NovelToon NovelToon
Amorfati

Amorfati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Keluarga / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:864
Nilai: 5
Nama Author: Kim Varesta

Amorfati sebuah kisah tragis tentang takdir, balas dendam, dan pengorbanan jiwa

Valora dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarga. Dinodai oleh sepupunya sendiri, kehilangan bayinya yang baru lahir karena ilmu hitam dari ibu sang pelaku. Namun dari reruntuhan luka, ia tidak hanya bertahan—ia berubah. Valora bersekutu dengan keluarganya dan keluarga kekasihnya untuk merencanakan pembalasan yang tak hanya berdarah, tapi juga melibatkan kekuatan gaib yang jauh lebih dalam dari dendam

Namun kenyataan lebih mengerikan terungkap jiwa sang anak tidak mati, melainkan dikurung oleh kekuatan hitam. Valora, yang menyimpan dua jiwa dalam tubuhnya, bertemu dengan seorang wanita yang kehilangan jiwanya akibat kecemburuan saudari kandungnya

Kini Valora tak lagi ada. Ia menjadi Kiran dan Auliandra. Dalam tubuh dan takdir yang baru, mereka harus menghadapi kekuata hitam yang belum berakhir, di dunia di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan menyatu dalam bayangan takdir bernama Amorfati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Varesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Kafe Tersembunyi

🦋

Selama seminggu mereka menetap di pulau, merasakan keheningan dan misterinya hutan. Namun hari ini mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Pekerjaan dan urusan masing-masing sudah menunggu.

Kini mereka berada di kapal yang berlayar pelan menuju pelabuhan. Matahari sore menyorot tajam, namun hembusan angin laut membuat panas itu terasa samar, hangat, menusuk sekaligus menenangkan.

Auliandra berdiri di dek kapal, memandang lautan luas dengan tatapan sayu. Seolah ada sesuatu yang tertinggal di pulau itu, sesuatu yang tak bisa ia bawa pulang.

Edwin mendekat, langkahnya tenang namun penuh wibawa. Ia berdiri tepat di samping Auliandra, jaraknya begitu dekat hingga hembusan napasnya terasa.

"Bagaimana?" tanya Edwin tanpa menoleh, suaranya datar tapi mengandung arti.

Auliandra menghela napas panjang, seolah mencari kata. "Aku suka… sangat suka. Rasanya aku bisa betah di sana selamanya."

Edwin melirik sekilas, bibirnya terangkat samar. "Baguslah… kalau begitu berarti tak sia-sia."

Auliandra sempat ingin bertanya ‘tidak sia-sia untuk siapa?’, namun kata-katanya tertelan oleh langkah Edwin yang menjauh begitu saja. Ia hanya menatap punggung pria itu, bingung dengan rasa asing yang muncul di dadanya.

Kapal terus melaju. Perjalanan kali ini terasa lebih lambat dibanding saat berangkat seminggu lalu. Tepat pukul sepuluh malam, mereka tiba di pelabuhan dan memutuskan menginap di hotel terdekat.

_Kamar Mahiera_

Mahiera duduk bersandar di kursi, jari-jarinya cekatan menekan keyboard laptop. File demi file hasil penyelidikannya ia kirimkan malam itu juga. Niatnya ikut bersama Jevano dan yang lain sejak awal bukan untuk sekedar belajar bisnis, melainkan mencuri informasi penting terkait pembangunan proyek Villa AS Grup.

Ponselnya bergetar di sisi meja. Nama 'Ibu' tertera jelas di layar. Mahiera menatapnya lama, rahangnya mengeras. Panggilan itu ia abaikan.

"Maaf, Bu… aku harus menyelesaikan ini dulu," bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. "Setelah semuanya selesai… baru aku bisa menatapmu tanpa rasa bersalah."

_Kamar Auliandra_

Suasana kamar Auliandra jauh berbeda, penuh tawa dan candaan. Auliandra duduk bersama Kiran, Asteria, dan Nira. Mereka mengelilingi meja kecil yang penuh kacang dan minuman.

