Tuntutan Keluarga, Membuat Anya Harus Melanjutkan Kuliahnya. Sebenarnya dia ingin bekerja saja atau membangun bisnis. karena dia sudah sangat lelah berurusan dengan tugas terutama belajar.
Dia yang suka kebebasan, namun takut membangkang pada orang tua. Akhirnya memutuskan untuk Kuliah.
Dan disana lah, dia bertemu dengan seorang laki-laki tampan. Rangga, dosen yang sekaligus menjadi pembimbing akademiknya.
Anya selama perkuliahan sering bolos dan tidak pernah mengerjakan tugas. Hal inilah yang membuatnya mau tidak mau harus bertemu Rangga setiap hari.
Hingga muncul benih-benih cinta dari sisi Rangga. Tapi Anya sangat membenci dosen itu, karena selalu mengganggu dan menggagalkan kenakalannya. Lalu Bagaimana kisah mereka? Cari tahu di Novel ini ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Person S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Mobil
"Itu dosen mau membunuhku atau bagaimana? Kenapa dia lama sekali. Dia nggak tahu apa kalau disini panas sekali sekarang" ucap Anya sambil melihat ke arah mobil dan motor yang lalu lalang di depannya.
"Rasanya aku ingin pergi meninggalkannya. Tapi kenapa berat sekali rasanya" ucap Anya lagi.
Selang beberapa menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
Rangga langsung memarkirkan mobilnya dan mendekati Anya.
"Kamu ngapain panas-panas an disini?" Tanya Rangga.
"Bapak kan yang menyuruh saya menunggu. Untungnya saya masih punya hati untuk tidak meninggalkan bapak begitu saja" ucap Anya.
"Kamu kan bisa menunggu disana" ucap Rangga sambil menunjuk ke arah tempat rindang yang tidak jauh dari tempat Anya berdiri.
Anya membenarkan apa yang Rangga katakan. Betapa bodohnya dia yang tidak pindah sejak tadi.
"Ya sudah pak, Ayo" ucap Anya kemudian naik ke motornya.
"Lah, ngapain kamu?" Tanya Rangga bingung.
"Bukannya bapak tadi mau antar saya. Ya udah ayo. Bapak naik mobil, saya naik motor" ucap Anya.
"Buat apa saya jauh-jauh kesini kalau kamu naik motor Anya Putri Alexandra" ucap Rangga yang membuat Anya hanya berohh ria.
"Lalu bagaimana dengan motor saya pak?" Tanya Anya.
"Tenang, saya sudah meminta seseorang kesini" ucap Rangga. Selang beberapa menit dia mengatakan itu, seseorang tiba-tiba muncul entah darimana.
"Ya udah ayo" ucap Rangga kemudian mengajak Anya masuk ke mobilnya. Anya menurut saja.
"Oya pak, jadi makan sate kan?" Tanya Anya.
"Kapan-kapan saja, kesehatanmu lebih penting daripada sate" ucap Rangga tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan raya di depannya.
Anya mendekati Rangga kemudian meletakkan tangannya ke jidat Rangga. Hal itu menciptakan sesuatu yang aneh di tubuh Rangga. Hingga membuat langsung terdiam seketika. Ini pertama kalinya ada wanita yang menyentuhnya.
"Nggak panas. Bapak kenapa? Tumben banget baik sama saya" ucap Anya kemudian.
"Memang kapan saya jahat sama kamu?" Tanya Rangga.
"Bapak ini, Pura-pura nggak tahu atau gimana. Setiap hari bapak selalu nyebelin. Kasi tugas inilah itulah. Memarahi saya. Bapak lupa?" Ucap Anya dengan wajah yang terlampau lucu.
"Jangan panggil bapak. Saya tidak setua itu" ucap Rangga karena sedikit risih dengan kata bapak yang Anya ucapkan. Entah kenapa dia merasa risih sekarang saat mendengar kata bapak itu.
"Lah, terus saya harus manggil apa? Anda kan dosen saya. Masak besty, bro, Abang, atau .... Ah sudahlah" ucap Anya menghentikan otaknya yang berpikir karena masalah nama.
"Panggil nama saja" ucap Rangga.
"Nggak mau, bapak jauh lebih tua dari sana. Bentar umur bapak 28 tahun kan?" Tanya Anya.
Rangga hanya mengangguk.
"Nah kan, nggak mungkin saya panggil nama. Apa kata orang nanti" ucap Anya. Walaupun dia terkenal nakal, tapi dia masih tahu adab.
"Ya sudah, panggil kakak saja" ucap Rangga.
"Hmm, nggak mau. Aku panggil bapak saja" ucap Anya.
Rangga langsung melihat ke arah Anya.
"Iya-iya bercanda. Ya udah kak Rangga deh" ucap Anya. Tapi entah mengapa dia merasa geli saat mengucapkannya.
Rangga langsung tersenyum.
Setelah itu, sepi. Tidak ada percakapan lagi. Anya Langsung terdiam. Entah kenapa dia tidak bersuara lagi.
"Kamu kenapa?" Tanya Rangga yang melihat gelagat aneh Anya.
"Dulu aku sering kesini sama nenek" ucap Anya sambil menunjuk sebuah supermarket.
"Kamu mau diam disini dulu?" Tanya Rangga sambil berusaha memarkirkan mobilnya.
"Nggak usah pak. Eh kak. Kapan-kapan saja" ucap Anya dengan wajah sedih.
"Ya sudah kalau itu mau kamu" ucap Rangga kemudian.
Setelah itu, sunyi kembali. Anya hanya menatap lurus ke depan.
"Anya sudah ikhlas kak, tapi masih saja sedih kayak gini ketika kenangan sama nenek itu muncul. Mungkin karena Anya terlalu dekat sama nenek, jadi kenangannya terlalu banyak" ucap Anya tiba-tiba.
Rangga hanya diam. Namun telinganya masih fokus mendengarkan.
"Dulu Anya sering berantem di Sekolah. Anya nakal banget Kak. Beberapa kali papa dan mam dapet surat dari BK. Tapi papa dan mama selalu sibuk, jadi nenek yang selalu datang ke sekolah. Nenek nggak pernah marah walaupun Anya nakal. Dia hanya menasehati Anya agar menjadi wanita baik. Dan sekarang, Nenek sudah nggak ada. Sudah tidak ada lagi yang menasehati Anya lagi. Anya kangen Nenek" ucap Anya. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja membasahi pipinya.
Rangga melihat air mata yang menetas di wajah Anya. Spontan tangannya langsung memegang wajah Anya dan menghapusnya.
Anya terdiam mematung.
"Jangan menangis. Kau sudah jelek, menangis membuatmu semakin jelek" ucap Rangga yang membuat Anya langsung menepis tangannya.
"Enak saja mengataiku jelek" ucap Anya sambil menatap Rangga kesal.
Rangga langsung tertawa dan hal itu membuat Anya langsung menatapnya takjub.
"Astaga, ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa" batin Anya.
-Bersambung-
d kmpng hlmnq ada stasiun radio antarez, duluuu