Di usia dua puluh lima tahun, Gurkha pergi meninggalkan keluarganya dan habitatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMATIAN SEPASANG KEKASIH
Udara terasa moist karena sedang musim penghujan, langit di luar sudah mendung dengan angin yang kencang. Devi duduk di sofa balkon, menatap kearah luar. Pikirannya melayang ingat kepada orang tuanya dan kampung halamannya.
Disini semua tercukupi, apapun yang dia minta Gurkha akan memenuhinya dia merasa seperti wanita simpanan. Tidak ada bedanya dengan pelacur, seharusnya dia berontak dan lari dari sini. Mobil, uang, pakaian, semua ada sekarang tinggal keberanian.
Tadi pagi Gurkha pamit, mengatakan akan pergi ke luar kota mengurus proyek barunya, kesempatan yang sangat langka. Mungkin ini peluang yang harus dia manfaatkan.
Devi masuk ke kamar mengambil tas ransel dan memasukan beberapa pakaian. Dia menyambar kunci mobil dan dompet, bingung juga apa harus di bawa, yang penting kartu ATM sama ponsel. Gurkha juga memberi Black Card, kartu kredit eksklusif yang hanya ditawarkan bank kepada nasabah Emerald, yang memiliki Asset Under Management. Setelah siap dia buru-buru keluar kamar.
Angin sorga seolah berpihak kepada nya. Gurkha tidak ada, si genit Amira juga tidak ada, jadi tidak ada yang akan melarang dia pergi. Dengan tergesa-gesa Devi ke garasi, menaiki salah satu mobil sport milik Gurkha.
Dia memilih Lamborghini warna navy blue, kemudian memacu dengan kecepatan tinggi. Jalan enam meter yang berbelok-belok dan sedikit licin tidak mengurungkan niat nya untuk ngebut. Seperti di kejar setan, Devi melarikan mobilnya menuju Bandara.
Ketika mobil naik lewat jalan Tol, tiba-tiba saja dia di kagetkan oleh penampakan lewat kaca mobilnya, seekor Naga melayang di depan, tapi jauh di atas. Dada Devi bergemuruh, perasaan takut mengaduk jiwanya. Tapi mobilnya terus melaju, ia pasrah seandainya Naga menculiknya saat ini, tidak mungkin ada yang bisa menolongnya karena Devi berada di jalan Tol di atas Laut. Mobil jarang melintas disini, tidak sepadat di jalan raya.
Dia lega dan sangat bersyukur, ketika Naga menukik mau turun, beberapa Bus Pariwisata melintas beriringan. Tanpa sadar Devi mengelus dadanya, mengucap sebait doa, bersyukur. Dia harus bisa lepas dari Gurkha, pria yang telah meporak porandakan hidupnya. Untung dia tidak hamil.
Sampai di Bandara Devi celingukan, dia terpaksa mengurungkan niatnya ke Korea untuk operasi plastik. Devi baru sadar bahwa belum membuat paspor. Butuh waktu lima hari, paspor baru bisa selesai. Apa yang harus di lakukan, kecuali merubah rencana.
Dengan langkah gontai Devi menuju Solaria, memesan nasi goreng, menu andalan yang paling enak di Solaria. Kemudian dia mengeluarkan ponsel dan mulai mencari di Google tempat operasi plastik yang berada di Pulau Nusa Dewata. Tenyata usahanya itu berhasil, disini ada Klinik kecantikan yang khusus bisa merubah wajah.
Sementara itu diatas Bukit Sambala Arima menangis sambil berlutut, dia tahu dirinya bersalah, sudah tiga hari tidak mampu mencari jejak Devi yang kabur.
"Sebagai putri Naga emas Caligula, aku sudi berlutut kepadamu akibat ulah wanita dari bangsa manusia. Harusnya kau punya pikiran, bahwa manusia itu tidak sama dengan kita, banyak akalnya. Apa istimewanya sehingga kau mempertahankannya?" suara Arima sengau, dia sangat sakit hati dan marah terhadap situasi yang dia hadapi saat ini. Baginya Gurkha terlalu bodoh dan tergila-gila kepada wanita itu, yang jelas-jelas tidak bisa hamil, mungkin juga tidak cinta pada Gurkha.
"Tidak ada alasan apapun, ini sudah tiga hari Devi hilang kau tidak bisa menemukan nya, sungguh bodoh, kau tidak cocok jadi putri Caligula!!" suara Gurkha meninggi. Dia baru saja datang dari luar kota, sampai di Villa sudah mendengar khabar buruk.
"Kenapa kau menyalahkan aku, wanita itu tidak mencintaimu, tidak bisa hamil, apa itu kau pertahankan?" teriak Arima gusar. Dia sangat benci kepada Devi.
"Bukankah kau disini sebagai babu? jadi semua tanggung jawab disini jatuh kepundakmu. Buka telingamu lebar-lebar, aku mencintainya, dia jodohku dan aku akan menikahinya seperti bangsa manusia sejati."
