NovelToon NovelToon
Hate Is Love

Hate Is Love

Status: tamat
Genre:Romansa / Tamat
Popularitas:6.2M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.

Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.

Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.

"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.

"Dasar tukang ngomel!"

"Apa kamu bilang?"

"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uji Nyali

“Dip.. uji coba yuk.”

“Ogah.”

“Dipa.. lo ngga sayang ama kakak sendiri.”

“Wani piro?”

“Tar gue tambahin uang saku lo.”

“Deal!! Mau uji coba di mana?”

“Di rumah kosong yang dekat pos satpam.”

“Wokeh.”

Keduanya kemudian berjalan keluar dari rumah. Mereka menuju rumah kosong yang letaknya hanya berbeda sekitar lima rumah saja dari kediaman Cakra. Rumah tersebut sudah kosong selama lima tahun. Stella yakin akan banyak menemukan makhluk astral di sana.

Setelah lima menit berjalan, akhirnya mereka tiba di depan rumah kosong tersebut. Keadaan rumah sangat gelap dan tidak terawat. Ilalang setinggi dada orang dewasa memenuhi halaman rumah. Beberapa kacanya juga ada yang pecah. Stella melihat pada salah satu jendela di lantai atas yang kacanya pecah. Dia tidak menemukan apa-apa di sana. Kemudian pandangannya menyapu keadaan rumah dari kanan ke kiri.

Stella terkesiap saat melihat ke pagar, ada anak kecil dengan kepala botak memandang ke arahnya sambil kedua tangan berpegangan pada pagar. Refleks gadis itu memegang tangan Dipa sambil memejamkan mata. Perlahan dia membuka matanya dan melihat ke sana lagi, namun makhluk itu sudah tidak ada.

“Whoaaa… berhasil.. lo jadi satpam gue sekarang.”

“Asal bayarannya oke.”

“Dasar matre!” Stella menoyor kepala adiknya itu.

“Kalian ngapain di situ?”

Kompak Stella dan Dipa membalikkan badannya. Terlihat Arya turun dari mobilnya. Dia keluar kemudian menghampiri adik sepupunya. Arya adalah anak sulung dari Aric dan Naya.

“Lagi uji nyali, bang,” jawab Dipa.

“Uji nyali?”

“Huum. Abang mau ke rumah kan? Nebeng yo,” ujar Dipa.

“Ayo.”

Baru saja Stella akan melangkah ketika dari arah sampingnya muncul penampakan hantu wanita dengan rambut panjang dan wajah bersimbah darah. Stella spontan menjerit lalu memeluk Arya. Tak lama dia membuka matanya dan mendapati makhluk tersebut sudah tidak ada. Stella mendongakkan kepalanya kemudian tersenyum pada kakak sepupunya yang hanya berbeda sebulan.

“Arya.. hehehe.. lo jadi satpam gue juga ya.”

🍁🍁🍁

“Dipa..”

“Apaan sih. Dari tadi ngintilin mulu.”

Sejak habis makan malam, Stella memang terus mengikuti adiknya itu. Ke kamar, ke ruang tengah, kembali ke kamar lanjut ke teras. Hanya ke kamar mandi saja, gadis itu tidak ikut. Dipa sampai berdiam di sana selama setengah jam.

“Dipa.. temenin gue tidur.”

“Ogah.. udah gede juga, tidur sendiri.”

“Takut.. sekali ini aja temenin gue. Lo mah kebangetan jadi adek. Tau kakaknya ketakutan cuek aja kaya bebek.”

“Ya udah.. ya udah, gue tidur di kamar lo.”

“Nah gitu dong.”

Stella tersenyum senang mendengar keputusan adiknya. Dia memegang kedua pipi sang adik kemudian menggerak-gerakkannya ke atas dan bawah.

“Apaan sih.. kaga jadi nih.”

“Iya.. iya.. ambekan lo, mah.”

Sambil memeluk lengan Dipa, Stella masuk ke dalam kamarnya. Dipa langsung naik ke atas kasur dan merebahkan diri di sana. Stella ikut naik lalu berbaring di sebelah Dipa. Posisinya telentang dengan mata memandang ke langit-langit kamar.

“Sejak gue bisa lihat hantu, total ada ada tujuh hantu yang udah gue lihat.”

“Yang mana yang paling serem?”

