Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Pengkhianatan dan Jawaban teka teki yang memusingkan.
Jerit protes tertahan di tenggorokan Swan. Dia meronta, memukul lengan prajurit lapis baja yang mencekik lehernya. Otot-otot lengan itu sekeras baja, mustahil ditembus hanya dengan tinju. Pandangannya berputar. Dia tahu wajah prajurit itu, itu adalah Komandan Garda Utara yang disewa langsung oleh Raja Zhao.
“Pelepas itu datang darimu,” erang Swan, suaranya parau karena kekurangan udara, menatap Zheng Long.
Senyum Zheng Long memudar sedikit. Ia membuka buku catatan kulit ular itu, mengabaikan pergumulan antara Swan dan prajuritnya. Bau wangi kertas tua dari buku itu menyeruak di ruangan yang pengap. Matanya bergerak cepat memindai halaman-halamannya.
“Aku selalu suka kejutan.” Dia mendongak, matanya yang cerdas berkilat dingin. “Dan kejutan ini sungguh… mencerahkan. Jadi, Ayahmu Jenderal Zen yang asli.”
Menteri Su Yang, yang tampak lega dan terkejut, melangkah maju. “Yang Mulia, pangeran Kedua… dia pencuri! Dia mencoba mencuri rahasia negara! Serahkan dia ke Pengadilan Kerajaan! Tapi buku ini, dia tidak boleh membacanya…”
Zheng Long tidak mengalihkan perhatiannya dari Su Yang. Matanya kini sedingin es.
“Oh, Menteri Su,” kata Zheng Long pelan. “Tidak usah terlalu khawatir. Kau benar, dia pencuri.” Dia menutup buku itu dan menyerahkannya kepada Menteri Su Yang. “Simpan baik-baik. Kalau buku ini hilang lagi, aku pastikan seluruh keluargamu menemui akhir yang tidak menyenangkan.”
“Tentu, Yang Mulia! Hamba akan menjaga buku ini dengan nyawa hamba!” Su Yang menerima buku itu dengan kedua tangan gemetar, mencium jilidnya seolah itu adalah piala suci. Dia lega karena bukunya aman, namun jelas dia ketakutan setengah mati dengan Zheng Long.
Swan meronta lagi, tendangannya menyasar lutut prajurit zirah. Tendangannya itu tidak terasa. Prajurit itu hanya mencengkeramnya lebih kuat.
“Pangeran Zheng Long!” kata Swan, berhasil mengeluarkan sebaris kata dengan susah payah. “Anda tahu apa isi buku itu! Itu konspirasi!”
“Tentu saja itu konspirasi, Selir Xin.” Zheng Long menyeringai sinis. “Setiap sudut istana ini dipenuhi konspirasi. Tapi apa gunanya rahasia itu kalau rahasia itu sudah ku genggam sekarang?” Dia memberi isyarat pada prajurit itu. “Tahan dia. Jangan sakiti, tapi jangan biarkan dia bersuara.”
Prajurit itu melepaskan cekikannya dan mengunci tangan Swan ke belakang dengan cara yang sangat menyakitkan. Tulang-tulangnya terasa bergesekan, seluruh tubuh Swan tegang karena kesakitan yang membakar.
“Aku tahu Ayah Anda adalah pengkhianat!” sentak Swan, mencoba mengabaikan rasa sakitnya. “Jenderal Zen dan Raja Zhao bekerja sama denganmu untuk menjatuhkan Ayahku dan Permaisuri Terdahulu!”
Wajah Zheng Long yang awalnya tampak dingin dan tenang, kini berkedut karena kemarahan yang tersingkap cepat. Matanya menyala.
“Aku tidak peduli soal masa lalu Ayahmu,” desisnya tajam, suaranya kini dingin. “Yang penting bagiku adalah siapa yang menguasai istana saat ini. Kau pikir San Long bisa memberimu keadilan? Adikku itu cuma boneka yang menari di pinggiran. Kau mendekatinya karena kau tidak melihat apa yang sesungguhnya.”
