Sarah

Rahmat dan Dewi hanya terdiam tak bisa berkata lagi setelah mendengar cerita dari ibunya Ulfa mereka hanya menatap jauh keadaan Ulfa sekarang yang seperti manusia kehilangan jiwanya . perlahan Dewi berjalan dari tempat duduknya mendekati Ulfa yang sedang terbaring di ranjang dengan tali infus yang melekat di tangannya .

"Ulfa perkenalkan aku Dewi ,aku anak yang juga bersekolah di tempat mu.aku Kaka kelas mu di sekolah, walaupun kita tak terlalu saling mengenal ku harap kita bisa menjadi teman.aku dan ustadz Rahmat berusaha membantu mu ku harap kau bisa bekerja sama mengungkap kejahatan ini dan bisa menerima ke adilan untuk mu"ucap Dewi yang kini duduk di samping ranjang ulfa.tapi Ulfa tetap mengabaikan kehadiran Dewi di sana .

"Ulfa aku ingin bertanya apa kau ingat siapa pelaku yang melukai mu?"ujar Dewi perlahan mengajak Ulfa untuk berbicara.

tapi apa lah di kata Ulfa tak mengeluarkan kata sepatahpun hanya buliran bening yang kini membasahi wajahnya dengan tatapan dalam mengisyaratkan arti sakit yang teramat dalam.

"apa orang yang menyakiti mu kita semua mengenalnya?"tanyanya lagi ,Dewi berharap ada kata yang di ucapkan oleh Ulfa sehingga bisa menjadi petunjuk siapa pelaku yang sebenarnya.

bukannya menjawab pertanyaan Dewi Ulfa malah bereaksi mengamuk sampai-sampai ia mencabut selang infus yang ada di tangannya sendiri, seketika aliran merah membasahi tangan ulfa.melihat reaksi Ulfa yang mengamuk Dewi dan Rahmat tersentak kaget mereka tak menyangka Ulfa akan bertindak seperti itu pada dirinya sendiri. Melihat anaknya yang tak terkendali ibunya Ulfa langsung mendekati untuk menenangkan dan tak lupa ia langsung menekan tombol darurat sehingga para perawat dan dokter segera datang ke kamar ini.

Dewi yang kini berdiri sedikit menjauh dari ranjang itu karena para petugas medis sudah datang hanya terdiam,rasa takut dan cemas kini bersarang di hatinya,ia merasa bersalah karena telah menanyakan hal itu pada Ulfa ia takut akan terjadi hal buruk pada anak itu.

melihat Dewi yang panik seperti ketakutan Rahmat segera datang menghampirinya untuk menenangkannya.

"kau tenang, semua akan baik-baik saja"ujar Rahmat yang berdiri di samping Dewi .

mendengar perkataan Rahmat Dewi hanya menoleh pada sosok lelaki yang ada di sampingnya itu, yang kini sedang fokus melihat Ulfa yang di tangani oleh para medis.

melihat ruangan putrinya yang sudah ramai didatangi oleh perawat ia langsung berlari mendekati mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi.

kini pak sandi melihat putrinya yang sudah tampak tenang di pelukan istri nya dan para dokter kini sudah mulai pergi menjauhi ruang itu,ada rasa lega di hati ternyata anaknya baik-baik saja saat ini.setelah semuanya sepi pak sandi segera menghampiri istrinya yang duduk di samping ranjang.

"ada apa Bun ?"tanyanya pada istrinya yang biasa di sapa bunda di keluarganya.

wanita paruh baya itu hanya menghela nafas berat "tadi Ulfa mengamuk lagi!!"ujarnya.

"maafkan aku pak!! aku tidak bermaksud_"potong Dewi melihat kedatangan ayah Ulfa di ruangan itu,ia cemas jika ayah Ulfa aka menyalahkannya atas kejadian tadi dan akan memarahinya.

pak sandi langsung menoleh mendengar ucapannya yang di potong oleh seorang anak yang berdiri menatap sedih dan ketakutan.

"tidak masalah !!kamu tak perlu khawatir nak."ucap pak sandi yang menenangkan Dewi yang terlihat masih pucat atas kejadian tadi.

ada rasa lega di hati Dewi ternyata ayah Ulfa tak memarahinya.

"assalamualaikum pak"ujar Rahmat memecah ketegangan suasana di ruangan itu.

"walaikumsalam,oh ya silahkan duduk."ujar pak sandi yang juga ikut duduk di sofa bersama Rahmat dan dewi.pak sandi yang sedari tadi melihat ke arah Dewi ,ia mengenali siapa Dewi .jadi ia tak penasaran atas ke datang Dewi ke sini karena sebelumnya ia pernah bertemu dengannya ketika di sekolah.

"baiklah,ada hal apa yang membuat kalian datang langsung ke sini??"tanyanya.

