Asyifa Nadira harus menerima kenyataan pahit disaat dirinya hamil besar justru ditinggalkan sang suami mengejar wanita lain.
Dengan bekal pendidikannya dia terus berusaha membesarkan sang anak seorang diri dengan menjadi dosen di salah satu kampus terkenal.
Tanpa disangka dirinya terlibat kesalah pahaman dengan seorang mahasiswa yang mengharuskan mereka untuk menikah.
bagaimana perjalanan kisah cinta dua insan beda usia tersebut? ikuti terus ceritaku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Fakta yang sesungguhnya
Syifa yang sejak tadi berbalas pesan mesra dengan Dion pun tampak terkejut dengan hadirnya wanita itu. Entah apa yang sedang ada di pikiran Rina saat ini. Namun Syifa mencium gelagat aneh diantara dua wanita ini. Hingga akhirnya Rina pun mulai bersuara.
"V-Vanya.." ucap Rina terbata.
"Kaget ya, kita ketemu. Ternyata selera kamu sudah beda ya, oh ya maklum lah sekarang jadi istrinya konglomerat jadi udah bisa menghambur-hamburkan uang." ucap wanita yang bernama Vanya itu sinis.
Rina tampak terdiam sembari mengepalkan jari-jari tangannya hingga kuku-kukunya memutih.
Syifa sebenarnya mulai khawatir melihat ibu mertua kesayangannya menjadi seperti itu. Namun sedetik kemudian Rina pun menimpali ucapan wanita itu.
"Ya mau gimana lagi? Mas Wira kasih aku uang. Ya buat apa kalau nggak dihambur-hamburkan? Anak-anak juga udah ada jatahnya sendiri-sendiri kan?" Rina tampak tersenyum santai meski dalam hatinya terasa campur aduk.
Sementara wanita itu tampak mulai tersulut amarahnya.
"hah, nggak Sarah nggak kamu sama saja ya. Eh lupa, kan kalian selevel, matre." ujar wanita itu mencibir.
Syifa yang sejak tadi diam pun mulai merasa kesal. Dia hendak menimpali ucapan wanita yang entah siapa itu namun dengan cepat Rina menggenggam tangan Syifa. Memberi isyarat untuk tetap diam.
"Vanya, terserah kamu menilaiku bagaimana. Tapi satu hal yang pasti bahwa perasaanku itu tulus kepada Mas Wira." ucap Rina dengan sorot tajamnya.
Baru kali ini Syifa melihat ibu mertuanya tampak marah. Padahal wanita itu selalu terlihat lembut dan periang. Bahkan Syifa berpikir bahwa Mama rina tidak bisa marah.
"Kamu jangan belagu ya Rina, kamu itu hanyalah pelampiasan Wira. Ingat siapa kamu yang masih kere dulu." ujar wanita itu bersungut-sungut.
Rina tampak menghela nafas kasar sebelum membalas ucapannya.
"Meskipun pelampiasan setidaknya aku menemani Mas Wira sampai lima belas tahun tuh. Dan hubungan kami baik-baik saja, beda ya dengan yang masih enam tahun sudah cerai." balasan Rina kali ini cukup menohok hingga membuat wanita itu semakin marah dan berjalan menghentak meninggalkan mereka.
Syifa yang menangkap pembicaraan mereka pun diam-diam mulai menyimpulkan. Apakah wanita itu berkaitan dengan masa lalu papa mertuanya.
"Syifa, maaf ya. Makan siang kita jadi terganggu." ucapan Mama Rina sontak membuyarkan lamunan Syifa.
"Eh, nggak apa-apa kok ma. Cuma heran aja kok ibu itu bisa-bisanya datang langsung melabrak mama. Mama nggak apa-apa kan?" tanya Syifa khawatir.
"Mama nggak apa-apa sayang. Dia memang seperti itu dari dulu tidak pernah berubah. Dia itu istri pertama Papanya Dion." ujar Mama Rina.
"Istri pertama? Bukan Mamanya Dion?" tanya Syifa terkejut.
"Bukan sayang, ceritanya panjang. Tapi mama akan tetap menceritakan semuanya supaya kamu juga mengerti. Bagaimanapun kamu adalah anggota keluarga kami." ujar Mama Rina sembari mengusap belakang kepala Syifa.
"Papa Wira dulu dijodohkan dengan Vanya, wanita itu. Papamu setuju saja namun ternyata diam-diam Vanya masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Papamu yang murka akhirnya ingin balas dendam dengan mencari wanita lain. Dan kebetulan saat itu Sarah, ibunya Dion menjadi sekretaris baru di kantor Papamu, kebetulan dia sahabat Mama juga. Awalnya papamu hanya iseng namun lama kelamaan mereka benar-benar saling jatuh cinta. Tak ingin hubungannya menjadi fitnah akhirnya Papamu diam-diam menikahi Sarah. Setelah berjalan setahun Sarah mengandung Dion. Vanya yang mengetahui hubungan mereka pun sangat marah hingga pertengkaran mereka berujung perceraian. Sejak saat itu Vanya seolah murka dan tak terima jika papamu menjalin hubungan dengan Sarah. Apalagi di pernikahan mereka memiliki seorang putra bernama Shaka, Vanya terus mendoktrin Shaka bahwa Dion adalah anak haram dan membuat kakak tiri Dion itu membencinya." ujar Rina panjang lebar.
"Lalu, bagaimana Mama bisa menikah dengan Papa? Jika katanya Mama adalah teman Mama Sarah?" tanya Syifa penasaran. Syifa dan Rina memang sudah akrab. Rina sendiri meminta Syifa mengatakan apapun tanpa sungkan.