“Yang di lift rumah sakit sama di rumah kosong.”

“Emang kaya gimana bentuknya?”

“Cewek rambut panjang. Kaya kunti gitu, mukanya serem banget.”

“Kata eyang, lo ngga boleh takut. Mereka ngga akan nyakitin elo, cuma gangguin elo doang.”

“Pengennya sih gitu. Tapi mukanya serem-serem gimana gue ngga takut.”

“Iya juga sih.”

“Yang lebih serem, mereka bisa gue ajak ngomong.”

“Serius? Lo bisa komunikasi sama mereka?”

“Huum..”

Stella kemudian menceritakan kejadian di kamar perawatan, di mana dirinya mengobrol dengan dua orang suster yang ternyata masuk dalam golongan makhluk astral. Begitu juga dengan pasien yang dia temui di rooftop rumah sakit. Mengingat itu, Stella kembali bergidik.

“Lo bisa komunikasi sama mereka bukannya nanya nomer togel yang keluar. Kan lumayan kalau dikasih tau. Lo jual tuh nomer ke yang biasa pasang togel. Minta persenan, ngga usah banyak-banyak 20% aja. Kalo dia dapet 10 juta, mayan dapet 2 juta. Ada 10 orang lo udah dapet komisi 20 juta kali sebulan berapa coba. Kalah papa Ken gajinya sama elo, hahaha…”

“Dasar kampret..” Stella menoyor kepala adiknya yang bicara melantur.

“Kalo gue jadi elo, gue bakalan manfaatin tuh jin. Mayan buat nambah uang saku. Ck.. mungkin itu ya yang bikin bukan gue yang bisa lihat mereka.”

“Hooh.. yang ada mereka auo ngumpet kalo lihat elo. Dijadiin sapi perah sama elo huahahaha…”

Tawa kedua kakak beradik itu terdengar. Setidaknya mendengarkan ucapan Dipa, bisa membuatnya melupakan ketakutan yang ada. Tak lama gadis itu menguap, rasa kantuk mulai melanda.

“Udah ah… gue ngantuk.”

Stella membalikkan tubuhnya, kini posisinya berhadapan dengan Dipa. Mata gadis itu terpejam, sedang Dipa masih belum tidur. Merasakan pergerakan Dipa, Stella kembali membuka matanya. Dia terlonjak saat melihat Dipa memasang wajah menyeramkan. Dia mengeluarkan gigi dan lidahnya dan matanya juga dibuat melotot.

“Aaaaaaa!!!”

“Hahahaha…”

BUGH

BUGH

BUGH

Dengan kesal Stella memukuli tubuh adiknya dengan bantal. Cakra, Sekar, Anya dan Irvin yang mendengar teriakan Stella bergegas naik ke atas kemudian menuju kamar gadis itu.

“Kenapa sayang?” tanya Irvin panik.

“Papi… Dipa tuh nakutin.”

“Dipaaa,” geram Anya.

“Hahaha… becanda mi.. lagian dia penakut banget, hahaha.. ampun kak.. ampun…”

Stella masih memukuli adiknya itu dengan bantal. Dipa segera turun dari kasur demi menghindari amukan Stella. Dia bersembunyi di belakang punggung maminya. Wajah Stella nampak kesal, sambil memajukan bibirnya di terduduk di atas kasur.

“Sudah.. sudah.. ayo tidur lagi.”

“Aku ngga mau ditemani Dipa. Aku mau tidur sama eyang aja.”

“Ya sudah, eyang temani.”

Cakra naik ke atas ranjang kemudian membaringkan tubuhnya di sisi kiri cucunya. Karena sudah tak dibutuhkan, Dipa keluar dari kamar sang kakak. Dia langsung masuk ke kamarnya. Stella merebahkan tubuhnya di samping Cakra, kemudian melihat pada Sekar.

“Eyang putri, aku pinjem eyang kakung ya. Eyang putri ngga takut kan tidur sendiri?”

“Emangnya eyang itu kamu yang takut tidur sendiri.”

“Eyang putri jangan cemburu. Aku ngga akan ngapa-ngapain eyang kakung. Paling peluk aja, jangan cemburu eyang putri.”

“Dasar gendeng.”

“Hahaha…” Cakra tak bisa menahan tawa mendengar perdebatan cucu dan istrinya.

“Eyang putri sini tidur sama aku juga. Biar aku aman tidurnya.”

