Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.
Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.
Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Naga Air Bertanduk Tiga
Saat Cang Yan dan Xue Er melangkah masuk ke ruangan khusus, mata mereka langsung tertuju pada deretan senjata yang tertata rapi. Pedang, tombak, busur, dan berbagai senjata lainnya terpajang dengan rapi, memancarkan kilauan tajam di bawah cahaya redup ruangan.
"Ini adalah ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang istimewa milik paviliun kami," jelas Feng Lingshan dengan nada bangga. Setelah berkata demikian, ia melangkah menuju rak tempat pedang-pedang disimpan. Cang Yan dan Xue Er mengikuti di belakangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Feng Lingshan berhenti di depan deretan lima pedang yang tertata rapi di atas dudukan kayu hitam yang diukir dengan pola awan dan naga.
"Ini adalah lima pedang terbaik kami, semua pedang ini ditempa oleh guruku dari Sekte Seribu Senjata. Meskipun masing-masing memiliki kekuatan unik, kualitasnya berbeda-beda. Saudara Li, silakan lihat-lihat." Katanya sambil menunjuk satu persatu
Xue Er terpaku, matanya membelalak tak percaya. Bahkan lidahnya kelu tak mampu mengungkapkan kekagumannya. Sekilas saja ia bisa merasakan aura luar biasa yang memancar dari pedang-pedang itu. Tampilan mereka begitu megah, jauh berbeda dari pedang yang sebelumnya ia lihat.
Feng Lingshan mengangkat pedang pertamanya, bilahnya tipis dan memancarkan cahaya keperakan yang halus.
"Ini adalah Langit Membelah Fajar, Pedang ini terkenal karena kecepatannya yang luar biasa. Namun, kekuatan serangnya tidak sekuat yang lain. Meski begitu, di tangan yang tepat, kecepatannya bisa mematikan."
Ia meletakkan pedang itu kembali dengan hati-hati sebelum mengambil pedang kedua. Bilahnya lebih tebal, dengan pola urat hitam yang berkilauan di sepanjang permukaannya.
"Yang ini Bayangan Petir Hitam, kekuatan destruktifnya luar biasa, setiap tebasannya membawa energi petir yang mampu melumpuhkan musuh. Namun, pedang ini cukup berat, dan sulit dikendalikan tanpa penguasaan elemen petir yang baik."
Pedang ketiga tampak sederhana, namun aura dingin yang memancar darinya membuat udara di sekitar terasa lebih dingin.
"Bekunya Jiwa Abadi, Pedang ini memiliki kekuatan es yang bisa membekukan apapun yang disentuhnya, bahkan aliran energi musuh. Tapi… pedang ini cukup berbahaya, bahkan bagi pemiliknya jika tidak hati-hati mengendalikan energi esnya."
Ia beralih ke pedang keempat, bilahnya berwarna merah tua seperti bara api yang membara, dengan gagang yang dihiasi ukiran naga kecil.
"Naga Api Langit, Ini salah satu pedang terkuat di sini. Api suci yang disimpannya mampu membakar apapun, bahkan pertahanan spiritual sekalipun. Tapi, hanya mereka yang memiliki kehendak kuat yang bisa menggunakannya."
Terakhir, Feng Lingshan menunjuk pedang kelima yang sederhana tanpa hiasan, namun memancarkan aura yang membuat udara di sekitar mereka terasa berat.
"Kehampaan Abadi, Pedang ini adalah yang paling misterius dan terkuat di antara kelima pedang lainnya. Guruku pernah berkata bahwa pedang ini ditemukan di reruntuhan kuno dalam keadaan rusak parah. Beliaulah yang menempa ulang hingga menjadi seperti sekarang. Konon, pedang ini mampu menembus ruang dan waktu, melenyapkan apa pun yang disentuhnya tanpa meninggalkan jejak. Namun… pedang ini juga menuntut harga yang sangat mahal bagi siapa pun yang berusaha menguasainya."
Feng Lingshan mengakhiri penjelasannya dengan nada bangga, lalu bertanya, "Apakah ada salah satu dari kelima pedang ini yang menarik perhatian Saudara Li?"
Sementara itu, Cang Yan hanya memperhatikan kelima pedang tersebut tanpa berkata apa-apa. Memang, kelima pedang ini memiliki kualitas yang jauh lebih baik, baik dari segi bahan maupun pengerjaannya.
Namun, pedang-pedang ini hanya cocok digunakan oleh pengguna pedang spiritual. Sebenarnya, Cang Yan tertarik pada Pedang Kehampaan Abadi, tetapi meskipun pedang itu telah ditempa ulang dengan baik, tetap saja belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Namun tanpa disadari, pandangan Cang Yan tertuju ke salah satu sudut ruangan. Di sana, tergantung sebuah pedang tanpa sarung, yang bahkan tidak disebutkan oleh Feng Lingshan.
Pedang itu memiliki bilah berwarna biru kehijauan, dengan ukiran halus menyerupai sisik naga yang membentang di sepanjang permukaannya. Aura lembut namun samar terpancar dari pedang tersebut, seolah olah menyembunyikan kekuatan yang tersembunyi di balik penampilannya yang sederhana.