“Aku tidak tahu Anda bicara soal apa,” jawab Swan, pandangannya mengeras, menahan sakit.
“Jangan berpura-pura, Selir Xin.” Zheng Long melangkah mendekat, tubuhnya menunduk sehingga ia bisa menatap langsung ke wajah Swan. “Aku tahu kalian berdua punya agenda yang sama, membersihkan nama-nama kalian. Tapi aku lebih kuat, Selir Xin. Buktinya ada di tangan Menteri Su.” Dia menunjuk ke arah buku itu.
“Apa yang Anda mau?” tanya Swan.
“Sebuah kesepakatan,” kata Zheng Long, tersenyum sinis. “Mudah sekali. Katakan padaku semua rahasia San Long. Gerakannya, rencananya, dan sumber daya yang dia sembunyikan. Tukar informasi dengan nyawamu.”
“Anda salah paham,” Swan menggertakkan gigi, menahan rasa sakit. “Saya tidak tau apa-apa soal rencana Pangeran Bungsu!”
“Berbohong!” Zheng Long menegakkan tubuh. “Kau wanita tercerdas di Istana ini, kau lulus ujian Ayahku yang paling berat tanpa berkeringat. Kau punya darah Jenderal Xin yang mengalir di pembuluh darahmu. Tentu kau sudah melihat kelemahan kedua saudaraku yang lain. Sekarang, pilih yang terbaik.” Dia menyentuh bahu Swan dengan jari telunjuknya. “Jenderal Xin adalah ksatria setia. Aku juga butuh seorang jenderal setia. Aku tau kau sudah mempelajari Zen. Zen terlalu loyal pada Raja Zhao, tapi kau punya loyalitas lain. Loyalitas Ayahmu yang dibunuh. Mari kita gabung loyalitas itu.”
Menteri Su Yang, yang memeluk buku kecil itu seolah-olah bayi, hanya melihat ke samping dengan mata membelalak, ketakutan bahwa sang Pangeran telah menawarkan kesepakatan terlalu besar.
“Jangan buat keputusan yang bodoh, Selir Xin. Jangan mati demi pangeran rendahan seperti San Long.” Zheng Long memohon, kali ini nadanya kembali menjadi persuasi yang dingin, seolah memohon agar Swan menyelamatkan diri. “Bergabunglah denganku. Kita akan jadikan dinasti ini lebih stabil dan lebih makmur. Dan aku berjanji, aku akan membersihkan nama Ayahmu… setelah Ayahanda Kaisar yang sesungguhnya meninggal nanti.”
"Kau… kau memohon aku menjadi pengkhianat," desis Swan.
“Aku memohon kau menjadi sekutu, yang paling bijaksana.”
Swan menelan ludah, matanya yang tajam menatap Su Yang, yang tampak lega dan panik sekaligus. Peluru dingin menusuk perutnya. Dia tahu apa yang harus dilakukan.
“Anda terlambat, Yang Mulia,” jawab Swan, senyum dingin tersungging di bibirnya yang tegang.
“Apa maksudmu?”
“Anda berhasil mendapatkan buku Su Yang,” katanya. “Tapi Anda terlalu lambat untuk menyadari kebenaran apa yang dia bawa. Saya datang ke sini untuk memastikan identitas Dalang Sejati.”
Menteri Su Yang tersentak. Zheng Long tampak waspada.
“Apa Dalang Sejati itu Menteri Su Yang?” Zheng Long bertanya.
“Menteri Su Yang adalah alat yang licik,” Swan mengakui, memfokuskan pandangannya pada Su Yang. “Dia menyusun buku kotor ini dan membiarkan para serigala di dalam istana saling memangsa. Dia melayani Zen dan Zhao dan Raja-raja asing di Dewan Selatan itu, semuanya untuk menjaga dirinya tetap aman di Istana Naga.”
Menteri Su Yang membungkuk gemetar. "Hamba mohon ampun, Yang Mulia! Saya adalah menteri setia! Wanita ini gila!"
"Apa kau yakin begitu, Su Yang?" Zheng Long menanyai sang menteri. "Siapa nama sandi untuk Jenderal Zen di sini?" Zheng Long menunjuk halaman di buku itu yang Su Yang berusaha lindungi mati-matian.
