Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
15
Hari berikutnya
Mentari pagi belum sempurna menyinari kediaman David, namun suasana sudah riuh rendah akibat ulah Sea. Penjaga dan pelayan rumah dibuat kalang kabut ketika melihat nona kecil mereka berlari menuruni tangga dengan tumpukan pakaian di tangan. Kejutan yang lebih menggemparkan, Sea keluar masih dengan handuk yang bertengger di kepala.
"Mbak, dimana Tuan Muda?" tanyanya dengan napas tersengal.
Pelayan yang masih terkejut, segera merebut pakaian yang dibawa Sea.
"Tuan Muda ada di taman belakang, Nona."
"Oh, baiklah. Terima kasih," ucap Sea dengan sopan.
"Nona...!"
Sea yang hendak pergi menoleh ke arah belakang.
"Iya, ada apa, mbak?" tanya Sea penasaran.
"Tuan Muda sedang bersama saudaranya. Kalau Nona datang dengan penampilan seperti ini, dia bisa marah besar!" jawab pelayan sambil menunjuk ke arah handuk yang dikenakan Sea.
Sea menyentuh kepalanya, lalu tersenyum kecil.
"Memangnya kenapa kalau aku masih pakai handuk, mbak? Dulu di tempat tinggalku, kami biasa seperti ini setelah mandi," jawab Sea santai.
"Tolong jangan seperti itu, Nona. Kalau sampai Tuan Muda melihat keadaan Nona sekarang, bisa-bisa dia marah besar dan kami semua takut," ucap pelayan dengan khawatir.
"Nona, Tuan Muda bisa..."
"SEA!!!" Suara David memecah keheningan.
Belum sempat pelayan menyelesaikan kalimatnya, Sea sudah berteriak memanggil David dari belakang. Pelayan langsung membeku, firasat buruk menyeruak dalam hatinya.
"Bos, aku datang!" seru Sea riang, tanpa menyadari kemarahan yang terpancar jelas di wajah David.
David menggeram, rahangnya mengeras menahan amarah. Matanya menyala menatap tajam ke arah Yudi yang berdiri tak jauh darinya.
"Yudi, siap-siap terima akibatnya!" ancam David dengan suara rendah dan berbahaya.
"Mohon ampun atas kelalaian saya, Tuan Muda!" seru Yudi dengan nada menyesal.
Sea menatap bingung, tidak mengerti mengapa David begitu marah pada Yudi.
"Bos..." Sea mencoba bertanya.
"Siapa yang menyuruhmu berkeliaran di rumah ini masih dengan handuk, hah?!" bentak David, memotong ucapan Sea dengan nada tinggi.
"Bos, aku tidak telanjang, loh. Hanya saja rambutku belum sempat ku sisir, " ujar Sea polos sambil menunjuk ke arah handuk yang melingkari kepalanya.
David memejamkan mata sejenak, berusaha mengendalikan amarahnya. Kemudian, dengan menggenggam erat tangan Sea, ia membimbingnya menuju tangga.
"Ganti semua penjaga yang berjaga hari ini! Bikin muak saja!" perintah David dengan suara dingin.
David melontarkan perintah itu seraya melewati Vino.
Vino mengangguk tanpa ragu.
"Siap dilaksanakan, Tuan Muda!" jawab Vino dengan sigap.
Mata Sea membulat tak percaya. Ia terkejut mendengar David memerintahkan Vino untuk memukuli para penjaga setelah memarahi Yudi.
"Bos, kenapa mereka harus diganti? Mereka kan tidak melakukan kesalahan apa pun?" tanya Sea dengan nada prihatin.
"Mereka salah, Sea. Mereka sangat salah karena berani menatapmu dengan tatapan kurang ajar. Hanya aku yang pantas melihatmu seperti itu!" jawab David dengan nada posesif dan cemburu.
David tidak menggubris pertanyaan Sea. Emosinya sedang memuncak.
"Bos, jawab dulu kenapa Bos menyuruh Mas Vino memukuli para pelayan itu? Mereka tidak bersalah, kan?" Sea terus mendesak.
Merasa diabaikan, Sea akhirnya menarik tangannya dari genggaman David, menunjukkan kekecewaannya.
Meski dalam hatinya bergejolak ketidakpuasan, Sea memilih untuk menuruti perkataan David. Namun, di benaknya sudah terencana siasat licik untuk mencari tahu kebenaran dari teman-temannya begitu David pergi.
David, seolah mampu membaca pikiran Sea, semakin meradang. Ia mengutuk dalam hati setiap orang yang berani melirik tubuh Sea, yang menurutnya terlalu mengundang.
