apa jadi nya semula hanya perjalan bisnis malah di gerebek paksa warga dan di nikahi dwngan ceo super galak???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fuji Jullystar07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 23
Arsenio masih ingat betul pertemuan pertamanya dengan Calista.
Saat itu Calista masih berusia 9 tahun dan usianya baru 12 tahun.
Ia terpaksa pindah ke Subang karena ayah, ibu, dan adiknya Andrian, harus menetap di Swiss. Andrian menderita penyakit langka dan butuh perawatan intensif di rumah sakit yang lebih lengkap.
Orang tuanya tak bisa membawa Arsen ikut. Mereka takut tak sanggup membagi perhatian dan merawat dua anak sekaligus. Apalagi fokus mereka sekarang hanya satu menyelamatkan Andrian.
Maka, Arsenio dikirim ke rumah paman dan bibinya.
Beruntung, paman dan bibi menyambutnya dengan hangat.
Mereka baik, ramah, dan memperlakukannya seperti anak sendiri.
Tapi tetap saja, Arsenio merasa hampa. Bosan. Sepi.
Sore itu, ia memutuskan keluar rumah dan berjalan ke taman dekat rumah.
Taman kecil itu sepi. Hanya ada satu anak perempuan bermain pasir di pojokan.
Bajunya penuh debu dan pasir. Rambutnya dikuncir dua, dan sesekali ingusnya mengalir dari hidung.
Arsenio meringis geli melihatnya.
Ia memilih duduk di ayunan, menjauh dari si gadis kecil.
Tak lama kemudian, anak perempuan itu menghampirinya.
" Hai, Kakak! " sapanya ceria, menampilkan gigi ompong tanpa rasa malu.
Arsenio diam saja.
" Aku Calista. Tapi Mama biasa panggil aku Tata! " katanya lagi, penuh semangat.
Masih tak ada respons.
Arsenio terus mengayun pelan ayunannya. Mencoba mengabaikan gadis aneh itu.
" Nama Kakak siapa? " tanyanya lagi.
Arsenio berdiri.
Pindah ke perosotan.
Tapi Calista malah mengikutinya, ia tertawa sendiri, seolah tak sadar dirinya sedang diabaikan.
" Kakak nggak punya teman, ya? Sama dong. Aku juga nggak punya teman. Yuk temenan!"
Arsenio kesal, ia berdiri dan pergi meninggalkan taman.
Tapi Calista tetap mengekor di belakang, seperti anak bebek.
Saat Arsenio hendak memarahinya, Calista menabrak punggungnya dan ingusnya menempel di baju.
" Iiiih! " Arsenio bergidik jijik.
" Berhenti ngikutin aku! Aku benci gadis kotor! Aku nggak mau temenan sama kamu!" teriaknya marah.
Calista terdiam. Menunduk. Tak berkata apa pun. Arsenio pergi, merasa bersalah tapi gengsi menoleh kebelakang.
Beberapa hari berlalu. Arsenio kembali ke taman, berharap bertemu Calista lagi, tapi gadis kecil itu tak pernah muncul.
Sampai suatu sore, Arsenio dihadang anak-anak nakal yang memalak uang sakunya.
Ia takut, tak bisa melawan.
Tiba-tiba, Calista muncul.
Ia menerjang anak-anak itu tanpa ragu.
Meski tubuhnya kecil, ia menggigit, mendorong, bahkan meneriaki mereka dengan lantang. " G*bl*k mangakat sia a*j*ng, tong ngagangu ka lancek aing. " ¹
Arsenio hanya terdiam ia tak mengerti apa uang Calista katakan dan hanya melihat Calista Mendapatkan eberapa pukulan mendarat di tubuh mungilnya, tapi ia tak gentar, menyerang 4 anak nakal itu dengan brutal.
" A*j*r ieu mah awewe gila, ayo ey kabur* " ²
4 anak nakal itu akhirnya kabur.
Calista tak menoleh ke arah Arsenio lalu mengabil tasnya. Ia pergi begitu saja, seolah tak terjadi apa-apa.
Arsenio ingin memanggilnya. Tapi tak ada kata yang keluar.
Beberapa hari kemudian, ia melihat Calista duduk sendirian di kantin sekolah. Ingin menghampiri, tapi bel masuk keburu berbunyi.
" Noh, kamu kenal sama anak yang namanya Calista? " tanya Arsenio ke temannya, Reno.
" Calista? Anak kelas 5 itu? "
" Iya. Tapi dia kayak anak kelas 3 ya? " Arsenio heran.
" Dia masuk SD umur lima tahun, Sen. Nggak kayak kita yang tujuh tahun."
" Kok bisa? "
" Awalnya cuma jadi anak bawang, nitipan gitu. Tapi katanya dia ngamuk karena pengin sekolah beneran. Terus karena pinter, malah naik beneran deh."
Arsenio terdiam. Unik juga tuh anak, pikirnya.
" Tapi kenapa dia selalu sendirian? "
Reno menghela napas. " Dia dibully. Dikucilkan."
" Kenapa? "
" Karena Rangga suka Calista. Padahal Calista itu, walau dekil, cantik loh. Nangisnya aja cantik katanya. Jadi sering dijailin biar nangis, katanya imut. Hana yang suka Rangga juga jadi ikutan bully. Padahal dulu mereka sahabatan."
Arsenio merenung. Kalau Calista dirawat baik-baik, pasti cantik banget.
