Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweater hangat
“Tunjukkan wajah aslimu!” titah Nadine setengah berteriak. Bersama dengan itu, Nadine langsung menarik kaca mata dengan frame besar milik Aya, berhasil membuatnya kaget. Dugaannya benar, Aya memang memiliki paras cantik yang sengaja dia sembunyikan.
“Apa yang kamu lakukan? jangan bawa-bawa orang lain terlibat dengan urusan kita!” Resta menarik lengan Nadine. Namun wanita itu menepisnya sebisa mungkin.
Emosinya kian menggebu, merasa tertipu dengan gadis yang dia anggap culun dan polos. Matanya teruju pada sebuah gelas berisi kopi yang masih tersisa setengah, di atas meja kerja Resta. Tanpa ragu dan berpikir dengan akal sehatnya, Nadine menyiram wajah Aya dengan kopi sisa itu hingga membuat Aya terperanjat.
“Bangsaat!!” maki Aya. Itu spontan keluar dari mulutnya, selain karena kopi yang masih terasa hangatnya. Dia juga kesal dan merasa direndahkan. Wajahnya kini hitam berlumur kopi dan menetes mengenai kemejanya yang dia kenakan saat itu, berwarna baby pink.
“Lo berani maki gue?”
“Kenapa memangnya, lo siapa? lo bukan nyonya atau siapapun lagi, kan? barusan di putusin sama Pak Resta. Mampuss lo!” Aya mengambil napas dalam, entah kerasukan apa dia berani melawan Nadine. Wanita setengah gila yang selalu wira-wiri di ruangan itu.
Nadine tertawa puas, tapi juga terdengar mengerikan karena kesal Aya berani melawannya. Mengejeknya karena barusan hubungan mereka diakhiri Resta secara sepihak.
Resta tidak tinggal diam, dia menarik beberapa lembar tisu yang ada di atas meja kerjanya, Menyeka wajah Aya dengan tisu itu. “Maaf ya, maaf,” ucap Resta merasa iba.
“Lo tunggu pembalasan gue!!” sentak Nadine.
“Saya bisa sendiri.” Aya merampas tisu dari tangan Resta, dan melakukannya sendiri. Tak hanya itu, dia juga melangkah ke arah pintu. Hendak keluar ruangan dan menuju kamar mandi. Dia mengabaikan Nadine yang masih menatapnya cukup tajam, kala itu. Aya mencuci wajah, leher dan sebagian bajunya yang terkena noda kopi. Sial sekali.
“Pergi kamu dari sini!” sentak Resta, sambil mencekal lengan Nadine. Kesabaran lelaki itu benar-benar sudah habis menghadapi wanita posesif nan arogan seperti Nadine.
“Kasar banget kamu-“
“Aku bilang pergi, atau aku panggilkan satpam?!” Ancam Resta. “Urusan kita udah selesai, aku mau kita berakhir di sini. Jangan ganggu aku lagi. Kesabaranku udah habis menghadapi kamu!”
Nadine menggeram kesal, mengepal tangannya. Lalu keluar dari ruangan itu dan Resta mengikutinya. Memastikan bahwa dia benar-benar keluar. Khawatir jika bisa saja Nadine pergi ke toilet untuk menyerang Aya lagi.
“Maafkan saya.” Resta benar-benar merasa bersalah terhadap apa yang dilakukan Nadine pada sekretarisnya yang tidak bersalah sama sekali.
“Nggak apa-apa Pak,” sahut Aya santai. Ya, meski terlihat santai. Namun, Aya tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini.
Resta menuju ruangannya, mengambil salah satu sweater miliknya dari dalam lemari. Setelah dia perhatikan isi lemarinya, hanya sweater berwarna abu gelap dengan sedikit corak itu, yang cocok untuk Aya pakai sementara. “Ganti baju kamu dengan ini,” pinta Resta dengan nada lembut, selembut kapas. Rasa bersalah terhadap Aya masih menerpanya.
“Ngg-nggak usah Pak-“
“Ganti, ini baru kok. Belum saya pakai, maksudnya baru dari dalam lemari. Ganti sekarang ya, saya tunggu.” tegas Resta.
“Pak, nggak apa-apa saya pakai ini aja. Eum tadi Bapak mau kasih saya kerjaan lagi, apa yang bisa saya bantu, Pak?” Aya masih kesal sebenarnya. Tapi, karena butuh pekerjaan ini, dia mengeyampingkan egonya.
“Ya makanya, kamu ganti dulu pakaian kamu. Saya mau ajak kamu keluar. Nggak mungkin kamu bertahan dengan kemeja yang udah terkena noda kopi itu, kan?”
Aya menunduk, melihat bagaimana penampilannya kini. Akan sangat memalukan jika dia keluar dalam keadaan seperti ini. “Baiklah Pak.” akhirnya sweater yang tergeletak di atas meja kerjanya itu beralih ke tangannya.
“Saya pikir, cuma itu yang cocok dengan kamu, yang ada di lemari saya.”
“Iya Pak, terima kasih. Ini udah lebih dari cukup.”
Tidak sampai lima menit, gadis itu sudah keluar dari ruangan pribadi Resta, dengan kostum yang berbeda. Meski terlihat kebesaran dengan sweater berbahan rajut milik bosnya itu. Tapi penampilannya tidak terlihat buruk, dan cukup menggemaskan di mata seseorang. Aya juga merasa nyaman dengan apa yang dipakainya saat ini, tubuhnya hangat. “Kita mau ke mana Pak?”
“Nanti kamu juga tau,” sahut Resta, seraya tersenyum tipis. “Ayo!” titah Resta.
Aya mengikuti langkah lelaki itu, keluar dari ruangan, sambil melirik arlojinya. Sudah melewati jam lima sore. Seharusnya, Aya sudah bisa pulang dan istirahat.Namun, entah ke mana mereka akan pergi kali ini. Bertemu klien? bertemu relasi? Aya tidak bisa menerkanya sama sekali. Belum mandi, dengan wajah yang baru saja terkena siraman kopi, dia harus pergi mengikuti perintah Resta yang katanya hal ini bagian dari pekerjaan.
Like like like ❤️
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️