"Buka pintunya!" perintah David dengan suara membentak.
Dengan patuh, Sea mengangguk dan membuka pintu kamar dengan tangan gemetar.
"Sudah, Bos," ucap Sea pelan.
David segera menarik Sea masuk ke dalam kamar, lalu mendudukkannya di tepi ranjang. Tatapannya menusuk, penuh peringatan.
"Dengarkan baik-baik, Sea. Jangan pernah lagi kau keluar rumah dengan pakaian seperti ini. Di luar sana penuh dengan orang-orang brengsek yang siap menerkammu!" ucap David dengan nada datar namun sarat akan kekhawatiran.
"'Dan aku adalah salah satu makhluk buas itu,' katanya.
Alis Sea mengerut. Otaknya yang sempit tidak mampu memahami arti dari kata-kata kasar tersebut.
"Namun di rumah ini tidak ada binatang apapun, apalagi seekor anjing. Bahkan nyamuk saja aku tidak pernah melihat!" sahut Sea dengan jawaban polosnya.
"Ada Sea, ada. Kamu saja yang tidak menyadarinya!" celetuk David sambil tersenyum.
" Tapi buaya. Sekarang aku bertanya, kenapa kamu mencariku tadi!' tanya David sambil menatap tajam ke arah Sea.
Sea menunduk lemas saat teringat dengan pakaian-pakaian yang ia tinggalkan di bawah.
"Astaga, bos David, aku lupa membawa pakaian yang layak,' ucapnya lirih.
"Itu di bawah. Sebentar, aku ambil dulu!" kata Sea, berniat turun dari ranjang.
"Diam di situ, atau kakimu kuremukkan!" ancam David.
Kaki Sea yang hampir menyentuh lantai langsung terhenti. Ia segera menarik kakinya kembali ke ranjang.
"Sudah kubilang 'kan, jangan keluar dengan pakaian seperti itu, Sea?" tanya David kesal.
Gadis ini memang...
"Tapi, pakaian mahalku ada di mbak pelayan, bos. Bagaimana kalau dibuang?"
"Bagus! Gara-gara pakaian itu, semua orang jadi melihat kulitmu!" jawab David dengan nada tinggi.
Sea memelototkan matanya.
"Bos, tidak boleh begitu. Bos tahu 'kan berapa harga baju-baju itu?"
David mengangguk. Jelas dia tahu karena dia sendiri yang memilih semua pakaian itu.
"Aku tidak akan bangkrut hanya karena baju-baju itu dibuang, Sea!"
"Tapi, bos..."
"Sudah diam! Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi!" sela David dengan tidak sabar.
"Pertanyaan yang mana, bos?" tanya Sea dengan bingung.
David menarik napas dalam-dalam.
"Kenapa kamu mencariku?"
"Oh, aku mencari bos untuk mengembalikan baju-baju itu!" jawab Sea dengan polos.
David mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa dikembalikan?"
"Karena baju-baju itu mahal sekali. Aku tidak sanggup menggantinya!" jawab Sea.
David terdiam sejenak.
"Aku tidak memintamu menggantinya, Sea. Aku ingin kamu memakainya!"
"Bos, aku tahu kamu kaya raya. Tapi, tidak perlu berlebihan seperti ini. Lebih baik uangmu disumbangkan saja untuk orang miskin!" ujar Sea sok bijak, menasihati David.
"Apa kamu merasa termasuk orang miskin yang perlu aku bantu?"
David tertegun, menyadari perkataannya barusan. Ia seolah kehilangan napas saat melihat Sea terdiam.
'Bodohnya aku, David. Sea pasti terpancing dengan ucapanku barusan. Bodoh, bodoh, bodoh! Kenapa aku bisa sampai lepas kendali begini, sih!'
"Iya juga ya, Bos. Aku memang orang tidak berada!" jawab Sea sambil menyunggingkan senyum.
David menghela napas lega. Beruntung gadis kecil itu tidak terlalu peka. Padahal, tadi ia sudah sangat khawatir Sea akan marah dan pergi meninggalkannya.
"Bos,?"
"Ya?"
"Kapan aku boleh keluar? Aku ingin mencari pekerjaan baru. Kemarin aku sudah mencoba melamar sebagai asisten di rumah ini, tapi mas Yud bilang kalau bos David tidak memerlukan asisten lagi. Aku tidak mau terus menganggur begini!" keluh Sea sambil mengerucutkan bibirnya.
David tersenyum tipis. Ternyata, gadis kecilnya sedang merasa jenuh.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak