NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제26장

Ha Young berdiri mematung di ujung gang, tubuhnya tersembunyi di balik bayangan pohon kecil yang tumbuh di pinggir pagar. Matanya masih tertuju pada sosok wanita itu ibunya yang kini tersenyum hangat sambil memeluk Ji Sang. Suara lembutnya, panggilan “putraku,” dan pelukan yang tulus membuat dada Ha Young terasa sesak. Ia ingin percaya bahwa ibunya masih menyimpan rindu yang sama. Tapi kenyataan di hadapannya berkata lain.

Langkahnya mulai bergerak pelan, menjauh dari rumah berpagar biru itu. Ia tak mengatakan apa-apa, tak memanggil, tak menyapa. Ia hanya pergi, membiarkan kerinduan itu tetap menjadi miliknya sendiri. Di balik masker dan kacamata hitam, air matanya mengalir diam-diam. Ia tahu, jika ia tetap berdiri di sana, hatinya bisa runtuh. Dan ia belum siap untuk itu.

Saat kembali ke mobil, Yeo Jin menoleh dan melihat wajah Ha Young yang tertunduk. Ia tak bertanya apa-apa, hanya membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Ha Young duduk diam, memeluk tasnya erat, dan menatap lurus ke depan. Hari ini, ia telah melihat ibunya. Tapi bukan sebagai anak yang dirindukan melainkan sebagai orang asing yang hanya bisa menyaksikan dari jauh.

Langit mulai gelap saat Ha Young tiba di rumahnya. Pintu rumah terbuka pelan. Ha Young melangkah masuk dengan wajah tertunduk, matanya sedikit sembab, dan langkahnya berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ajumma yang sedang menyapu ruang tengah segera menoleh, senyumnya sempat mengembang, namun langsung memudar saat melihat ekspresi Ha Young.

“nona Ha Young, kamu sudah pulang,” sapa ajumma lembut, namun tak mendapat balasan. Gadis itu hanya berjalan perlahan melewati ruang tengah, tanpa menoleh, tanpa sepatah kata pun. Ia langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan rapat, seolah ingin mengunci seluruh dunia di luar.

Ajumma menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah tangga. Di sana, CEO Jung berdiri diam, matanya mengikuti langkah putrinya yang baru saja menghilang di balik pintu. Wajahnya tampak tegang, penuh kekhawatiran yang tak ia sembunyikan. Ia melangkah turun perlahan, mendekati ajumma. “Apa yang terjadi padanya?” tanyanya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Ajumma hanya menggeleng pelan, tak tahu pasti. Tapi mereka berdua tahu ada sesuatu yang sedang mengganggu hati Ha Young, dan itu bukan hal kecil.

CEO Jung berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap langit malam yang mulai gelap. Wajah Ha Young saat pulang tadi masih terbayang jelas di benaknya mata sembab, langkah pelan, dan pintu kamar yang ditutup rapat tanpa sepatah kata. Ia tahu putrinya sedang tidak baik-baik saja. Tapi Ha Young selalu pandai menyembunyikan luka, bahkan dari ayahnya sendiri.

Ia meraih ponsel di meja, lalu menekan satu nomor yang sudah tersimpan lama. Tak butuh waktu lama, suara di seberang menjawab. “Ya, Tuan Jung.”

“Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Ha Young hari ini,” ucap CEO Jung dingin. “Kau mengikutinya, bukan?”

“Benar, Tuan. Hari ini dia pergi ke lokasi pemotretan, lalu menuju sebuah alamat di daerah Gangbuk. Ia turun di gang kecil, lalu berjalan ke sebuah rumah berpagar biru. Tapi... dia tidak masuk. Hanya berdiri di depan pagar. Lalu pergi.”

CEO Jung terdiam sejenak. “Ada siapa di rumah itu?”

“Seorang wanita paruh baya keluar dan menyambut seorang pria muda. Ha Young sempat melihat mereka, lalu pergi dengan wajah yang... saya rasa cukup terguncang.”

CEO Jung mengepalkan tangan di balik jasnya. Ia tahu alamat itu. Ia tahu siapa wanita itu. Dan kini, ia tahu bahwa Ha Young telah melihatnya. Ibunya...Ha Young telah melihat ibunya disana dengan Anak laki-lakinya.

