Li Wei,programmer jenius yang sinis, percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta berjalan seperti sistem yang bisa di debug. Saat nyawanya melayang di dunia modern, kesadarannya tersedot ke dalam "ruang jiwa" yang hancur di dalam Kepala Kaisar Dewa Tai Xuan, yang dikhianati dan dipenggal oleh murid kesayangan dan permaisurinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilonksrcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26: KETERBATASAN KODE DAN KEBENARAN JIWA
Gua cadangan bergemuruh dengan suara pertempuran. Formasi pertahanan yang diaktifkan Tai Wei menyala-nyala, menahan serangan demi serangan dari pasukan bayangan. Tapi dia tidak bertarung. Dia berdiri di depan konsol Reality Anchor versi kecil, matanya berkilau dengan kode, jari-jarinya menari di udara seperti konduktor simfoni digital.
Dia bukan sedang bertahan. Dia sedang mencoba hack secara langsung.
Targetnya: Shadow Shard murni di tangan "Mata Elang". Dalam pikirannya, itu hanyalah sebuah corrupted data cluster dengan sistem enkripsi tertentu. Jika dia bisa menemukan backdoor nya, dia bisa mengambil alih, atau bahkan mematikannya.
DI LAYAR KONSOL:
>> ANALYZING TARGET: SHADOW_SHARD_PRIME...
>> DETECTED ENERGY SIGNATURE: 98.7% CORRUPTION (GOD-SLIVER DERIVATIVE)
>> ATTEMPTING TO MAP INTERFACE...
>> FOUND PSIONIC LINK TO USER: "EYE_OF_THE_NIGHT" (AGENT_CODE: MOON_ELITE_01)
>> ATTEMPTING TO HIJACK LINK VIA REALITY_ANCHOR PROTOCOL...
Tai Wei tersenyum tipis. Ini berjalan sesuai rencana. Dia akan menguasai shard itu, lalu menggunakannya untuk mengendalikan semua hybrid dan cultivator bayangan yang terhubung dengannya. Pertempuran akan selesai dalam hitungan detik.
---
Di luar, "Mata Elang" nama aslinya adalah Yan Mei merasakan gangguan aneh pada shard di tangannya. Rasanya seperti ada cacing logam mencoba menggali masuk ke pikirannya melalui perantara shard itu. Dia tahu siapa yang melakukannya.
"Kau pikir ini permainan sistem, ya, Arsitek?" bisiknya, matanya yang ungu menyala dengan amarah. Dia tidak mencoba memblokir serangan siber itu. Sebaliknya, dia menerimanya.
DI KONSOL TAI WEI:
>> LINK ESTABLISHED. BEGINNING DATA TRANSFER...
>> WARNING: UNEXPECTED DATA STREAM DETECTED.
>> DATA TYPE NOT RECOGNIZED... NOT CODE... NOT ENERGY PATTERN...
Apa yang mengalir balik ke Tai Wei bukan kode, bukan energi terstruktur. Itu adalah...
Rasa. Emosi. Memori mentah.
· Kepahitan seorang anak yang dibuang karena mata ungunya yang dianggap kutukan.
· Luka pengkhianatan saat sekte besarnya hancur, dan dia yang setia ditinggalkan.
· Kesepian ratusan tahun hidup dalam bayangan, tanpa wajah, tanpa nama.
· Kebencian mendidih pada Tai Xuan yang dianggapnya sebagai dewa lalim yang menyebabkan kejatuhan sektenya.
· Ambisi gila untuk membangun kerajaan bayangan di mana dia, yang pernah dihinakan, akan menjadi ratu.
Ini bukan data yang bisa di parse. Ini adalah pengalaman manusia dalam bentuk paling mentah. Bagi Tai Wei yang berpikir dalam kode dan sistem, ini seperti diserang oleh tsunami raw noise informasi tanpa struktur, tanpa pola, tanpa logika.
