Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!”  Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER-26
“Pak, bisa dipercepat lagi nggak lajunya? Waktu saya mepet banget nih. Harus segera tiba di tempat saya bekerja karena ada meeting mendadak yang harus dilakukan,” bohong Cassia. Sengaja. Mengingat waktu yang sudah hampir satu jam ia habiskan karena tadi harus meladeni si tua bangka Ronal.
“Maaf, Nona, tidak bisa lagi. Karena ini sudah batas maksimal laju kendaraan yang bisa saya kendalikan,” sahut Pak Sopir. Tidak berani, karena memang sebelumnya ia tidak pernah kebut-kebutan seperti ini. Belum lagi ini di jalan raya, yang beraneka ragam penggunanya. Juga polisi yang kerap berjaga di beberapa titik tempa—membuat Sopir tersebut semakin enggan menuruti ke inginan penumpangnya.
Resikonya bukan hanya akan berurusan dengan polisi karena sudah tidak tertib saat berlalu-lintas. Tapi juga kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka juga nyawa melayang.
Cassia melihat ke arah arlojinya yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul sembilan pagi!
‘Aaaaaa … habislah aku. Kenapa juga tadi malam pakai nginap di rumah Ibu,’ batin Cassia meringis.
Driiinggg!
Ponsel Cassia bergetar. Lantas berdering melantunkan irama gitar yang sengaja di-stel Cassia sebagai ringtone-nya. Gadis itu meraba tas-nya. Meraih sebuah benda berbentuk pipih yang sudah menjadi kesehariannya. Ibarat bayangan, yang selalu ia bawa ke mana-mana. Seperti hari ini.
Dilihatnya di layar tersebut, sebuah nama terpampang nyata di sana. Baru Cassia buat dengan julukan Presdingin J! Sebesar gaban pada nama kontaknya. Pun Cassia menggeser icon berwarna hijau tersebut, sebelum akhirnya menempelkan gawai canggih miliknya itu ke daun telinga.
“I- iya, Tu,-” Lagi. Belum sempat Cassia menyelesaikan kalimatnya. Suara lantang Joel sudah menggema hingga di telinga!
“Di mana kau sekarang? Kenapa lama sekali? Apa kau tidak lihat jam? Rapat sudah dimulai.” Suara itu terdengar tenang, namun juga menekan. Membuat Cassia semakin terdesak.
Wanita cantik itu menarik napasnya, menghela perlahan. Berusaha mengontrol diri agar tetap tenang dalam menjawab pertanyaan Joel.
“M- maaf, Tuan… beberapa hal membuat saya jadi terlambat. Tapi anda tidak perlu khawatir, karena kini saya sudah sampai di depan perusahaan. Saya… akan segera naik ke atas untuk membawa dokumen yang anda perlukan.” Harapannya Joel bisa memahami. Setelah satu minggu bekerja sebagai sekretarisnya, baru kali ini Cassia telat.
Pun begitu kinerjanya selama jadi sekretaris Joel juga sangat cemerlang. Bisa diandalkan, selalu melebihi ekspektasi Joel. Membuat Cassia sangat percaya diri jika pria itu pasti mau memakluminya.
Joel bukan tipe atasan yang suka menindas. Setidaknya, hal tersebut yang bisa Cassia tangkap dalam bekerja selama beberapa hari ini dengannya. Sikapnya tegas, juga begitu tenang. Sama sekali tak arogan, seperti bayangan para presdir yang ia baca di manhwa.
“Baiklah… aku beri kau waktu dua menit. Jika belum sampai, maka jangan salahkan aku jika akan—”
Biip!
Terputus. Manik Cassia membeliak. Apa yang dikatakan pria itu tadi? Jika akan? Apa maksudnya?
‘Mungkinkah hukuman?’
Cassia tersentak. “Nggak… nggak boleh. Selama ini aku selalu menjadi pegawai teladan. Mana boleh sekarang dapat hukuman.” lirihnya.
Cassia kemudian gegas masuk ke dalam perusahaan, menuju lift. Waktu tinggal satu setengah menit lagi. Sementara lantai yang dituju Cassia berada di tingkat sepuluh. ‘Oooh… cepatlah sampai, aku nggak mau jika harus mendapatkan hukuman!’ batinnya sembari menggigit bibir.