Menteri Su Yang terpaksa membuka buku itu. Di buku itu tertera: “Pemimpin J (Jenderal).”
Zheng Long kembali menatap Swan, matanya mengancam. “Jawab sekarang, Selir Xin. Aku memberimu satu kesempatan.”
“Menteri Su Yang telah membuat semua orang percaya,” kata Swan. “Dia adalah agen rahasia yang direkrut oleh ayahanda kandungmu.”
Keheningan melanda ruangan itu. Bahkan prajurit zirah itu, yang selama ini terlihat seperti mesin, menegang. Menteri Su Yang menatap Swan dengan ekspresi horor mutlak.
Wajah Zheng Long pucat pasi. “Apa… apa yang baru saja kau katakan?”
“Kau berpikir Selir Agung adalah dalangnya,” lanjut Swan, suaranya serak namun tenang. “Benar, dia punya motif dan racun. Tapi dia hanya alat. Ayah kandung Anda, yang sesungguhnya memberikan Zen dan Zhao kekuatan, yang merekrut Selir Agung untuk menjatuhkan ibu San Long… adalah menteri keuangan yang Anda kira loyal ini.”
Menteri Su Yang memohon kepada Zheng Long, matanya dipenuhi kepanikan. “Tidak, Yang Mulia! Hamba tidak! Dia berbohong! Wanita ini mengigau! Dia sudah gila karena dihajar prajurit…”
“Diam!” teriak Zheng Long. Suara tajamnya memenuhi ruangan. Matanya menyala karena amarah. Dia mengambil sebuah kapak kecil dari mejanya, matanya mengunci mata Menteri Su Yang. “Siapa aku?!”
“A-Anda Pangeran Kedua… anak Selir Agung,” gumam Su Yang takut.
“Tidak.” Zheng Long mengacungkan kapak itu, matanya berkilat gila. “Siapa aku, dan siapa Ayahku?”
“Anda adalah calon Kaisar!”
“Siapa AYAHKU?” raungnya.
Su Yang gemetar hebat. Ia menatap ke dalam buku catatannya, melihat nama sandi (Dewan Kekaisaran Selatan). Ia tahu semua usahanya sia-sia, rahasianya telah dibongkar.
“Hamba… aku minta ampun, Yang Mulia…”
Zheng Long tidak menunggu. Dia menghujamkan kapak itu dengan kekuatan penuh ke tenggorokan Menteri Su Yang. Darah menyembur ke udara, memerciki dinding-dinding kantor dan menodai kertas-kertas arsip yang baru saja ditinjau Swan. Teriakan Su Yang terhenti, berubah menjadi bunyi cekikikan menjijikkan saat ia merosot ke lantai, buku kecil itu jatuh ke genangan darahnya sendiri.
Prajurit zirah itu mundur, terkejut oleh pembunuhan brutal yang dilakukan Zheng Long di depan mata Swan. Pangeran Kedua, sang sarjana yang elegan, berdiri mematung di tengah genangan darah, jubah kelabunya tercoreng merah pekat, kapak masih di tangannya.
“Dia dalangnya,” desis Zheng Long, menatap tubuh Su Yang yang sudah tidak bernyawa. Ekspresinya campur aduk antara kengerian dan kepuasan yang dingin. Ia menoleh ke Swan, yang masih ditahan erat oleh prajuritnya.
“Selamat,” kata Zheng Long, senyum mengerikan terbentuk di bibirnya. “Kau baru saja menyingkirkanku dari kekhawatiran terbesar dalam hidupku. Tapi sayangnya, kau juga merusak tawaran kerjasamaku.” Dia menatap tajam ke prajurit zirahnya. “Bawa dia ke sel rahasia. Jangan biarkan San Long atau kakakku yang bodoh itu tau!”
Prajurit zirah itu segera mendorong Swan keluar, menuju lorong yang gelap, tidak lagi peduli pada peraturan atau etiket istana.