Tapi menurutnya... Calista nggak terlalu dekil. Kecuali waktu ketemu di taman, itu baru parah.
Dan sejak saat itu, nama Calista tak pernah lepas dari pikirannya.
Tak terasa waktu sudah setahun, Arsenio tak menyangka akan melihat gadis kecil itu lagi bukan dengan wajah belepotan pasir dan ingus yang meleleh, tapi dengan rambut panjang rapi, seragam yang pas di badan mungilnya, dan tatapan mata yang terasa familiar namun asing sekaligus.
Ia duduk di bangku belakang, sebangku dengan seorang cowok pendek yang terlalu akrab menurut Arsenio.
Entah kenapa, ada perasaan tak nyaman saat melihat itu.
" Hallo! Perkenalkan, aku Caca, Ketua OSIS. Selamat datang di SMP Nusa Bangsa!" suara lantang Caca menggema di kelas, membuka sesi pengenalan.
Satu persatu anggota OSIS memperkenalkan diri. Giliran Arsenio, ia hanya memberi senyum tipis dan mengangguk. Pandangannya terus mengarah ke bangku belakang. Ke arah Calista
“Sen, kamu dan Aduy data semua murid ya" perintah Caca, sambil menyodorkan daftar nama.
Arsenio mulai mendata dari depan. Satu per satu. Hingga akhirnya tiba di bangku Calista.
Dia masih mengobrol dengan si cowok pendek itu. Arsenio sedikit membungkuk, menyodorkan daftar.
"Namanya siapa?" tanyanya pelan, nada suaranya lebih lembut dari biasanya.
Gadis itu menoleh sekilas.
" Calista," jawabnya singkat, nyaris tanpa ekspresi.
"Hah? Apa?" Arsenio pura-pura tak dengar, padahal dia hanya ingin mendengar suara itu lagi. Lebih lama. Lebih dekat.
Gadis itu menatap Arsenio ada sedikit keraguan, tapi akhirnya ia menjawab,
"Calista Jade Ellara "
Suaranya mengecil, ada gugup yang tak bisa disembunyikan.
" Nama yang indah... " Arsenio mencatat namanya, lalu menatap Calista lagi lebih lama. Tatapan mereka saling bertaut. Hening.
Hingga interupsi yang menganggu mereka
"Arsen! Cepetan, jangan godain anak baru!" teriak Caca, membuat seisi kelas tertawa.
Calista menunduk, pipinya memerah. Si cowok pendek Qodir, kalau tak salah menatap Arsenio dengan tatapan tak suka.
Tapi Arsenio tak peduli.
Sejak hari itu, dia tak bisa berhenti memperhatikan Calista. Diam-diam, ia jadi stalker dadakan.
Mengikuti ke mana pun gadis itu pergi ke kantin, ke perpustakaan, melihat nya di hukum di jendela kelas yang lasung mengarah ke lapangan.
Dan dari pengamatannya selama ini, satu hal yang pasti Calista sangat suka membaca.
Tapi, seperti masa kecilnya, Calista kembali jadi korban.
Dia mulai dikucilkan, dibully semua gara-gara satu hal dia menolak cinta dari cowok yang dulu sebangku dengannya.
Arsenio kesal. Geram.
Ketika pulang sekolah ia meninju Cowo kerdil bernama Qodir.
" Dasar bangsat, gara gara kamu Calista harus mengalami Bullying, jangan jadi pencundang hanya karna di tolak Calista " Qodir hanya tersenyum mengejek lalu ia bangkit membuang ludah.
" Kenapa? Kasian? Itu salah dia yang nolak gua,udah sukur gue suka sama dia dia malah so jual mahal padahal murahan "
Arsenio menatap penuh amarah, Qodir yang melihat itu hanya tertawa mengejek.
" Apa mau pukul gue lagi? Sini kalau berani " Tanggang Qodir menepuk nepuk pipinya
Amarah Arsenio memuncak dan langsung memukul Qodir secara membabi buta.
Dan ia di hentikan oleh satpam yang bertugas.
Ke esokan hari nya paman bibi Arsenio di panggil ke sekolah.
Dan ia mendapatkan Sp 1 kena skor selama seminggu.
Selama seminggu ia tak bisa melindungi Calista lagi dari kejauhan, ia ingin mengobrol dan akrab.
Namun, dia bukan tipe cowok yang suka menonjolkan diri.
Jadi, dia memilih jadi teman rahasianya. Menjadi teman FB lewat aplikasi chatting.
Kadang, dia menyelipkan buku baru di meja Calista. Kadang, dia membalas pesan singkat Calista yang tak tahu siapa pengirimnya.
Diam-diam, ia jadi pelindung dari balik layar.
Dan entah sejak kapan... ia tak ingin hanya jadi pengamat lagi.
________
* G*bl*k mangakat sia a*j*ng, tong ngagangu ka lancek aing.¹
( g*bl*k pergi sana, kamu a*j*ng jangan ganggu kakak aku)
*A*j*r ieu mah awewe gila, ayo ey kabur ²
( A*j*r ini mah cewe gila, ayo kita kabur)
* "Anak bawang" adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang biasa digunakan secara informal untuk menyebut seseorang biasanya anak kecil yang ikut-ikutan dalam suatu kegiatan, padahal sebenarnya dia belum cukup umur atau belum dianggap benar-benar ikut.