Putus karena tahu ternyata hanya dijadikan barang taruhan, bagaimana perasaan kalian? Itulah yang dialami oleh Candra. Mau marah, tapi tidak bisa. Tertekan? Tentu saja, karena tidak bisa meluapkan semua emosinya. Penyebab dari semua ini adalah Arjuno, seorang cowok laknat yang hobinya taruhan.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan luka di hati Candra. Berbagai macam cara dia lakukan demi terlepas dari bayang-bayang Juno. Hingga akhirnya memutuskan terbang ke Paris. Namun ternyata semuanya sia-sia.
Apa yang membuat semua perjuangan Candra sia-sia? Lalu bagaimana kisah Candra ini berlanjut? Akankah Candra menemukan seseorang yang benar-benar mampu menyembuhkannya?
"Jodoh nggak usah dicari, nanti juga datang sendiri." Quotes by Candra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Fujiwara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Yang Tak Diharapkan
Teo tersenyum menatap Candra yang ekspresinya terlihat jelas sangat terkejut melihat keadatangannya yang tiba- tiba. Sementara Candra mengerjapkan matanya.
“Nggak, suara gue lagi serak,” jawab Candra melanjutkan acara makannya.
Teman- temannya yang lain masih asyik bersama dengan penyanyi di atas panggung. Memang sejak dulu hingga sekarang anak- anak IPA 5 tidak ada yang berubah. Mata Candra menangkan sosok yang dikenalnya. Dahi wanita itu mengernyit, melihat hal itu membuat Teo juga menoleh.
“Si Vina undang Dafa, ya?” tanya Candra.
“Iya mungkin, tuh buktinya dateng orangnya,” jawab Teo yang masih memperhatikan Dafa melangkah menuju pelaminan.
“Tadi lo ke rumah Vina dulu?”
“Iya, gue temenin dia. Takut grogi terus pingsan.”
“Nanti balik bareng gue aja,” ucap Teo.
“Oke, lihat aja nanti gimana. Gue masih harus di sini sampai acara selesai soalnya.”
“Lho? Si Vina minta ditemenin?”
Candra menggelengkan kepalanya. “Vina nggak bisa lepas gaun yang dia pake.”
Melihat kedatangan Dafa. Tim biduan di atas panggung langsung memutar lagu yang berjudul ‘Mantan Terindah’ milik penyanyi cantik Raisa. Lia dan teman- teman perempuan alumni IPA 5 sudah bersiap di depan standing mic. Gaya mereka sudah seperti grup paduan suara ibu- ibu arisan.
Mengapa engkau waktu itu
Putuskan cintaku?
Dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
Dan mengulang jalin cinta
“Stop… stop! Emang si Mantan masih mau sama Vina?” tanya Lia menghentikan suara fals mereka. Beruntung saat ini hanya ada teman- teman Vina yang usianya tidak terpaut terlalu jauh.
“Hmm, udah nggak kayaknya,” jawab Erin.
“Ya udah lanjut lagi.”
Mau dikatakan apalagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau di sana aku di sini
Meski hatiku memilihmu
“Hok a Hok e,” tutup Lia mengakhiri paduan suara yang benar- benar memalukan itu.
Vina di atas pelaminan merasa menyesal telah mengundang teman- temannya. Sementara sang suami sepertinya malah merasa terhibur dengan tingkah konyol teman- teman sang istri. Sedangkan Dafa si Mantan, wajahnya sudah sepet dan segera turun dari pelaminan.
Candra menutup wajahnya menahan malu. Bukan hanya dia, melainkan para alumni IPA 5 menahan malu mereka melihat tingkah Lia dkk. Bahkan Anton pura- pura tidak mengenal Lia ketika wanita itu menghampirinya.
“Salah didikan mereka,” ucap Candra menyalahkan Teo.
“Bukan salah gue. Kalian sendiri yang jadiin gue ketua kelas.”
“Sebenernya karena males aja harus pilihan lagi, jadi manfaatin yang udah ada.”
Teo mendengus mendengar penuturan dari Candra. Pesta masih berlanjut hingga malam tiba. Tamu undangan berdatangan silih berganti, kini Candra berpindah tempat. Dia sudah lelah, jadi Candra memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Sementara Teo tadi pamit sebentar ke kamar mandi. Pria itu masih setia menunggu Candra hingga acara selesai. Malam ini Teo sudah bertekad untuk mengantar pulang Candra.