Nira meneguk slokinya lalu berseru, "Perjalanan kali ini benar-benar gila! Aku tidak menyangka pulau itu… bisa membuat jantungku hampir copot berkali-kali."

Asteria mengangguk cepat. "Serius. Ini pengalaman pertamaku yang berbau mistis. Rasanya… menyeramkan tapi bikin nagih."

Auliandra terkekeh. "Itu baru awal, Aster. Anggap saja… kita baru membuka pintunya. Kau belum lihat apa yang ada di dalam."

Kiran mengangkat gelas dan menuangkan minuman ke sloki Auliandra. "Auli benar! Ini baru permulaan. Kau harus siap kalau nantinya pintu itu terbuka lebih lebar."

Nira memiringkan kepala, wajahnya sudah merah. "Eh… kau salah, Ki. Yang baru buka pintu itu aku sama Aster. Sedangkan kalian berdua sudah… sudah lama di dalamnya." Ucapannya melantur, membuat semua tertawa.

Asteria menepuk bahu Nira sambil terkekeh. "Nona Atharel ini memang tidak tahan minum. Tapi keras kepala!"

"Benar," timpal Auliandra sambil menahan tawa. "Tapi bukankah itu justru membuatmu menarik, Nira?"

Asteria menoleh ke Kiran. "Kau sendiri, kenapa tidak minum lagi? Bukankah dulu kau paling kuat?"

Kiran tersenyum hambar, lalu menarik napas panjang. "Itu dulu… saat aku dan Auliandra belum terpisah."

Keheningan singkat tercipta. Auliandra hanya menunduk sedikit, lalu mengangguk pelan. "Ya… itu benar. Sekarang dia sudah berbeda. Alkohol tidak cocok lagi untuknya."

Kiran melirik sekilas ke arah Auliandra, seolah ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka.

_Kamar Jevano_

Di balkon kamarnya, Jevano bersandar santai sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Senyum jail terukir di bibirnya.

"Malam seindah ini… sayang sekali kalau tidak bersama dia," gumamnya, entah siapa yang dimaksud. Ia tertawa kecil, lalu masuk kembali ke kamar, mengunci pintu balkon rapat-rapat.

_Kamar Edwin_

Berbeda dengan Jevano, Edwin sepenuhnya tenggelam dalam pekerjaannya. Cahaya laptop menyinari wajah dinginnya. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, tatapannya tajam seperti sedang menguliti sesuatu.

"Tak ada yang bisa lolos dariku…" bisiknya pelan, penuh keyakinan yang nyaris menakutkan.

_Kamar Gavriel_

Gavriel baru selesai mandi ketika ponselnya berdering. Nama Hardi muncul di layar. Ia mengangkatnya dengan nada tenang.

"Ada apa?"

Suara panik terdengar di seberang. "Gawat, Gav! Ini benar-benar gawat!"

Gavriel mengernyit. "Katakan pelan-pelan, Hardi."

"Abian… dia sekarang pengacara. Dan aku baru dapat info, dia membuka kembali kasus enam tahun lalu."

Tubuh Gavriel menegang seketika. Nafasnya tercekat, tangannya gemetar tanpa sadar. Kasus enam tahun lalu… aku dan Valora.

"Siapa yang mendukungnya?" suaranya berat, nyaris berbisik.

"Aku belum tahu pasti. Tapi satu hal jelas: Abian tidak pernah menerima kematian Valora."

Telepon terputus. Gavriel terdiam, wajahnya pucat. Ia menekan pelipisnya, dadanya naik turun tak beraturan.

"Abian…" desisnya geram. "Aku tidak bisa membiarkan siapapun membuka luka itu lagi."

Ia berdiri, berjalan mondar-mandir dengan sorot mata bimbang namun dipenuhi tekad gelap.

"Jika Abian berhasil… aku akan kehilangan Kiran. Itu tidak boleh terjadi."

Ia menatap ranjang dengan tatapan kosong. "Satu-satunya cara… adalah menyingkirkannya."

