Lanjutan Novel Menikahi Tuan Muda Yang Kejam
Di sarankan agar membaca Novel pertama yang berjudul "Menikahi Tuan Muda Yang Kejam" dulu.
Hidup Sean benar benar berubah ketika seorang gadis misterius bernama Viana mendatanginya dan meminta pertanggung jawabannya atas apa yang dilakukan Sean padanya saat mabuk.
Sean terpaksa menikahinya karena Viana mengancam akan menyebarluaskan foto saat mereka tidur bersama di sebuah hotel.
Sean akhirnya menikahi Viana dan menemukan dirinya kalah kuat dari Viana yang ternyata jago bela diri sehingga ia semakin membenci Viana.
Namun, pada akhirnya Sean mengetahui sebuah rahasia yang disimpan rapat oleh Viana yang ternyata menjebaknya demi untuk melindunginya.
Bagaimana kah kisah mereka?
IG : yenitawati24
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesedihan
"Vi" Ucap Sean yang kini sudah berada di depan Viana. Dia melihat ke arah Viana dengan tatapan kasihan.
Viana masih menunduk bersedih.
Sean merasa semakin kasihan melihatnya.
"Sean "Ucap Viana dengan suara bergetar dan mata berkaca kaca.
"Vi, maafkan kata kata Oma tadi ya" Kata Sean yang seakan merasa bersalah dengan kata kata kasar Oma Laura tadi
"Aku tidak pernah ingin merebut hartamu Sean" Kata Viana yang kini air matanya kembali mengalir.
Sean mengambil sapu tangan dan menghapus air mata Viana.
Viana sangat tersentuh dengan perlakuan Sean. Ternyata Sean mempunyai sisi lembut juga. Kekejamannya sampai tak terlihat di dirinya.
Viana menatap ke arah Sean. Sorot matanya menunjukkan cinta yang amat dalam.
"Sean apa aku sehina itu" Kata Viana lagi
"Vi, lupakan lah kejadian tadi. Aku tau hatimu sangat sakit mendengar kata kata Oma. Tapi kau harus kuat Vi. Mungkin sekarang Oma sedang merasa sangat bersedih setelah Grandma Diani meninggal makanya kau yang jadi sasarannya" Kata Sean
"Aku tau aku memang pantas mendapat perlakuan ini. Aku memang wanita yang miskin dan tidak pantas menjadi istrimu" Kata Viana
"Vi, aku tau kau wanita yang kuat. Jangan pernah menyerah hanya karena kata kata Oma tadi" Kata Sean yang kini mengusap punggung Viana
"Terima kasih Sean" Kata Viana yang langsung memeluk Sean.
Sean awalnya terkejut karena Viana memeluknya tiba tiba.
Namun menolak pelukannya akan lebih menyakiti hatinya.
Dengan perlahan Sean mengangkat tangan kanannya dan mengelus kepala Viana secara lembut.
Ada perasaan aneh yang dia rasakan. Entah kenapa sekarang hatinya jadi ikut sedih.
Setelah Viana sudah mulai tenang, Sean mengajaknya keluar dan menemui keluarganya yang masih duduk di ruang keluarga.
"Vi" Alya yang melihat kedatangan Viana langsung memeluknya
"Maafkan Oma ya Vi. Mama yakin Oma tidak benar benar mengatakannya. Kamu yang sabar ya" Kata Alya sambil terus mengelus kepala menantunya itu
"Iya Ma, Vi mengerti" Kata Viana yang kini mencoba memaksakan senyuman.
"Ya sudah, kamu dan Sean istirahat dulu di kamar" Kata Alya
"Iya Ma" Kata Viana.
Sean mengangguk dan membawa Viana ke kamar mereka di lantai dua. Sedangkan kamar Oma Laura di lantai 3 jadi akan aman bagi Viana untuk tidak bertemu Oma dulu.
Viana memandang keluar jendela.
Pemandangan yang sangat bagus dan memanjakan mata.
Ini adalah negara kedua yang dia kunjungi setelah Prancis.
Sean mencoba membuka percakapan.
"Pemandangannya indah ya"
"Sangat Indah" Kata Viana
Hening...
"Sean, apakah Alm Grandma Diani sangat baik? Aku melihat Mama begitu sedih dan kehilangan" Kata Viana
"Walaupun Mama cuma cucu menantu, tapi kasih sayang Grandma lebih besar padanya dari pada Papa dan Om Dirga. Mama pernah bercerita kalau dulu Papa paling sering di jewer sama Grandma setiap kesalahan kecil yang Papa buat pada Mama" Kata Sean
"Oh ya?" Tanya Viana
"Iya, Grandma itu sangat menyayangi Mama. Setiap bertemu, Dia selalu saja bersikap lembut kepada Mama. Sedangkan kepada Papa Grandma sangat ketus" Kata Sean
"Mama orang yang sangat baik. Mama pantas mendapatkan perlakuan lembut dari siapapun" Kata Viana tersenyum
"Apa kau mau tau bagaimana awal mereka bertemu?" Tawar Sean
"Bagaimana?" Tanya Viana penasaran
"Dulu Grandma tidak menyukai Mama karena latar belakang Mama yang dulunya hampir sama denganmu. Tapi seiring berjalannya waktu, hati Grandma luluh dengan sikap baik dan lembut Mama padanya" Kata Sean
"Apakah jika aku bersikap baik dan lembut Oma akan menyukaiku?" Tanya Viana meminta kepastian
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini" Kata Sean meyakinkan
"Apakah kamu akan bersikap baik juga padaku jika aku bersikap lembut?" Tanya Viana
"Apa maksudmu? Selama ini kan aku bersikap baik. Malah kau yang bersikap kasar kepadaku. Kau bahkan memelintir tanganku" Kata Sean mulai mengungkit kesalahan Viana
"Apa? Itu bukan kejahatan. Itu namanya membela diri" Kata Viana
"Tetap saja kau sudah bersikap kasar padaku" Balas Sean yang benar benar tidak mau kalah
"Tidak, kamu saja yang kalah dariku" Kata Viana
"Lihat saja, saat kembali dari sini aku akan berlatih lagi dan mengalahkanmu" Kata Sean menantang Viana
"Coba saja. Kita akan lihat nanti siapa yang menang" Kata Viana
"Kau berisik, aku mau mandi jangan mengintip" Kata Sean yang mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.