Swan meronta, tetapi tubuhnya tidak lagi punya energi. Udara terasa dingin dan menusuk. Ia diseret menuju ruang bawah tanah, jauh dari musik pesta dan cahaya lentera. Bau apek dari air selokan dan jerami kotor memenuhi indranya saat ia ditarik turun dari tangga batu yang dingin.
"Anda membunuh pelayan Anda!" desis Swan.
“Aku menyelamatkan dinasti ini,” balas Zheng Long. Ia mengikutinya, tangannya membersihkan sisa darah yang memercik di wajahnya. “Su Yang mencoba menggunakan buku itu untuk menjatuhkan aku dan keluargaku. Tapi aku sudah menanggulanginya. Selir Xin… kau wanita paling bodoh. Seharusnya kau membiarkanku menjebak Su Yang tanpa harus mengakui dirimu adalah seorang Jenderal."
"Jenderal?"
"Kau adalah anak Jenderal Xin. San Long juga tahu. Apa kau pikir aku tidak tau?" Ia mendorong Swan kasar ke dinding. "Tapi aku memberimu tawaran untuk selamat. Aku lebih dari San Long. Lihat San Long, dia cuma bocah malang. Aku ini kekuatan nyata."
“Anda akan membayar atas kematian Xiao Ju,” desis Swan.
“Xiao Ju?” Zheng Long tertawa hampa. “Wanita sepertimu harus melihat gambar besarnya! Nyawa Xiao Ju itu harga yang kecil untuk bukti sebesar ini! Kau bahkan tidak sadar kau beruntung!” Ia memberi isyarat agar prajurit itu melanjutkan.
Swan diseret, kini kakinya tidak menjejak tanah. Perasaan terkejut dan terkhianati oleh aksi bunuh diri strategis yang baru saja ia saksikan melanda dirinya. Zheng Long adalah pria gila yang diselamatkan oleh seorang Jenderal di bawah selubung selir.
“Ini belum berakhir!” seru Swan.
Mereka tiba di ruang sel yang sunyi. Prajurit itu mendorongnya masuk ke sel besi berkarat. Bunyi *braak* keras pintu sel tertutup bergema di bawah tanah yang lembab. Swan merangkak mundur hingga punggungnya menabrak dinding batu yang basah, menatap wajah Zheng Long di balik terali.
"Sekarang diam," perintah Zheng Long, suaranya tenang. "Kau adalah jenderal terbaik di negeri ini, Swan Xin. Tapi kau bukan ratu. Aku akan menyuruh Raja Zhao datang padamu, kau tau Raja Zhao, bukan? Dia pengagum Ayahmu. Begitu dia dengar tentang kehebatanmu, aku akan menyuruhnya mengambil hatimu dari sel besi itu. Selama beberapa minggu ke depan, istana ini hanya punya satu fokus: memenggal San Long karena tuduhan kudeta."
“San Long?” desis Swan. “Apa yang Anda lakukan?”
“Oh, ya.” Senyum Zheng Long tampak menyeramkan di bawah cahaya obor. Ia mengangkat sebuah tas kain di tangannya. Tas itu adalah tas yang Swan lihat San Long pegang di kawasan kumuh malam itu. “Adikku yang bodoh meninggalkan dompetnya di dapur saat dia mencoba menyelinap keluar kota.” Ia menyingkirkan pandangan dari tas itu. “Aku sudah menemukan peta San Long. Sebuah peta jalur penyelundupan senjata di pinggiran ibukota. Hanya perlu sedikit sentuhan saja… dan semua akan percaya bahwa Pangeran Bungsu itu bukan cuma pengemis amal, tapi seorang pemberontak. Dia akan dieksekusi, dan semua kecurigaan soal Dewan Kekaisaran Selatan ini… akan terkubur bersamanya.”
“Kau tidak bisa melakukannya!” teriak Swan, tubuhnya merosot di dalam sel.