"Tidakkk....kau adalah calon suamiku wanita itu hanya gula-gulamu, kau tidak boleh meninggalkan bangsamu karena kau adalah Pangeran Naga. Sadarlah Gurkha, kita berbeda dengan manusia." jerit Arima sedih.
"Enyahlah kau dari sini, aku tidak mungkin mencintaimu. Aku adalah manusia, bukan pangeran Naga. Pergi kau ke habitatmu." hardik Gurkha dengan marah.
"Tidak sudi aku pergi dan juga tidak sudi aku mencari wanitamu, aku benci semua ini. Apakah aku begitu jelek dimatamu, sehingga kau tidak mau menjadi suamiku?"
"Karena aku tidak cinta padamu!!" sahut Gurkha enteng.
Untuk kesekian kalinya air mata Arima menganak sungai, dia terus menangis, dan berguling. Menyesali nasibnya yang buruk, dia mengutuk dan menyalahkan orang tuanya yang melahirkannya dan menyisakan sisik di badan.
"Gurkhaaa...teganya kau menyakiti hatiku, ingin aku merobek dada wanitamu dan memakan jantungnya." lirih suara Arima di antara tangisnya.
"Ke arah mana istriku pergi?" tanya Gurkha kembali setelah jeda beberapa saat. Matanya memandang Arima dengan marah.
"Aku sudah bilang dia ke Bandara, setelah itu lenyap. Aku tidak berani turun, banyak orang di Bandara.
"Malam ini aku coba mencarinya, tapi kalau ke Bandara dia berarti tidak ada di pulau ini lagi. Aku yakin dia keluar negeri atau keluar kota."
"Kita adalah bangsa Naga, yang hidup di hutan, mana mengerti masalah manusia. Kalau kita terus bertanya kelihatan sekali kita kampungan, dan malah diejek." keluh Arima.
Gurkha beranjak menuju garasi, dia mau memastikan mobil yang dibawa oleh Devi, sekarang mobil itu berada dimana. Seharusnya dia menaruh alat pelacak di mobil yang dibawa Devi.
Memang sial!! Baru saja dia mau naik ke mobil ponselnya berbunyi, ada chat WA dari Pak Asep.
"Bos, Pak Burhan dan Nona Rina masuk ke ruangan arsip. Ini sudah kedua kalinya bos." tulis Pak Asep Scuriti di Kantornya. Gurkha memang menugaskan Pak Asep memata- matai pasangan itu.
"Aku akan datang secepat mungkin." balas Gurkha menutup ponselnya.
"Gurkha aku akan ikut denganmu, siapa tahu aku memukan wanitamu." rengek Arima membuka pintu mobil.
"Aku ada urusan penting di kantor, ada penjahat masuk ke ruangan arsip jika kau ingin mencari Devi, cari sendiri." ketus suara David.
Gurkha melarikan mobilnya dengan kencang, Pak Burhan dan Tina sudah banyak menikùngnya, mereka sering memfitnah secara halus. Waktu ini Gurkha nyaris di penjara, untungnya Pak Surya membelanya dan Gurkha bisa membuktikan bahwa tuduhan Pak Burhan tidak beralasan.
Tidak sampai satu jam Gurkha sudah sampai di tempat parkir. Hari sudah gelap dan sedikit mendung, dia heran kenapa banyak kendaraan dan ada mobil Polisi. Gurkha melangkah dengan hati-hati.
"Boss, ada masalah." Pak Asep buru-buru datang mencegatnya. Dia kelihatan sangat gugup dan pucat.
"Ada apa Pak Asep?" tanya Gurkha khawatir.
"Pak Gurkha, kami telah menunggu anda. Tolong telepon orang tua anda untuk datang kesini." seorang Polisi datang dan mengajak Gurkha ke ruangan Arsip.
"Ada apa Pak?" tanya Gurkha tanpa mengindahkan kerumunan orang, semua mata memandangnya.
Polisi tidak menjawab, dia mengajak Gurkha melihat pemandangan yang membuat hatinya ngilu. Gurkha berteriak kaget melihat Rina dan Pak Burhan tergeletak bersimbah darah. Dada Pak Burhan dan Rina robek dan jantungnya hilang. Sungguh ngeri.
Gurkha menelepon Pak Surya dan mengabarkan sesuatu telah terjadi dengan Rina. Saksi dan bukti di kumpulkan. Sebagai anak angkat Polisi menaruh curiga kepada Gurkha, apapun alibinya Polisi tetap akan memeriksa Gurkha menaruh curiga kepada Gurkha. Di sinyalir kejadian ini di latar belakangi dengan perebutan harta.
*****
penasaran sama lanjutannya
KARYA NYA BAGUS SAYA SUKA😍👌👌👌
SEMOGA MAKIN SUKSES KARYA NYA
GOOD JOB👍👍👍
aku merasa blm puas thooooor ceritanya gantung bgm si gukha
ktnya mau menikahi Devi
terus Devi kerja apa dan pd akhirnya mereka bs bersatu apa gk