Tidak pernah terbayang jika malam yang dia habiskan bersama pria asing yang memberinya uang 1M akan menumbuhkan janin didalam rahimnya.
Salsabila, gadis cantik berusia 26 tahun itu memutuskan merawat calon anaknya seorang diri. Selain tidak mengenal ayah dari calon anaknya. Rupanya pria itu sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.
Mampukah Salsabila menghadapi kerasnya hidup saat dia hamil tanpa suami?. Apalagi dia hamil diluar nikah!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbicara Dari Hati Ke Hati
Ucapan Bunda terngiang kembali di benak Salsa. Pergi dari Azka apakah keputusan yang tepat? Salsa hanya merasa rendah diri. Bersanding dengan Azka nyatanya bagai mimpi bak sinderela yang bersanding dengan pengeran.
"Kamu sudah lebih baik?," tanya Gita yang melihat menantunya termenung.
"Sudah, Bun!."
Gita duduk disamping sang menantu, tersenyum lembut seperti pada putrinya sendiri. "Bagaimana perasaanmu?."
Pertanyaan mertuanya membuat Salsa terdiam. Jika ditanya, tentu dia tidak baik-baik saja. Ibu mana yang akan baik-baik saja setelah kehilangan buah hatinya.
Salsa menatap Gita yang tiba-tiba memegang tangannya, menggenggam erat menyalurkan kekuatan. "Bunda tahu perasaanmu. Kehilangan buah hati sama seperti kehilangan separuh nyawa yang kita miliki. Dan Bunda juga pernah merasakannya. Bunda pernah berada diposisimu saat ini!."
Salsa menatap wanita paruh baya itu dengan sendu. "Aku tidak akan setegar Bunda. Aku lemah, Bun. Aku merasa sendirian. Aku tidak pernah menganggap anakku sebagai kesalahan. Aku menyayanginya. Tapi kenapa Allah malah mengambilnya."
Gita memeluk Salsa, "Karena Allah lebih menyayanginya. Anakmu sudah bahagia bersama-Nya. Kamu harus tegar, kamu harus kuat. Dia tidak akan menguji kita diluar batas yang kita mampu!."
Salsa menatap mertuanya sambil menghapus air mata dipipinya. Gita dan Dirga sangat baik padanya, mereka bahkan menerimanya dengan tangan terbuka. Bagaimana mungkin Salsa tega menyakiti hati mereka.
"Maaf sebelumnya. Tadi Bunda melihat Azka keluar dengan wajah tak bersahabat. Apa kalian bertengkar?." Salsa mengangguk
"Bunda tidak akan mencampuri apapun urusan rumah tangga kalian. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Apapun masalah yang terjadi, bicarakan semua dengan baik. Jangan mengambil keputusan hanya dari sebelah pihak. Kalian sudah menikah, bukan lagi pacaran yang sewaktu-waktu bisa putus dan berpisah. Pernikahan itu suci, sakral. Jadi apapun masalah yang kalian hadapi, pikirkan baik-baik resiko yang akan kalian tanggung dari keputusan yang kalian ambil!."
Salsa menunduk, "Masihkah aku pantas untuk Mas Azka? Bayi kami sudah tiada. Tidak ada lagi pengikat yang menghubungkan hubungan kami berdua. Lagipula, pernikahan kami terjadi karena keterpaksaan. Mas Azka berhak bahagia meski bukan denganku!."
Gita tersenyum, "Bayi kalian memang sudah tiada, namun bukan berarti ikatan di antara kalian juga ikut hilang. Kamu tahu, pernikahanlah yang sekarang menjadi pengikat antara kalian berdua. Ikatan suci yang terdiri dari suami dan istri. Hubungan sakral yang dijalin dua insan dengan segala kekurangan juga kelebihan masing-masing!."
Ceklek
Azka datang sambil membawa bunga dan sebatang coklat. Dia berjalan menghampiri istrinya, Gita yang melihat hal itu segera keluar dari kamar rawat Salsa.
Salsa merasa canggung karena ditatap intens oleh suaminya. Bahkan Azka tersenyum lembut kepadanya.
"Ini bunga dan coklat untukmu. Aku tidak tahu kamu menyukainya atau tidak. Tapi aku harap, kamu mau menerimanya!."
Salsa menatap bunga dan coklat itu sekilas, lalu meraihnya. "Terima kasih!."
Azka mengangguk, "Apa masih ada bagian tubuhmu yang sakit?."
"Hanya perutku yang sedikit ngilu!."
"Aku akan meminta dokter memeriksamu lagu."
"Tidak usah. Tadi dokter sudah memeriksaku saat ada Bunda. Kamu duduklah disini!."
Azka mengangguk, ia kembali menatap istrinya dengan lekat. "Kamu sudah berubah pikiran, kan? Kamu tidak akan menyuruhku kembali pada Salwa atau meninggalkan aku?."
Salsa membalas tatapan suaminya. Wajah tampan itu terlihat penuh harap, Salsa sendiri bingung. Kenapa Azka tak mengizinkannya pergi. "Kenapa kamu tidak mengijinkanku pergi?."
"Karena aku mencintaimu!," jawab Azka, "Aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertama melihatmu. Aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita. Tapi aku baru menyadarinya sekarang!."
"Kamu mencintaiku secepat itu?."
Azka menatap istrinya, "Ya. Pasti kamu meragukanku kan? Tapi itulah yang aku rasakan. Jujur, aku bukanlah orang yang peka. Dan aku mudah kasihan pada orang. Tapi kali ini aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku benar-benar menyukaimu. Dan ini pertama kalinya aku jatuh cinta pada seorang perempuan!."
Salsa tersipu, walau masih ragu dengan penuturan Azka. Tapi tidak bisa dibohongi jika hatinya senang.
Azka menggenggam tangan Salsa dengan lembut, "Kamu mau kan, memulai semuanya dari awal. Menata rumah tangga kita bersama-sama. Membangun rumah tangga yang bahagia dan penuh cinta."
Salsa terharu, ia tak mampu menahan air matanya. Dengan pelan Azka mengusap pipi istrinya, "Aku akan selalu menyayangi dan melindungimu. Menjadi tempatmu berkeluh kesah, bersedih dan berbahagia. Menjadi tempat ternyaman untuk kamu bersandar dan pengobatan luka saat kamu terluka. Juga menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita kelak. Salsabila Safitri, maukah kau menua bersamaku?."
semangat thor