“Sudah kulakukan,” kata Zheng Long dengan puas, menjatuhkan kantong San Long yang berisi koin emas yang telah ia ganti isinya dengan sebuah surat tuduhan pengkhianatan buatan tangan yang cermat. Surat itu tertulis di buku itu di tangan San Long. “Sekarang nikmati masa hukumanmu, Selir Xin. Jangan khawatir, kami akan membiarkanmu menyaksikan pengkhianat mu dieksekusi, Nona Jenderal.”
Swan menatap tas kecil yang ditinggalkan San Long, air mata membasahi wajahnya yang tertutup debu. Dia diselamatkan dari cekikan Su Yang oleh dirinya, dan sekarang dia justru dikhianati karena dia melihat kenyataan yang ia sembunyikan. Dia beringsut, tangannya menyentuh jerami kotor di bawahnya. Rasa dingin dari dinding dan jeruji besi menyeruak ke kulitnya. Tubuhnya terasa sakit karena benturan dengan dinding batu, hatinya sakit karena dikhianati. Selama delapan tahun, dia berlatih untuk membunuh musuhnya. Sekarang, musuhnya tersenyum dari luar sel besinya.
Zheng Long membungkuk, wajahnya tersenyum jahat di balik terali besi yang tebal. “Mulai besok malam, kau akan melihatku bergerak, Selir Xin. Tonton dan belajar dari master catur.” Dia menoleh ke belakang. “Penjaga!”
Seorang penjaga yang bertopeng dan berpakaian serba hitam—bukan Prajurit Bayangan—berjalan cepat ke arah Zheng Long. Wajahnya tertutup kain kasa.
“Perintahkan patroli,” Zheng Long berkata, suaranya mengandung nada yang aneh. “Perintahkan mereka mengintensifkan patroli. Tidak boleh ada satu pun yang tahu lokasi sel rahasia ini.”
“Siap, Yang Mulia,” jawab si penjaga bertopeng. Suaranya dingin dan serak.
Saat penjaga itu menoleh untuk memberikan laporan kepada pimpinan jaga, angin samar yang membawa debu dingin berputar ke dalam ruang bawah tanah itu. Gerakannya terlihat familier, terlalu gesit untuk penjaga istana biasa. Kain kasanya bergeser, dan sesaat, Swan bisa melihat matanya di balik lubang masker itu. Mata itu gelap dan intens, sedingin es, namun Swan juga bisa membaca emosi di dalamnya. Itu adalah mata yang sama yang membelanya dari Kapten Penjaga di Paviliun Peoni. Itu adalah mata yang sama yang mengawasinya di malam-malam sebelum dia melakukan pencuriannya.
Matanya sendiri kini terbuka lebar, rasa dingin menyeruak hingga ke inti tulangnya. Penjaga rahasia pribadi Pangeran Kedua? Itu tidak mungkin. Sosok itu bukan hanya dingin dan cekatan, ia menyiratkan rasa takut. Dia merasakan udara sekeliling pria itu bergetar saat dia berbicara dengan Zheng Long. Dia merasa itu dia. Dia mengikutinya sepanjang waktu. Dan dia membencinya. Tapi itu... itu tatapannya San Long.
Swan merasa dunia ini telah merobek akal sehatnya. Penguntitnya, sekutunya yang diburu, Pangeran Bungsu yang dituduh bunuh diri... San Long. Di sinilah akhirnya. Dia adalah agen rahasia Zheng Long. Dia tidak mengikutinya, dia memimpinnya ke perangkap itu. Semua tindakannya adalah sandiwara. Rasa bersalahnya tentang Xiao Ju hanyalah tipuan. Itu sudah terjadi padanya. Dia terkejut karena dia melakukan kecerobohan untuk mengungkap Ayah kandungnya. Jadi, ia beralih ke rencananya yang sesungguhnya. Untuk menjatuhkan San Long dan memenangkan takhta. Dia bahkan sudah mendapatkan kembali buktinya!
“Kau tahu San Long?” tanya Swan pelan, gemetar hebat di dalam sel itu.
Zheng Long menyeringai, puas. “Selir Xin. Tidak ada yang tahu Pangeran San Long selain dirinya, dia tidak punya sekutu sejati. Dia adalah boneka kosong. Dan sekarang, dia ada di bawah tanganku.”