>> SYSTEMS OVERLOAD! PSIONIC FEEDBACK DETECTED!
>> ERROR: CANNOT COMPUTE EMOTIONAL DATA STREAM.
>> WARNING: CORRUPTION DETECTED IN PRIMARY CONSCIOUSNESS MODULE.
Tai Wei terhuyung, memegangi kepalanya. Dia mendengar jeritan, merasakan kepahitan, tersedak oleh kebencian yang bukan miliknya. God-Sliver di dalam dirinya bereaksi ia adalah fragmen dewa yang juga penuh dengan emosi korup Tai Xuan. Keduanya beresonansi, memperkuat umpan balik.
Dia terjatuh, konsol meledak dengan percikan api biru. Formasi pertahanan di sekelilingnya berkedip dan melemah.
Di luar, Yan Mei tersenyum pahit, darah segar mengalir dari hidungnya. "Kau lihat, Arsitek? Kau bisa memetakan energi, tapi bisakah kau memetakan luka hati? Bisakah kau debug keputusasaan?"
---
XIAO QI: DI SALURAN GEOTERMAL
Xiao Qi, yang sedang merangkak melalui terowongan panas, tiba-tiba merasakan sambungan jiwa dengan Tai Wei bergetar keras. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan gelombang sakit, kebingungan, dan kekacauan yang membanjirinya.
Tai Wei... dalam masalah. Bukan masalah fisik. Sesuatu di dalam pikirannya.
Dia berhenti. Sentinel di depannya berhenti, menunggu perintah.
"Kita harus kembali," bisik Xiao Qi pada dirinya sendiri.
Tapi dia memegang kristal Algorithm di tangannya. "Ini adalah misi kita yang PALING PENTING."
Konflik. Kesetiaan vs Tugas. Hati vs Logika.
Lalu, sesuatu dalam dirinya naluri spirit beast-nya berbicara. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan kepastian.
Tai Wei salah. Misi terpenting bukan Algorithm. Misi terpenting adalah teman sejati.
Dia melihat ke Sentinel. "Ubah rencana. Kita tidak ke gunung berapi. Kita kembali ke gua."
Sentinel memancarkan suara protes. >> DIRECTIVE CONFLICT. PRIMARY OBJECTIVE: DELIVER PACKAGE.
"Override! Dengan otoritas... Xiao Qi, partner Tai Wei!" teriaknya, dan Interface Suit-nya berpendar, mengirimkan sinyal identitas.
Sentinel terdiam sejenak, lalu: >> OVERRIDE ACCEPTED. NEW OBJECTIVE: SUPPORT ALLY.
---
DI GUA: KETERBATASAN SEORANG HACKER
Tai Wei berusaha bangkit. Pikirannya berkabut. Dia mencoba menjalankan "system restore" pada kesadarannya sendiri, tapi gagal. Emosi adalah virus tanpa signature yang jelas.
Yan Mei melangkah masuk melalui formasi yang melemah, Shadow Shard masih berdenyup di tangannya. "Kau dan Tai Xuan sama. Angkuh. Mengira segalanya bisa dikendalikan, dipahami, dimanipulasi. Tapi ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa direduksi menjadi kode, Arsitek."
Dia mengangkat shard itu. "Rasa sakit tidak punya backdoor. Pengkhianatan tidak punya firewall. Dan kebencian... kebencian adalah bahasa yang paling purba, yang bahkan para dewa tidak bisa debug."
Tai Wei melihatnya, dan untuk pertama kalinya sejak integrasi, dia merasa tidak berdaya secara intelektual. Dia bisa melihat pola energinya, tahu cara memutus koneksi shard itu, tapi dia tidak bisa mengatasi tsunami emosi manusia yang baru saja menghancurkannya dari dalam.
"Kau... kau membiarkan diriku terhubung," gumam Tai Wei, pahit. "Itu jebakan."