Hotel yang digunakan untuk acara resepsi pernikahan Vina dan Dafa merupakan hotel bintang lima yang berada di tengah pusat kota dan sering disinggahi oleh para pesohor baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Candra masih menikmati malam di hotel ini. Tadi dia sudah menukar heels- nya dengan sandal jepit milik Vina yang diambilnya di kamar wanita itu. Candra memutuskan untuk duduk di tepi kolam renang yang sepi. Hanya ada dirinya di sana. Namun sebuah suara membuat seketika kedamaian yang baru saja Candra rasakan hancur seketika.
“Aku cari kamu kemana- mana, ternyata di sini,” ucap Juno yang datang entah darimana.
“Ngapain lo di sini?’ tanya Candra sewot.
“Aku diajak Damian,” jawab Juno tersenyum.
Candra pun segera bangkit dari duduknya. Hendak pergi dari sana, dia sedang tidak mau bertemu dengan Juno. Kalau bisa sih jangan bertemu selamanya.
“Mau kemana?” tanya Juno.
“Mau nyamperin temen gue.”
“Oh yang di kamar mandi itu, ya?”
Candra spontan menoleh, firasatnya mengatakan jika Teo dalam bahaya. Entah apa yang Juno lakukan terhadap Teo saat ini. Wanita itu segera pergi dari sana untuk memastikan Teo masih hidup. Namun lengannya di tahan oleh Juno.
“Tenang, Yang. Temen kamu aman sama Damian, mungkin sekarang lagi tidur,” ucap Juno
“Lo apain dia?” tanya Candra dengan wajah panik.
“Nggak aku apa- apain. Tadi kelihatannya temen kamu capek, jadi aku suruh tidur.”
Candra membulatkan matanya, berusaha melepas cekalan dilengannya. Sementara Juno masih tidak mau melepaskannya. Pria itu lagi- lagi memperlihatkan senyum tengilnya yang membuat Candra merinding.
“Hati- hati, Yang. Lantainya licin,” peringat Juno masih memegangi Candra yang terus meronta.
‘Peduli setan. Gue harus bisa lepas dari buaya satu ini,’ batin Candra.
Benar saja, insiden yang sangat tidak diharapkan terjadi. Kaki Candra tergelincir lantai kolam yang basah. Tubuh Candra oleng dan spontan dia menarik apa saja yang ada didekatnya untuk pegangan. Namun hanya ada Juno yang sepertinya malah sengaja mendorong tubuhnya agar mereka jatuh.
“Heh! Lo sengaja, ya?” teriak Candra sebelum keduanya tercebur ke dalam kolam renang.
...👠👠👠...
Candra membuka matanya dan spontan melihat sekelilingnya. Dia berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Candra melotot setelah mengingat kejadian di kolam tadi. Ia menekan bagian belakang kepalanya yang tadi sempat membentur lantai dasar kolam.
“Aish, benjol pala gue,” gumam Candra.
Candra memperhatikan sekitarnya, bertanya- tanya dimana dia sekarang. Pintu terbuka dan tidak lama sosok Juno masuk dengan pakaian yang masih basah kuyup. Candra melotot melihat Juno yang berjalan mendekatinya.
“Udah bangun?” tanya Juno dengan nada kecewa.
“Nggak usah deket- deket!” perintah Candra. Dia segera turun dari ranjang, tapi seketika wanita itu memperhatikan penampilannya. “Siapa yang ganti baju gue?”
“Tadi baju kamu basah, jadi…”
“Lo yang gantiin?” tanya Candra melotot.
“Bukan, tadi aku nyuruh pegawai hotel buat gantiin baju kamu.”
Candra menghembuskan napas lega. Bisa dibayangkan bagaimana Candra akan sangat hancur jika buaya jantan ini yang telah mengganti pakaiannya. Candra akan merasa sangat bersalah kepada sosok yang nantinya akan menjadi suaminya.
“Kenapa kamu kelihatannya kecewa gitu?” tanya Juno menautkan alisnya menatap Candra.
“Kecewa palamu, gue malah… ckckck lupain.”
“Tenang aja, nanti setelah kita menikah aku pasti unboxing. Sabar, ya?”
PLAK!
Sandal keramat milik Vina berhasil mendarat mulus di kepala Juno yang baru saja membicarakan kata- kata vulgar bin mesum tanpa ada filter. Sebelum Juno tersadar, Candra dengan langkah seribu keluar dari kamar itu.
“Sorry, Vin. Sandal lo gue tinggal sebelah. Gue terlalu takut buat ambil sandal itu, takut buaya jantan itu gigit gue,” gumam Candra masih berlari kabur tanpa alas kaki. “Gini amat nasib gue,” tambah Candra menangis meratapi nasibnya.
...🥊🥊🥊...
Tertanda: Otornya Gabut 🤧🤧🤧
Betewe nih Otor bagi komuk si Tayo