Prajurit itu menunduk ke Zheng Long. San Long menatap dingin padanya. Pandangannya kosong, menembus ke dalam jiwanya. Tepat sebelum San Long menoleh untuk pergi, sebuah tatapan kecil dan cepat mendarat di atas jeruji besi. Itu bukanlah tatapan yang mengkhianati. Itu adalah pandangan kebingungan yang nyata, penuh keengganan, yang dipenuhi peringatan.
Kemudian, ia melihat gerak-gerik kecil dari jubah penjaga bertopeng itu. Kain kasarnya bergerak sedikit di balik terali. Jemarinya yang ramping menggeser sesuatu yang berkilauan di sepanjang jeruji selnya. Swan mengawasi. San Long sedang menyentuhnya dengan ujung jari. Sepertinya sebuah peringatan baru, sebuah pesan baru. San Long kemudian menoleh, tatapannya membeku, tidak ada emosi di sana. Hanya ekspresi datar seorang pelayan yang mendengar instruksi majikannya.
“Yang Mulia,” kata penjaga itu dengan suara datar. “Aku akan pastikan tikus ini tidak akan membuat masalah lagi. Semua sudah diamankan.”
“Bagus.” Zheng Long berbalik. “Kalau dia mati kedinginan di sana, buang saja mayatnya ke sungai. Sekarang, mari kita mulai persiapan untuk pertunjukan besar kita.”
Bunyi derap kaki menjauh. Cahaya obor meredup, hanya menyisakan kegelapan yang lembap. Swan hanya bisa terbaring di sel yang berkarat, hatinya dipenuhi perasaan campur aduk. Rasa sakit akibat diseret ke dalam perangkap; kejutan melihat kebrutalan Zheng Long; dan pengkhianatan San Long, yang bahkan mungkin sedang tersenyum sinis di balik topeng kain kasa itu. Penguntit. Dia adalah penguntit setia Zheng Long. Jadi, dia tidak dikhianati oleh musuh, tetapi oleh sekutunya.
Tiba-tiba, telinganya menangkap suara berderak kecil dari celah kecil di dekat kunci gembok besarnya. Suara yang dibuat oleh gesekan baja di jeruji besi. Itu bukan gema suara kuncinya.
Ia melihat ke bawah. Jari-jari kotor dan gemetar menemukan sesuatu yang dingin di tempat jerami itu menempel ke lantai. Sehelai kawat tipis dan sangat tajam. Salah satu kawat yang San Long berikan padanya malam itu. Dan di seberangnya, ada goresan kecil yang ditarik secara tergesa-gesa di dinding, ditulis oleh Sang Penjaga. Goresan itu kecil. Hampir tak terlihat di balik kegelapan. Goresan yang berbentuk: huruf "T".
Dia adalah Tangan Kedua. Tidak. Dia tahu huruf itu adalah huruf sandi yang mereka gunakan. Taktik **Tembakan Peluru** sudah digunakan untuk memukul mundur mereka. Dia adalah bagian dari sandiwara ini! Tentu saja. Dia hanya melakukan penyamaran seperti biasa, dan dia berhasil menemukan San Long dan mengiriminya surat pertolongan kecil. San Long menyelamatkannya, sekaligus menyelamatkan dirinya. Tiba-tiba sebuah kerutan di dahi Swan memecah keheningannya. Rasa bingungnya sekarang berbalik 180 derajat. Matanya yang kelelahan dan ketakutan menyipit, fokus pada dinding. Sebuah tulisan samar dari pena air kencing kelinci (urine) terlihat. Itu ditulis oleh Komandan Lei, saat mereka melatih penulisan sandi rahasia di Gunung Giok. Pintu terkunci dan San Long. Dan... itu ada lagi goresan di dinding. Huruf itu terlihat di tulisan rahasia. **NAGA**
Kini kepalanya berputar pusing karena kurangnya asupan oksigen. Matanya mulai tertutup karena rasa kantuk. Itu tidak mungkin dia berimajinasi sekarang.
trmkash thor good job👍❤