"Lima tahun setelah melahirkan Dion, Sarah rupanya mengidap kanker otak stadium akhir. Dia menyembunyikan penyakitnya dari semua orang. Hingga tiba-tiba Sarah menitipkan Dion kepada Mama. Awalnya mama tidak mengerti ketika Sarah terus meminta Mama untuk datang ke rumahnya. Dia terus meminta Mama dekat dengan papanya Dion. Hingga akhirnya Mama tahu penyakit yang diderita Sarah, hati Mama terasa hancur." Rina berhenti sejenak untuk mengelap air matanya. Selalu sedih saat menceritakan tentang mendiang sahabatnya itu.
"Dan satu hal yang sangat membuat Mama tidak menyangka adalah ketika Sarah meminta Mama untuk menikah dengan Papanya Dion. Mama sebenarnya menolak keras permintaan konyol itu. Tapi ternyata Papanya Dion justru menyetujui hal tersebut. Kami menikah didepan Sarah yang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Meskipun mama tidak harus menjadi istri Mas Wira maka mama akan tetap menyayangi Dion sepenuh hati. Meski sampai saat ini Dion masih menganggap Mama merebut posisi Sarah" air mata Mama Rina tak terbendung lagi. Untung saja suasana restoran sedang sepi sehingga tak banyak yang memperhatikan mereka.
Syifa pun paham akan perasaan ibu mertuanya. Dia segera merengkuh tubuh wanita paruh baya itu ke dalam pelukannya.
"Kadang Mama takut, jika Dion terus membenci Mama. Ingin sekali mama jujur tentang hal ini namun Mama tidak punya keberanian. Mama takut mematahkan hati Dion sementara dia sudah merasakan duka yang mendalam." gumam Mama Rina.
"Ma, sudah ya. Jangan dipikirkan terus. Syifa pasti akan bantu Mama. Mama tenang aja ya jangan sedih, ada Syifa disini buat mama." ujar Syifa mencoba menenangkan ibu mertuanya.
"Terimakasih sayang, mama sangat beruntung memiliki menantu sepertimu nak, Mama merasa ada teman untuk berbagi." ujar Mama Rina lirih.
Sementara itu diam-diam seseorang memperhatikan obrolan mereka sejak tadi. Cukup lama dia menunggu situasi hingga akhirnya derap langkah itu berjalan mendekati Syifa dan Rina.
"Dion, sudah datang sayang?" Syifa yang melihat kedatangan suaminya langsung berdiri menyambutnya.
"Enggak, baru sampai kok." ujar Dion singkat sembari mengecup kening Syifa. Tanpa sungkan meski ada Mama Rina di depannya.
Wanita itu tampak tersenyum manis melihat kemesraan putranya.
"Ma, boleh kan Dion gabung makan siang di sini?" Rina sedikit terkejut ketika mendengar Dion berbicara cukup santai kepadanya. Karena biasanya Dion sangat kaku dan cuek terhadap Mama Rina.
Rina pun langsung menanggapi anggukan bahagia. Tak lupa dia memanggil waiters untuk segera melayani Dion.
Mereka bertiga menikmati makan siang dengan begitu hangat. Meski ada sedikit sembab di wajah Rina namun kehadiran Dion rupanya telah membawa keceriaan tersendiri.
Hingga akhirnya makan siang itu selesai mereka pun kembali ke rumah. Begitu juga dengan Dion sebab jam kuliahnya sudah selesai.
Dion ikut pulang membawa mobil sebab tadi Syifa yang menyetir mobilnya karena sopir sedang libur. Sementara motornya masih dibawa Nico.
"Motor kamu dibawa Nico lagi?" tanya Syifa kepada Dion yang sibuk menyetir mobil.
"Iya, biasa kalau lagi deketin cewek mesti pake motor dia. Biar keren katanya." ujar Dion.
"Ya biarin deh, kasian juga lihat dia jomblo terus." ujar Syifa sambil terkekeh.
Dion yang terbiasa Physical touch terhadap Syifa pun mulai menggenggam jemari lentik istrinya sambil menciuminya.
Syifa pun tersentak dengan tindakan Dion.
"Eh, ada Mama di belakang tuh." bisik Syifa. Namun tampaknya Dion tetap tak mengindahkan ucapan Syifa.
Sementara Mama Rina hanya bisa tersenyum geli melihat kebucinan putranya.
Mereka akhirnya sampai di kediaman orang tua Dion. Dua asisten langsung berjalan menghampiri mereka dan mengeluarkan barang-barang belanjaan di bagasi mobil. Syifa yang sudah ingin ke toilet berjalan lebih dahulu ke dalam.
Sementara Mama Rina yang hendak masuk ke dalam rumah tiba-tiba dicegah oleh Dion.
"Ma, Dion boleh bicara sebentar?" ucap Dion pelan.
Mama Rina pun mengangguk dan mengikuti Dion yang berjalan menuju taman samping rumah.
"Ada apa Dion? Ada masalah?" tanya Mama Rina.
Namun tak disangka Dion justru berhambur memeluk Mama Rina hingga membuat wanita itu terkejut.
"Ma, maafin Dion. Selama ini sudah berpikiran buruk kepada Mama." suara serak Dion menandakan bahwa pria itu tengah berusaha menahan tangisannya.
...****************...
Apakah di season2 Hana akan hamil thor...🤔🤔🤔
Lom lagi lo tau siapa yg udah lo jambak.
Kalok sampek lo tau siapa kakak tuh gadis???
Mampus lo...
Macem"sama keluarga papa Wira...
Ayo Mas Dion,Hamilin tuh bu Dosen /Facepalm//Facepalm/
Cusslah Gasskeun...💪💪💪💪💪
Jangan kasih kendor...
Hajar truss sampai gemporrr...😄😄😄