"Jebakan termudah adalah jebakan yang menggunakan kelebihan lawan melawan dirinya sendiri," kata Yan Mei. "Kau mengira segalanya adalah sistem. Jadi aku memberimu sistem yang terbuat dari sesuatu yang tidak bisa kau sistemasikan: jiwa manusia yang hancur."
Dia bersiap untuk memberikan pukulan terakhir. Tapi tiba-tiba, dari lorong belakang, sebuah bola energi biru-putih kecil melesat, bukan ke arahnya, tapi ke lantai di antara mereka.
Bukan serangan. Itu adalah Decoy Aura Xiao Qi tapi dimodifikasi. Diproyeksikan bukan sebagai umpan, tapi sebagai sinyal.
Sinyal itu sederhana: "Aku di sini. Jangan menyerah."
Yan Mei menoleh, terkejut. "Spirit beast itu kembali? Bodoh!"
Tapi bagi Tai Wei, sinyal itu seperti secangkir air dingin di wajahnya. Itu bukan kode, bukan data. Itu adalah pengingat. Pengingat bahwa dia tidak sendirian. Bahwa ada sesuatu di luar logika dan sistem ikatan, kesetiaan, persahabatan.
Dan itu memberinya kekuatan untuk melakukan sesuatu yang tidak logis.
Dia TIDAK mencoba hack lagi. Dia TIDAK menganalisis.
Dia berdiri, mengabaikan sistem, mengabaikan God Sliver, dan mengandalkan satu hal yang tersisa dari Tai Xuan yang belum sepenuhnya terintegrasi: kewibawaan sebagai kaisar dewa.
"CUKUP!"
Satu kata. Tidak diucapkan dengan mulut, tapi dengan kehendak murni. Bukan teknik spiritual, bukan sibernetika. Ini adalah perintah eksistensial dari seseorang yang pernah memegang kendali atas hukum alam.
Lantai gua bergetar. Kristal-kristal kecil berjatuhan. Yan Mei terhuyung selangkah, terkejut. Shadow Shard di tangannya bergetar, seolah ragu.
Itu tidak menyakiti dia. Tapi itu mengganggu. Itu mengingatkannya bahwa dia tidak sedang berhadapan dengan hanya seorang hacker, tapi dengan gema dari sebuah otoritas yang lebih tinggi.
---
Di lorong, Xiao Qi merasakannya. Tai Wei tidak menggunakan logika. Dia menggunakan sesuatu yang lebih dalam. Dan itu membuka mata Xiao Qi.
Dia tidak perlu men debug musuh. Dia perlu... memahami?
Xiao Qi melompat keluar, mendarat di antara Tai Wei yang terhuyung dan Yan Mei yang bingung. Dia tidak menyerang. Dia hanya berdiri di sana, memegang kristal Algorithm.
"Kau," geram Yan Mei, mengalihkan amarahnya. "Kau berani kembali?"
"Kau terluka," kata Xiao Qi tiba-tiba, suaranya jernih. Bukan menuduh. Hanya mengamati. "Bukan tubuhmu. Jiwamu. Aku bisa merasakannya. Seperti binatang yang kakinya terjebak perangkap, menggigit siapa saja yang mendekat."
Yan Mei membeku. Itu adalah... kebenaran. Kebenaran yang tidak pernah diucapkan oleh siapa pun padanya.
"Jangan berasumsi kau memahamiku, beast!" hardiknya, tapi suaranya goyah.
"Kau benci Tai Xuan karena meninggalkanmu. Tapi dia di sini," Xiao Qi menunjuk Tai Wei. "Dan dia juga terluka. Dan dia juga mencoba memperbaiki sesuatu. Mungkin... kalian berdua seharusnya tidak saling menggigit, tapi... melihat luka masing-masing?"
Ini bukan diplomasi. Ini empati murni dari makhluk yang hidup dengan naluri dan ikatan. Bagi Xiao Qi, dunia tidak rumit: ada yang terluka, ada yang menyembuhkan. Ada yang sendirian, ada yang bersama.
