NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di bawah langit malam

Jam sudah lewat tengah malam. Hening malam menyelimuti rumah kecil Valencia, hanya terdengar detak jarum jam dan suara serangga di luar jendela. Lampu ruang tamu masih menyala lembut, menerangi dua sosok yang duduk saling berhadapan—Evan dengan tablet di tangannya, dan Valencia yang masih terjaga.

"Om mau nginap?" tanya Valencia akhirnya, memecah keheningan. Suaranya pelan, tapi cukup untuk membuat Evan menoleh sejenak.

"Tentu saja, El," jawabnya tanpa melepas pandangannya dari layar. "Om nggak akan ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini."

Valencia mengangguk pelan, tanpa banyak bicara, ia beranjak menuju kamarnya, lalu keluar beberapa menit kemudian dengan membawa selimut dan dua bantal besar. Ia membentangkan selimut itu di lantai ruang tamu dengan teliti.

Evan menatanya heran. "Om mau di sofa aja, El."

"Nanti badan Om pegal," jawab Valencia cepat, sambil menata bantal.

Evan mengangkat alis, menatapnya dengan nada bercanda. "Kamu pikir Om udah jompo, apa?"

Valencia terkekeh kecil. "Bukan gitu Om, cuma kasihan aja kalau Om harus sempit-sempitan di sofa."

Evan menggeleng sambil tersenyum kecil lalu bangkit. "El..." panggilnya pelan.

"Iya, Om?"

"Om ada ide."

"Ide apa?" Valencia menatapnya dengan bingung.

Evan tak langsung jawab. Ia melangkah ke arah teras kamar Valencia, membuka pintu geser yang langsung menghadap langit malam. Udara dingin lembut menerpa wajah mereka. Bintang bertaburan di langit, berkilau di antara awan tipis. Evan mengambil bantal dan selimut, membawanya keluar.

“Mari ke sini. Duduk sama Om.”

Valencia menatapnya sejenak, lalu mengikuti. Ia duduk di samping Evan, membungkus diri dengan selimut tipis. “Kamu udah ngantuk, El?”

Valencia menggeleng. “Belum, Om. Kenapa?”

“Om mau ngobrol, sambil lihat bintang,” jawab Evan, suaranya tenang. “Bukan soal kerjaan atau kasus. Om cuma pengin ngobrol ringan aja.”

Valencia tersenyum. “Boleh, Om. El juga gak masuk kerja besok.”

Hening sebentar. Hanya suara deburan angin dan nyanyian malam.

Evan menatap langit, lalu berkata lirih, “Kamu tahu gak, El… ayah kamu dulu itu posesif banget sama kamu.”

Valencia tersenyum samar. “Iya Om. Nyebelin malah. Kadang ninggalin El berhari-hari tanpa kabar.”

Evan menoleh, matanya lembut tapi menyimpan sesuatu. “Om juga gak tahu dia ke mana waktu itu. Tapi kamu harus tahu satu hal… Ayah kamu itu kakak terbaik buat Om. Dan dia sayang banget sama kamu.”

Valencia terdiam, bibirnya bergetar. “Om tahu Ayah kemana waktu pergi?"

Evan menggeleng pelan. “Enggak. Tapi satu hal yang om tahu—waktu dia pergi, dia selalu pastiin kamu aman. Dia sampai sewa pengawal bayangan buat jagain kamu dari jauh.”

Mata Valencia membulat kecil. “Pengawal? Serius, Om?”

Evan mengangguk. “Iya, El. Dia bahkan gak peduli berapa biayanya. Yang penting kamu selamat.”

Air mata Valencia mulai menetes. Ia menatap langit, suaranya bergetar, “Ayah… El rindu.”

Evan menarik napas dalam, lalu merangkul bahunya lembut. “Ayah kamu pasti bangga lihat kamu sekarang, El.”

Valencia bersandar di bahunya, matanya mulai terpejam. “Makasih ya, Om…” suaranya nyaris tak terdengar.

Evan tersenyum kecil, memandangi wajah Valencia yang perlahan tertidur di pundaknya. “Kebiasaan… dia pikir aku bacain dongeng kali ya,” gumamnya pelan.

Wajah polos Valencia terlihat damai dalam tidur, bibirnya sedikit manyun seperti anak kecil. Evan terdiam beberapa detik, menatapnya tanpa berkedip. Ada kehangatan yang sulit dijelaskan.

Ia menunduk perlahan, mendekatkan wajahnya… dan tanpa sadar bibirnya menyentuh bibir Valencia dengan lembut.

Hanya sekejap.

Tapi cukup untuk membuat dada Evan bergemuruh tak karuan. Ia menarik diri perlahan, menatap wajah gadis itu sekali lagi, sebelum berbisik sangat pelan,

“Maaf, El…”

Lalu ia kembali menatap langit yang masih bertabur bintang, seolah mencoba menyembunyikan perasaannya sendiri di bawah cahaya malam yang tenang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!