"begini pak_"Rahmat menjelaskan semua tujuan mereka datang ke sini pada pak sandi dan apa yang terjadi tadi sebelum pak sandi datang.

"begini nak.kami sudah melaporkan ini semua kepada yang berwajib tapi penyelidikan ini terasa begitu sulit karena anak kami sendiri yang belum bisa memberi keterangan sebagai korban dan juga sekaligus saksi dalam kasus ini.kami juga ingin pelaku yang menyakiti anak kami mendapat imbalan yang setimpal tapi kami juga tak bisa memaksakan mental anak kami !!"ujarnya panjang lebar menjelaskan kronologi kejadian dan tindakan apa yang akan mereka lakukan.

"kami juga turut prihatin atas kejadian yang menimpa keluarga bapak!!"ujar Rahmat yang dengan sedih mendengar kejadian ini.

"kami akan berusaha fokus untuk menenangkan anak kami dulu, mungkin membawa nya ke psikiater.dan setelah ia tenang lalu ia bisa berbicara .kami akan mengambil langkah apa saja yang akan kami lakukan.!!"ujar pak sandi dengan tenang.ia tau kasus ini tak akan mudah karena orang yang di hadapinya bukan lah orang biasa yang bisa ia jatuhkan kapan saja , sebagai pebisnis ia tau betul bagaimana sepak terjang pondok pesantren yang di tinggali putrinya itu .jadi ia juga harus berhati-hati dalam mengambil langkah ia tak mau anaknya akan menjadi korban yang kedua kalinya.

setelah berbicara dengan keluarga Ulfa secara langsung Rahmat dan Dewi berpamitan untuk pergi meninggalkan tempat itu.tak lupa mereka kembali ke ruangan tempat Satrio datangi tadi .

mereka kembali mengintip melihat apa Satrio masih ada di sana atau tidak . setelah melihat ternyata Satrio sudah pergi.tanpa membuang waktu Dewi langsung masuk di susul oleh Rahmat, anak yang ingin mereka temui sedang duduk di tepi ranjang membaca sebuah buku.

melihat dua orang asing itu datang ,Nara sedikit terkejut "kalian siapa?"

mendengar pertanyaan anak itu Rahmat dan Dewi juga ikut bingung untuk menjawabnya.

"kami teman mas mu yang datang tadi!!"ucap Rahmat yang kebingungan harus menjawab apa.

"oh temannya mas Satrio!!"ujar sambil tersenyum.

"ia , maaf kalo boleh tau namamu siapa?"tanya Dewi dengan hati-hati.

"namaku Nara !!"

"kami tadi melihat mas mu masuk ke sini,tapi karena ada urusan jadi kami pergi dulu dan kembali lagi ke sini!!"ujar Dewi menjelaskan.

"ohhh.. begitu!! soalnya aku bingung karena tak pernah ada orang yang datang ke sini kecuali mas dan mbak.!!"ucapnya yang tersenyum lalu melihat buku baru yang sedang ia baca.

"mbak mu siapa?"ceplos Dewi.

"mbak Nurul istrinya mas Satrio!!"jawabnya spontan.

"Nurul!!"jawab mereka serentak.rahmat dan Dewi kini saling menatap mereka tak menyangka ternyata anak ini adalah adiknya nurul.seketika Rahmat teringat kalau Satrio pernah menyebut keluarga yang di miliki satu-satunya ketika bertengkar dengan wanita yang bernama Nurul itu di dalam rumah mereka waktu itu.

ia tak menyangka ternyata adik dari Nurul ini sedang mengidap penyakit berat, mereka tak mau banyak bertanya yang aneh takutnya akan menyakiti perasaan anak ini apa lagi melihat kondisi anak ini sekarang.

Mereka berdua berjalan pergi menyusuri lorong rumah sakit menuju parkiran karena di rasa sudah cukup untuk hari ini mereka harus segera kembali kerena perjalanan mereka tempuh cukup jauh.

"ustadz tunggu sebentar"ucap Dewi yang berjalan sedikit tertinggal.mendengar suara Dewi Rahmat menoleh , teryata Dewi sedang memakai maskernya.

"kenapa kau pakai masker?"tanya Rahmat yang melihat Dewi sedang merapikan masker anti debu di wajahnya.

"hari sudah terik!!aku takut kulit ku terbakar"jawabnya tanpa menghiraukan Rahmat yang kini sedang menunggunya. Rahmat hanya tersenyum melihat Dewi yang berjalan di sampingnya yang sudah memakai masker berwarna hitam senada dengan jilbabnya yang di kenakannya.

"Rahmat!!"ucapnya, seorang lelaki yang ada di dalam mobil sedan warna hitam yang masih terparkir di halaman rumah sakit itu yang tak lain adalah Satrio,kini melihat kepergian Rahmat bersama wanita yang di boncengnya meninggal rumah sakit itu.