Siapa juga yang mau mengintipmu Tuan Muda. Kamu terlalu percaya diri. Gerutu Viana dalam hati
Perasaan Viana sudah jauh lebih baik. Dia seakan merasa mendapat sisi lain dari Sean laki laki yang sangat di cintainya.
Pada malam harinya..
Semua berkumpul untuk makan malam.
Sepanjang makan Oma Laura terus memperhatikan Viana hanya untuk sekedar mencari kesalahannya. Viana terlihat kesulitan memotong steak di piringnya.
"Kalau kamu tidak bisa makan menggunakan pisau dan garpu pakai tangan saja. Orang sepertimu kan tidak terbiasa makan dengan itu" Kata Oma Laura
Sean menoleh ke arah Viana. Dia mengajari Viana cara makan dengan pisau dan garpu.
"Begini lah jika orang miskin pergi ke istana. Benar benar bikin malu" Kata Oma Laura menatap sinis ke arah Viana
Viana hanya menunduk saja. Dia benar benar merasa malu.
"Mam, sudah lah. Jangan begitu" Kata Rangga mencoba mendiamkan Oma Laura
"Kamu terus saja membelanya. Membuat Mami tidak selera makan" Mami meninggalkan ruang makan dan pergi ke atas
Viana terus menunduk sedih.
Kuat kuat, aku harus kuat. Aku tidak boleh cengeng begini. Seperti kata Sean. Aku harus sabar
"Vi, maafkan Oma ya" Kata Opa Erlangga yang memahami betul sifat istrinya
"Iya Opa tidak apa apa" Viana mencoba tersenyum
Sean tersenyum menatap Viana yang sepertinya mendengarkan ucapannya di kamar tadi.
Mereka melanjutkan makan malamnya hingga selesai. Sedangkan makanan Oma Laura di antar pelayan ke kamarnya.
Di kamar...
"Sean aku akan tidur di sofa saja" Kata Viana
"Kau mau membuat Mama memergoki kita?" Tanya Sean
"Sean apa maksudmu? Apa Mama akan masuk kesini saat kita tidur?" Tanya Viana
"Lebih buruk dari itu" Kata Sean
"Apanya yang buruk?" Tanya Viana
"Dikamar ini ada CCTVnya" Kata Sean
"Apa? CCTV? Bagaimana mungkin ada CCTV di kamar yang di isi oleh suami istri" Viana tidak habis pikir dengan semua ini.
CCTV di dalam kamar adalah hal yang menurutnya sangat aneh.
"Tidak aku hanya bercanda" Kata Sean dengan wajah datarnya.
"Ha?" Viana masih belum percaya
"Aku hanya ingin melihatmu kesal itu saja" Kata Sean yang langsung menjatuhkan badannya ke ranjang. Dia sama sekali tidak merasa bersalah.
Viana masih melongo. Bahkan di luar kantor pun Sean masih ingin mengerjainya.
Viana mengambil selimut dan bantal lalu menuju sofa.
Dia hendak berbaring namun suara langkah kaki di luar pintu menggetkannya.
Viana langsung melempar selimut dan bantalnya ke arah Sean.
Sean terkejut dan menatap kesal ke arah Viana.
"Apa yang kau lakukan bodoh" Kata Sean
"Seaaaan" Suara Alya terdengar dari luar pintu
"Mama" Sean segera meletakkan bantal dan selimut yang di lempar Viana tadi ke sampingnya dan pura pura tidur.
Viana membukakan pintu.
"Ada apa Ma?" Tanya Viana yang berusaha menutupi kegugupannya
"Vi, ini Hp Sean ketinggalan di bawah" Kata Alya menyerahkan Hp Sean
"Terima kasih Ma. Maaf ya Ma jadi merepotkan" Kata Viana
"Tidak apa apa Vi. Ya sudah kamu istirahat ya" Kata Alya yang kemudian melangkahkan kakinya ke lift dan segera turun
Viana menghembuskan nafas lega.
Dia kembali menutup pintu dan meletakkan Hp Sean di atas meja.
"Mama sudah pergi?" Tanya Sean
Viana mengangguk.
"Apa kau masih mau tidur di sofa?" Tanya Sean
Viana menggeleng dan segera tidur di samping Sean.
Sean hanya tersenyum mengetahui betapa bodohnya Viana yang masih mengira bahwa Alya akan memantau mereka di kondisi seperti ini.
Yang dia tau, Mamanya masih bersedih sepeninggal Grandma dan mungkin sekarang sedang bercerita sedih dengan Papanya.
kayak artis ME yang nolak ditembak cowok alesannya karena beda agama, padahal habis itu dia pacaran sm salah satu selebgram dan itu beda agama, jujur aku ga respek sih kayak kenapa pas ditembak sm HV di nolak sedangkan sm FF dia terima brati kan bukan karena beda agama nya tp karena dasar nya gasuka, gausah bawa2 agama kalo gt