CEO Jung duduk di ruang kerjanya, lampu meja menyala redup, menyisakan bayangan panjang di dinding. Wajah CEO Jung mengeras. Rahangnya mengatup, dan jemarinya mengetuk meja dengan irama pelan namun penuh tekanan. Ia tak berkata apa-apa selama beberapa saat, hanya menatap kosong ke arah jendela. Lalu, ia mengambil ponsel, menekan nomor yang tak tercatat di daftar resmi.

“Temui aku malam ini. Ada tempat yang perlu diberi pelajaran,” ucapnya datar. “Pastikan dia tahu... bahwa menyakiti putriku bukan tanpa konsekuensi.”

Tak ada nama yang disebut. Tak ada perintah eksplisit. Tapi nada suaranya cukup untuk membuat siapa pun yang mendengarnya tahu ini bukan sekadar amarah. Ini adalah peringatan. Dan bagi CEO Jung, rasa sakit yang dirasakan Ha Young... harus dibalas, dengan cara apa pun.

Keesokan paginya, berita kebakaran hebat di pasar Gangbuk menyebar cepat. Toko ikan milik Ibu Shin hangus dilalap api. Asap masih mengepul dari puing-puing bangunan yang kini tinggal rangka besi dan arang. Petugas pemadam kebakaran masih berjaga, sementara warga sekitar berkerumun, membicarakan kejadian yang terjadi dini hari tadi.

Di tengah kerumunan, Ibu Shin duduk di atas bangku plastik yang disediakan oleh salah satu tetangga. Wajahnya pucat, matanya kosong, dan tangannya gemetar memegang botol air mineral yang belum sempat ia buka. Ji Sang berdiri di sampingnya, menunduk, tak tahu harus berkata apa. Ia tahu ibunya sangat menyayangi toko itu satu-satunya sumber penghidupan mereka. Dan kini, semuanya lenyap dalam semalam.

Jae Wan tiba tak lama kemudian, mengenakan jaket gelap dan masker. Begitu melihat Ibu Shin, ia segera mendekat dan berjongkok di hadapannya. “Ibu shin, kami di sini. ibu tidak sendiri,” ucapnya pelan, penuh ketulusan. Ia meraih tangan Ibu Shin dan menggenggamnya erat.

Ibu Shin menatap Jae Wan dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa harus toko itu? Itu adalah toko peninggalan ayah Ji Sang satu-satunya” suaranya nyaris tak terdengar.

Jae Wan menatapnya dalam, lalu menoleh ke arah Ji Sang. “Kita akan cari tahu. Tapi untuk sekarang, yang penting ibu aman. Kita akan bantu bangkit lagi.” Ji Sang mengangguk pelan, meski hatinya masih dipenuhi tanda tanya. Ia tahu ini bukan kebakaran biasa. 

Di balik kepulan asap yang masih menggantung di udara, Jae Wan berdiri mematung, matanya menyapu kerumunan dengan waspada. Ia sedang menenangkan Ibu Shin, namun nalurinya sebagai polisi tak pernah benar-benar diam. Dan saat itulah, pandangannya menangkap sosok mencurigakan seorang pria mengenakan topi gelap dan pakaian hitam, berdiri agak jauh, menatap ke arah Ibu Shin dengan sorot mata yang terlalu hati-hati untuk sekadar penasaran.

Pria itu tampak seperti sedang menilai sesuatu, atau mungkin memastikan sesuatu. Tatapannya tidak seperti warga biasa yang hanya ingin tahu. Ada ketegangan di wajahnya, dan begitu ia menyadari bahwa Jae Wan memperhatikannya, pria itu segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan lokasi kebakaran, menghilang di antara lorong pasar yang mulai sepi.

Jae Wan tidak mengejarnya. Ia tahu, jika pria itu memang terlibat, akan ada jejak lain yang bisa ia ikuti. Tapi satu hal yang pasti kebakaran ini bukan sekadar kecelakaan. Ada sesuatu yang lebih gelap di balik api yang membakar toko ikan itu. Dan Jae Wan bertekad untuk mencari tahu siapa yang ingin menyakiti Ibu Shin... dan kenapa.

Jae Wan berdiri di depan puing-puing toko ikan yang kini tinggal abu dan rangka besi. Ia mengenakan sarung tangan tipis dan masker, bukan hanya untuk melindungi diri dari sisa asap, tapi juga untuk menjaga fokusnya. Ia bukan sekadar teman keluarga hari ini ia kembali menjadi penyelidik.