***

_Keesokan harinya_

Abian duduk dengan tenang di sudut kafe, setelan jas hitamnya rapi, wajahnya tegas namun menyimpan kelelahan. Tumpukan dokumen terbuka di mejanya, penuh catatan dan potongan berita lama.

Suara langkah berat terdengar mendekat. Abian mendongak. Gavriel berdiri di depannya, mengenakan kemeja putih, wajahnya dingin, matanya tajam menusuk.

"Abian," sapa Gavriel lirih, namun jelas.

Abian menghela napas panjang, seolah sudah menunggu momen ini. "Kau datang juga. Kupikir kau akan sembunyi selamanya."

Gavriel langsung duduk, mencondongkan tubuh. "Apa yang kau kejar? Kau tahu kasus itu sudah ditutup enam tahun lalu."

Abian menatapnya lurus. "Justru karena ditutup dengan cara kotor, aku tak bisa berhenti. Valora tidak mati begitu saja, Gav. Aku tahu ada yang disembunyikan... dan aku akan menemukannya."

Rahong Gavriel mengeras, jemarinya mengepal di atas meja. "Hentikan, Abian. Kau hanya akan menghancurkan dirimu sendiri."

"Bukan aku yang hancur, Gav." Abian menyeringai tipis. "Tapi kau. Jika kebenaran terungkap, semua orang akan tahu siapa dalangnya."

Suasana menegang. Beberapa pengunjung menoleh, merasakan hawa dingin dari meja mereka.

Gavriel mencondongkan tubuh lebih dekat, suaranya hampir berbisik. "Kalau kau tidak berhenti, kau akan menyesal. Aku tidak akan diam."

Abian tak bergeming, sorot matanya penuh tekad. "Aku sudah kehilangan Valora. Apa lagi yang harus kutakutkan?"

Gavriel terdiam sejenak, napasnya memburu. Wajahnya memucat, namun kemudian ia berdiri perlahan. "Jangan paksa aku… melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, Abian."

Ia meninggalkan kafe itu dengan langkah panjang. Abian hanya menatap punggungnya, tatapannya penuh amarah sekaligus iba.

"Valora… aku janji, kebenaran ini tidak akan mati," bisiknya pada foto kecil yang ia keluarkan dari saku jas.

_Malam Hari_

Di kamar hotelnya, Mahiera masih berkutat dengan laptop. Jendela terbuka, angin malam masuk membawa aroma laut. Cahaya layar memantulkan wajahnya yang pucat tapi penuh determinasi.

Ia berhasil menyusup ke server internal AS Grup. File demi file terbuka, menampilkan blueprint rahasia, catatan keuangan, hingga email internal yang ditandai confidential.

Mahiera berbisik pada dirinya sendiri. "Jadi benar… proyek villa ini bukan sekadar bisnis wisata. Ada nama Wardana… dan" ia terdiam, matanya membesar. "Gavriel?"

Tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan "Ibu", tapi sebuah nomor tak dikenal.

Mahiera ragu sejenak, lalu mengangkat. Suara pria asing terdengar, dalam dan penuh tekanan.

"Kau sudah terlalu jauh, Mahiera."

Wajah Mahiera menegang. "Siapa kau?"

"Orang yang akan memastikan kau tidak keluar hidup-hidup jika terus mengusik proyek ini."

Mahiera menelan ludah, namun bibirnya tersenyum samar. "Kalau begitu… kau sebaiknya mulai khawatir. Karena aku sudah punya semua buktinya."

Sambungan terputus. Mahiera menarik napas dalam, jantungnya berdebar keras. Ia menyandarkan kepala ke kursi.

"Permainan baru saja dimulai," gumamnya.

🦋To be continued...

1
Iin Wahyuni
sebenarnya auliedra dan kiran d pihak mana💪
Iin Wahyuni
Thor dr awal SMp skrg aku bc,serius aku bingung kisahnya Thor,JD sdkt nggk paham💪
eva lestari
🥰🥰
Nakayn _2007
Alur yang menarik
Sukemis Kemis
Gak sabar lanjut ceritanya
Claudia - creepy
Dari awal sampe akhir bikin baper, love it ❤️!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!