Tai Wei, dari belakang, mendengarkan. Dan sesuatu dalam dirinya bagian Li Wei yang manusia, yang memahami perasaan terlantar tersentuh. Dia melihat Yan Mei bukan sebagai sistem musuh, tapi sebagai produk dari sistem yang lebih besar yang rusak: dunia xianxia yang kejam, pengkhianatan, dan siklus balas dendam.
Dia menarik napas dalam-dalam. "Kau benar, Xiao Qi."
Tai Wei berdiri, energinya berubah. Cahaya data di matanya meredup, digantikan oleh kedalaman biru tua yang tenang warna lautan dan langit malam.
"Yan Mei," ucap Tai Wei, menggunakan namanya untuk pertama kali. "Aku tidak bisa menghapus lukamu. Aku tidak bisa 'memperbaiki' masa lalumu. Dan permintaan maaf Tai Xuan... mungkin sudah terlambat 500 tahun."
Dia mengulurkan tangannya, tanpa energi, tanpa formasi. Sebuah gestur manusia yang rapuh.
"Tapi aku bisa menawarkan ini: berhenti. Berhenti memperbesar lukamu dengan melukai orang lain. Shadow Shard itu... itu hanya memperdalam lubang di jiwamu. Kau tahu itu."
Yan Mei memandang tangan itu, lalu ke Shadow Shard di tangannya. Kristal hitam itu berdenyut, memancarkan bisikan-bisikan manis tentang kekuasaan, balas dendam, pengakuan.
"Dan apa yang kau tawarkan sebagai gantinya?" suaranya parau. "Pengampunan? Tempat di sisi mantan majikanku?"
"Bukan pengampunan. Bukan juga pelayanan," jawab Tai Wei. "Pilihan. Aku sedang membangun sesuatu yang baru. Bukan kerajaan, tapi... workshop. Tempat untuk memahami dan memperbaiki realitas. Butuh orang yang memahami sisi gelapnya bayangan, ilusi, rasa sakit. Bukan sebagai senjata, tapi sebagai... spesialis pemulihan."
Dia melihat ke Xiao Qi, lalu kembali ke Yan Mei. "Kau ingin diakui? Jadilah ahli yang tak tergantikan dalam menyembuhkan luka yang kau pahami paling dalam."
Itu adalah tawaran yang tidak terduga. Bukan kemenangan atau kekalahan. Redefinisi.
Yan Mei tertawa, tapi terdengar hampa. "Kau gila. Setelah semua ini?"
"Justru karena semua ini," balas Tai Wei. "Kita sudah saling menghancurkan cukup banyak. Aku lelah mencoba 'menang'. Mungkin... waktunya mencoba 'memperbaiki'."
Diam yang panjang menggantung. Bayangan-bayangan di belakang Yan Mei bergerak gelisah. Para hybrid yang masih hidup menggeram pelan.
Xiao Qi mengambil langkah maju. Dengan hati-hati, dia meletakkan kristal Algorithm di tanah, tepat di tengah-tengah mereka.
"Ini," kata Xiao Qi. "Tai Wei membuat ini untuk membersihkan kotoran di dunia. Tapi... kotoran terbesar bukan di 'sistem'. Kotoran terbesar ada di sini." Dia menunjuk hatinya sendiri, lalu menunjuk hati Yan Mei. "Apa gunanya membersihkan dunia kalau hatimu masih kotor?"
Kata-kata sederhana dari spirit beast itu seperti pukulan bagi kedua cultivator tingkat tinggi di ruangan itu.
Yan Mei melihat ke shard di tangannya, lalu ke tangan Tai Wei yang masih terulur, lalu ke kristal Algorithm yang bersinar lembut.
Dia menarik napas panjang, dan untuk pertama kalinya, cahaya ungu di matanya meredup, menunjukkan mata aslinya yang coklat tua, penuh dengan kelelahan dan kesedihan berusia ratusan tahun.