Ia memotret sisa-sisa bangunan, memperhatikan pola hangus di dinding, titik awal api, dan arah penyebarannya. “Terlalu rapi untuk kebakaran biasa,” gumamnya pelan. Ia mencatat bahwa api tampaknya dimulai dari bagian belakang toko, bukan dari dapur atau area penyimpanan es seperti yang biasa terjadi pada toko ikan.

Kemudian ia bertanya pada petugas pemadam yang masih berjaga. “Ada bau bahan bakar? Atau sisa benda asing?”

Petugas itu mengangguk. “Kami menemukan sisa kain yang tampaknya disiram cairan mudah terbakar. Tapi belum bisa dipastikan. Tim forensik baru akan datang sore ini.”

Jae Wan mencatat semuanya. Tapi yang paling mengganggunya adalah pria berpakaian hitam yang ia lihat kemarin tatapan penuh perhitungan, langkah cepat saat menyadari dirinya diperhatikan. Ia membuka ponselnya dan mulai menelusuri rekaman CCTV dari toko-toko sekitar. Ia tahu, jika pria itu memang terlibat, jejaknya pasti tertinggal. Dan di dalam dirinya, satu nama mulai muncul di benaknya, CEO Jung. 

Sore itu, Jae Wan duduk di ruang kecil milik salah satu pemilik toko kelontong di pasar Gangbuk. Di depannya, layar monitor menampilkan rekaman CCTV dari malam sebelumnya. Ia telah meminta izin untuk meninjau rekaman dari kamera yang menghadap ke arah gang belakang pasar area yang jarang dilalui, namun cukup dekat dengan toko ikan milik Ibu Shin.

“Ini rekaman dari pukul dua pagi,” ujar pemilik toko sambil menunjuk layar.

Jae Wan memperhatikan dengan seksama. Beberapa menit berlalu tanpa aktivitas berarti, hingga akhirnya... sosok pria berpakaian hitam muncul di sudut layar. Ia mengenakan topi, masker, dan membawa sesuatu di tangannya seperti kantong plastik besar. Gerakannya cepat namun terukur. Ia berhenti sejenak di belakang toko ikan, lalu menghilang dari sudut pandang kamera.

Jae Wan menegakkan tubuhnya. “Putar ulang bagian itu. Perbesar jika bisa.”

Pemilik toko menurut. Kali ini, Jae Wan memperhatikan detail gerakan pria itu cara ia menoleh, langkahnya yang tidak gugup, dan posisi tubuhnya yang seolah sudah tahu ke mana harus pergi. “Ini bukan orang yang kebetulan lewat,” gumam Jae Wan. “Dia tahu apa yang dia lakukan.”

Ia mencatat waktu dan ciri-ciri fisik yang bisa dikenali. Meski wajah pria itu tertutup, postur tubuh dan gerakannya cukup khas. Dan yang paling mengganggunya pria itu mirip dengan sosok yang ia lihat pagi tadi, berdiri di kerumunan, menatap Ibu Shin dengan sorot mata penuh perhitungan.

Jae Wan berdiri, mengucapkan terima kasih, lalu keluar dari toko dengan langkah cepat. Di dalam benaknya, satu hal kini semakin jelas: kebakaran itu bukan kecelakaan.

Setelah mendapatkan rekaman CCTV yang memperlihatkan pria mencurigakan di belakang toko ikan, Jae Wan kembali ke kantornya dengan pikiran yang tak tenang. Ia membuka laptop, menyambungkan rekaman ke sistem identifikasi internal kepolisian. Ia tahu, meski wajah pria itu tertutup, gerak tubuh dan postur bisa menjadi petunjuk.

Ia mengaktifkan fitur pelacakan gerak dan mulai mencocokkan dengan data pelaku kriminal yang pernah terlibat dalam kasus pembakaran atau intimidasi. Beberapa nama muncul, tapi tak satu pun yang cocok sepenuhnya. Namun satu pola menarik perhatiannya beberapa dari mereka pernah bekerja sebagai “penagih utang” atau “pengintimidasi bayaran” untuk perusahaan besar.

Jae Wan menyipitkan mata. Ia membuka data perusahaan yang punya riwayat menggunakan jasa semacam itu. Salah satu nama yang muncul: Geumseong Group.

Ia tak langsung menyimpulkan. Tapi benang-benang mulai terhubung. Ia membuka ponsel dan menghubungi seorang rekan lama di unit intelijen. “Aku butuh bantuan. Cari tahu apakah ada transaksi atau pergerakan orang bayaran yang terkait dengan Geumseong dalam seminggu terakhir. Fokus di area Gangbuk.”

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!