Cang Yan melangkah mendekat, matanya menyipit memperhatikan detail pedang itu.
"Bagaimana dengan pedang ini?" tanyanya, menunjuk pedang yang tidak disebutkan sebelumnya.
Feng Lingshan menoleh, lalu mengerutkan keningnya. "Oh, itu?" Ia terdengar agak ragu.
"Pedang itu ditemukan guruku dilautan binatang, tapi... aku tidak tahu banyak tentangnya. Guruku cuman menyuruhku untuk menyimpannya disini karena pedang ini memiliki desainnya yang unik."
Cang Yan meraih pedang itu dan memperhatikannya dengan saksama. Ia bisa merasakan aura air yang mengalir lembut di sepanjang bilah pedang tersebut. Tiba-tiba, Huang Long yang bersemayam di dalam pedang Huang Ming Jian yang tersimpan di cincin penyimpanannya, bergetar merasakan aura dari pedang yang dipegang Cang Yan.
Tanpa perlu mengeluarkan Huang Ming Jian, Huang Long mengalirkan energi spiritualnya kepada Cang Yan agar mereka bisa berinteraksi.
"Tuan, aku merasakan adanya jiwa naga di dalam pedang itu. Tetapi jiwanya sangat lemah," bisik Huang Long.
"Aku juga merasakannya Huang Long," jawab Cang Yan pelan.
"Sepertinya pedang ini mengandung jiwa naga atau mungkin bahannya terbuat dari binatang naga, seperti pedangku di masa lalu."
"Huang Long, Apakah naga di dalam pedang ini termasuk satu ras denganmu?" Tanya Cang Yan
Huang Long menggelengkan kepalanya dalam pikirannya. "Tidak, ras naga ini sangat berbeda dari garis darahku. Dilihat dari auranya ia memiliki darah yang lemah tetapi kekuatan elemen airnya sangat kuat."
Cang Yan tiba-tiba teringat sesuatu. "Apa mungkin ini adalah jiwa Naga Air Bertanduk Tiga?" gumamnya. Ingatannya melayang ke masa lalu, saat ia bertarung melawan ras naga tersebut di Benua Dewa Abadi.
Kekuatan penghancur berunsur air dari naga itu sangat luar biasa. Namun, ras naga ini perlahan menghilang karena banyak diburu oleh para kultivator yang mengincar tulang, sisik, bahkan jiwa mereka untuk dijadikan senjata.
Huang Long mengangguk dalam kesadaran Cang Yan. "Benar, ini pasti jiwa Naga Air Bertanduk Tiga."
"Tuan, ambillah pedang ini. Aku rasa pedang ini akan sangat cocok untuk gadis yang selalu bersama Tuan."
"Baiklah Huang Long," jawab Cang Yan dengan senyum tipis, matanya kembali menatap pedang di tangannya dengan penuh pertimbangan.
Tak butuh waktu lama, Cang Yan menoleh kepada Feng Lingshan dan berkata, "Aku akan mengambil pedang ini. Berapa harganya?"
Feng Lingshan terkejut mendengar keputusan Cang Yan. Dari kelima pedang yang ia tawarkan ternyata Cang Yan justru tertarik pada pedang yang bahkan gurunya sendiri tidak tahu apakah pedang itu berkualitas baik atau tidak.
Namun, melihat ketertarikan Cang Yan, Feng Lingshan yakin pasti ada sesuatu yang istimewa dari pedang tersebut. Ia tahu bahwa Cang Yan memiliki kemampuan untuk mengenali bahan-bahan senjata dengan sangat akurat.
Meski ragu, Feng Lingshan tidak ingin mengecewakan pelanggannya, terlebih lagi seseorang yang begitu misterius seperti Cang Yan. Akhirnya ia berkata, "Jika Saudara Li menginginkan pedang itu, silakan ambil saja. Lagipula pedang itu tidak terlalu berarti di sini."
"Aku tidak bisa menerimanya begitu saja. Aku datang ke sini untuk membeli, Kalau begitu, aku akan mengambil juga Pedang Kehampaan Abadi."
Cang Yan sengaja mengambil pedang Kehampaan Abadi karena suatu saat dia kembali ke Benua Dewa Abadi, ia berencana memberikan pedang tersebut kepada sahabatnya untuk ditempa menjadi senjata luar biasa.
"Kalau begitu harganya satu batu spiritual tingkat tinggi," kata Feng Lingshan setelah berpikir sejenak.
Xue Er, yang sejak tadi memperhatikan, terkejut mendengar harga yang disebutkan Feng Lingshan. "Satu batu spiritual tingkat tinggi? Itu setara dengan seratus batu spiritual tingkat menengah." Gumamnya.
Namun, tanpa ragu sedikit pun Cang Yan mengeluarkan satu batu spiritual tingkat tinggi dan menyerahkannya kepada Feng Lingshan. Feng Lingshan tersenyum dan akhirnya mengangguk.