"Workshop," dia mengulang, seolah mencicipi kata itu. "Spesialis pemulihan."
Dia menutup mata. Tangannya yang memegang Shadow Shard gemetar.
Lalu, dengan gerakan tiba-tiba yang membuat Tai Wei bersiap, dia... melemparkan Shadow Shard itu ke lantai.
Bukan untuk menghancurkannya. Tapi untuk meletakkannya.
"Tunjukkan padaku," bisik Yan Mei, suaranya hampir tak terdengar. "Tunjukkan padamu bisa berbeda. Bahwa ini bukan trik lain."
Tai Wei mengangguk perlahan. Dia tidak mengambil shard itu. Dia hanya berkata, "Bersama-sama."
Dia menoleh ke Xiao Qi. "Dan kau... kau benar. Algorithm bisa menunggu. Memperbaiki hati harus didahulukan."
Xiao Qi tersenyum, air mata mengambang di matanya. Ini bukan kemenangan dengan hack atau kekuatan. Ini... sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih baik.
---
EPILOG BAB 26:
Beberapa hari kemudian, di gua yang sama yang dulu adalah medan perang, suasana telah berubah.
Tai Wei dan Yan Mei duduk berseberangan di meja batu, dengan Shadow Shard di antara mereka seperti pusat perhatian yang gelap. Tapi mereka tidak bertarung. Mereka mendiskusikan.
"...jadi shard ini bukan hanya menyimpan energi, tapi juga jejak memori emosional dari setiap penggunanya," kata Tai Wei, menganalisis dengan cara barunya tidak sebagai sesuatu untuk dieksploitasi, tapi untuk dipahami.
"Rasa sakit memperkuatnya," tambah Yan Mei, suaranya datar tapi tidak bermusuhan. "Setiap kali digunakan dengan kebencian, ia menjadi lebih korup."
Xiao Qi duduk di samping, mendengarkan. Interface Suit nya sudah dilepas. Dia kembali ke wujud hybrid nya yang lebih nyaman.
"Lalu, tujuan kita bukan menghancurkannya," simpul Tai Wei. "Tapi... mendekontaminasinya. Menghapus lapisan-lapisan rasa sakit tanpa menghapus strukturnya yang berharga."
"Kau punya algoritma untuk itu?" tanya Yan Mei, dengan sedikit sarkasme.
"Tidak," jawab Tai Wei jujur. "Ini butuh sesuatu yang bukan algoritma. Butuh... proses bersama. Kau yang memahami rasanya, aku yang memahami strukturnya. Dan Xiao Qi..." dia tersenyum ke arah rubah-panda itu, "yang mengingatkan kita pada tujuan sebenarnya: penyembuhan, bukan kemenangan."
Di sudut ruangan, kristal Algorithm masih bersinar. Tapi sekarang, ada tulisan tambahan di konsol:
>> NEW PROJECT INITIATED: "HEART-SHARD RECLAMATION"
>> APPROACH: SYMBIOTIC ANALYSIS (LOGICAL + EMOTIONAL + INSTINCTIVE)
>> GOAL: NOT DELETION, BUT REDEMPTION.
Tai Wei bukan lagi hanya seorang hacker. Dia bukan lagi hanya seorang dewa.
Dia sedang belajar menjadi sesuatu yang ketiga: seorang penyembuh sistem yang memahami bahwa sistem terpenting adalah jiwa yang hidup di dalamnya.
Dan pelajaran terbesarnya datang bukan dari God Sliver atau Reality Anchor, tapi dari seekor rubah-panda setia dan seorang musuh yang terluka yang memilih untuk berhenti membenci.
Perang mungkin belum sepenuhnya berakhir. Tapi pertempuran yang paling menentukan pertempuran untuk cara berpikir Tai Wei baru saja dimenangkan dengan cara yang tidak pernah dia kodekan.