itu benar-benar berbeda dari fotonya. Setelah tidak mendapatkan hasil apa pun, orang-orang suruhan Antonio itu pun meninggalkan bandara....
"Fiuuuhhhh... syukurlah," gumam Silvia sambil menghela napas lega.
...Tak lama kemudian, terdengar pengumuman bahwa pesawat akan segera lepas landas. Silvia pun ikut mengantre dan masuk ke dalam pesawat. Kali ini, tujuannya adalah negara A, tempat di mana semua penderitaannya bermula. Di dalam hatinya, Silvia berjanji tidak akan membiarkan mereka semua lolos dari balasannya....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Dua bulan kemudian)...
...Dua bulan sudah berlalu sejak Silvia tiba di negara A. Kini, ia membuka sebuah kafe kecil di tepi pantai sebagai kedok sambil diam-diam menyelidiki tentang Pedro dan orang-orang yang terlibat dalam masa lalunya....
...Pagi ini, Silvia berangkat dari rumah menuju kafenya mengendarai sepeda motor matik. Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba......
"Hueekkk... Hueekkk... Hueekkk." Silvia terus menerus merasakan mual dan muntah hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak di depan sebuah klinik.
"Sepertinya asam lambungku kambuh lagi. Pasti karena sering begadang dan telat makan," gumam Silvia sambil berjalan masuk ke dalam klinik.
"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang pegawai klinik dengan senyum ramah menyambut kedatangan Silvia.
"Aku... aku..." Silvia tiba-tiba merasa pusing dan memegangi kepalanya.
Bruk!
...Belum sempat Silvia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba tubuhnya limbung dan ia ambruk tak sadarkan diri. Beruntung, seorang gadis muda yang baru saja berdiri tepat di belakang Silvia dengan sigap menahan sebagian berat tubuhnya....
"Kak! Tolong bantu aku!" teriak gadis itu panik, meminta pertolongan kepada pegawai klinik.
...Pegawai klinik itu pun segera menghampiri mereka berdua dan membantu memapah tubuh Silvia yang lemas....
"Cepat, telepon ambulans!" perintah pegawai klinik itu kepada gadis muda tersebut dengan nada cemas.
"Baik!" jawab gadis itu dengan panik, segera mengeluarkan ponselnya.
...Gadis muda itu dengan cepat menghubungi layanan ambulans. Tak lama kemudian, ambulans tiba dan segera membawa Silvia. Karena tidak ada seorang pun di klinik yang mengenali Silvia, gadis muda itu dengan sukarela ikut serta menemani Silvia di dalam ambulans....
...(1 jam kemudian)...
...Perlahan, kelopak mata Silvia terbuka. Ia menatap langit-langit putih dengan tatapan kosong, mencoba mengingat apa yang terjadi. Dengan susah payah, ia berusaha bangkit....
"Nona, Anda sudah sadar? Mari saya bantu," ujar gadis muda itu lembut, segera menghampiri Silvia dan membantunya duduk bersandar di ranjang.
"Di mana ini?" tanya Silvia lirih, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang serba putih.
"Kita di rumah sakit, Nona. Tadi pagi Anda pingsan di klinik. Karena tidak ada yang mengenal Anda, saya memutuskan untuk ikut menemani," jawab gadis itu dengan senyum hangat yang menenangkan.
"Maaf saya sudah merepotkan mu," ujar Silvia berusaha turun dari atas bangkar.
"Maaf, saya sudah merepotkanmu," ucap Silvia dengan nada lemah, berusaha untuk turun dari ranjang.
"Tunggu! Tadi dokter bilang—"
Ceklek.
...Ucapan gadis itu terhenti saat pintu ruangan tiba-tiba terbuka, membuat Silvia dan gadis itu serentak menoleh ke arah pintu. Ternyata, seorang dokter dan seorang perawat masuk ke dalam ruangan....
"Oh, ternyata Anda sudah sadar?" ucap dokter itu sambil berjalan menghampiri Silvia, diikuti oleh perawat di belakangnya.
"Dok, apa yang sebenarnya terjadi pada saya?" tanya Silvia dengan nada cemas, menatap sang dokter dengan penuh harap.
"Ini adalah reaksi normal untuk ibu hamil," jawab dokter itu sambil tersenyum lembut.
Duar!
...Bagai petir menyambar, seluruh tubuh Silvia terasa kaku. Keringat dingin mengalir deras membasahi dahinya. Jantungnya berdebar kencang, seolah ingin melompat keluar dari rongga dadanya....
"Ba-bagaimana bisa? Aku selalu rutin minum obat pencegah kehamilan," gumam Silvia terbata-bata, pikirannya berkecamuk penuh kebingungan.
"Obat pencegah kehamilan terkadang bekerja sesuai harapan, terkadang juga tidak, apalagi jika Anda sedang dalam masa subur. Terlambat minum satu menit saja sudah bisa menyebabkan kehamilan," jelas dokter itu dengan tenang.
Glup.
...Silvia menelan ludah dengan susah payah. Tiba-tiba, ingatannya melayang pada malam terakhirnya bersama Antonio. Karena terburu-buru melarikan diri, ia lupa meminum pil kontrasepsinya....
Bagaimana ini bisa terjadi? Sekarang aku harus bagaimana? Apa aku gugurkan saja? batin Silvia berkecamuk, tangannya tanpa sadar mengelus perutnya yang masih rata.
"Nona, ini resep obat untuk Anda. Dan sekali lagi, selamat ya," ucap dokter itu dengan senyum tulus, lalu melanjutkan dengan nada sendu, "Tolong doakan saya dan istri saya agar segera dikaruniai momongan. Saya tahu ini terdengar aneh, tapi sebagai dokter, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun hasilnya tetap nihil." Dokter itu menatap perut Silvia dengan tatapan penuh harap.
"Lalu, bagaimana Dokter bisa begitu percaya bahwa doa seorang ibu hamil bisa terkabulkan?" tanya Silvia dengan nada penasaran.
"Saya tidak punya cara lain selain mempercayai mitos, Nona. Mohon doakan istri saya," pinta dokter itu dengan tulus sambil menautkan kedua tangannya, penuh harap.
"Apa sesulit ini mencari seorang anak? Dan aku, yang sudah memilikinya, justru berpikir untuk menyingkirkannya," batin Silvia lirih, setetes air mata tanpa sadar mengalir di pipinya.
"Baik, Dok. Akan saya doakan semoga istri Dokter bisa segera hamil," ucap Silvia dengan senyum hangat, meskipun hatinya sedang berkecamuk.
"Terima kasih banyak, Nona. Silakan pergi ke ruang USG untuk memeriksa kondisi bayi Anda. Saya permisi dulu," ucap dokter itu sebelum meninggalkan ruangan.
...Silvia segera bangkit dengan bantuan gadis muda itu. Mereka berdua menuju ruang USG. Setelah diperiksa, betapa terkejut dan bahagianya Silvia saat mengetahui bahwa ia mengandung bayi kembar yang masih sekecil biji jagung. Silvia tertawa haru, merasa senang karena kedua calon buah hatinya sehat. Kini, ia tidak lagi sendiri. Ia memiliki keluarga kecil, meskipun tanpa seorang suami di sisinya....
(Bersambung)
Please Author,
jangan sampai Silvia/Silviana disekap atau dilecehkan sama di Pedro Blekok...