Sekar hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan cucunya. Anya dan Irvin segera keluar dari kamar sang anak, sedang Sekar naik ke atas ranjang dan berbaring di samping kanan Stella.

“Kamu somplaknya ngga ketulungan. Nurun dari siapa sih?” tanya Sekar sambil merebahkan tubuhnya.

“Kolaborasi Sekar dan Radix, hahaha…” timpal Cakra.

Mata Sekar mendelik pada sang suami. Cakra langsung memejamkan matanya. Tatapan sang istri saat ini lebih menyeramkan dari pada tatapan Suzanna. Stella memegang tangan Cakra dan Sekar. Sepertinya malam ini dia akan tidur nyenyak.

🍁🍁🍁

“Ngapain lo?”

Dipa melongokkan kepalanya, melihat tulisan di note book yang ada di tangan Stella. Keduanya tengah berada di ruang makan. Sambil menunggu sarapan siap, gadis itu menuliskan nama-nama orang yang sudah lolos menjadi satpamnya.

“Ini daftar satpam gue. Ada eyang, papi, elo sama Arya. Semakin banyak yang masuk daftar, semakin bagus.”

“Lo hari ini kontrol ke rumah sakit?”

“Iya.”

“Mau gue anter?”

“Tumben baik. Ngga usah, gue tadi udah telpon Zar, minta anter dia.”

“Sekalian ngecek ya?”

“Iya.”

Asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman Cakra datang dari arah dapur membawakan sarapan untuk mereka. Dipa langsung mengambil lontong sayur kesukaannya. Sudah lama maminya tidak membuat sarapan lontong sayur. Dengan lahap pemuda itu memakannya.

“Stel.. kamu ke rumah sakit sama siapa? Mau papi antar?”

“Ngga usah, pi. Zar yang nganter aku.”

“Zar?” Irvin mengernyitkan keningnya. Bingung saja kenapa tiba-tiba anaknya minta diantar oleh Zar.

“Dia lagi cari satpam tambahan, sayang,” ujar Anya membawakan kopi untuk suaminya.

“Satpam?”

“Iya, pi. Satpam setan.”

“Hahaha… ada-ada aja kamu,” Irvin mengusak puncak kepala anaknya.

Tak lama Cakra dan Sekar datang bergabung. Semuanya langsung menikmati sarapan bersama. Cakra banyak memberikan nasehat selama sarapan. Pria itu mencoba membangkitkan keberanian cucunya itu. Jangan sampai kejadian seperti Anya dulu terulang kembali.

Baru saja mereka selesai menghabiskan makan. Kendaraan Zar berhenti di depan kediaman Cakra. Pria itu segera turun dari mobilnya. Sambil bersiul dia masuk ke dalam rumah, tak lupa Zar mengucapkan salam. Stella menjawab salam Zar seraya menghampiri sepupunya itu.

“Cepet juga datengnya,” seru Stella.

“Biar cepet beres.”

“Udah sarapan, Zar?” tanya Anya.

“Udah, mi. Ppssstt.. ayo,” Zar berbicara pada Stella.

Gadis itu naik dulu ke lantai dua untuk mengambil tasnya. Tak lama dia keluar kamar sambil menggendong tas ransel kecilnya. Setelah berpamitan pada eyang putri, eyang kakung dan kedua orang tuanya, Stella segera masuk ke mobil Zar.

“Ppsstt.. mau kemana?”

“Kan udah bilang ke rumah sakit.”

“Wokeh.”

“Awas aja lo tar di sana jangan panggil ppssstt.. ppsstt.. ganti napa, manggil gue gitu mulu.”

“Kan nama lo Stella kaya pengharum ruangan. Kan kalo nyemprot bunyinya ppsstt.. ppsstt.. hahaha…”

“Ya ngga gitu juga manggil gue.”

“Aaaaaa!!!”

Zar berteriak keras ketika Stella mencubit lengannya cukup kencang. Pria itu mengusap lengannya yang terasa panas. Tapi bukan Zar namanya kalau berhenti menggoda Stella setelah mendapatkan cubitan maut. Dia tetap memanggil adik sepupunya dengan sebutan ppsssttt..

🍁🍁🍁

Sesampainya di rumah sakit, Stella langsung menuju ruangan dokter Fikri. Pria itu akan memeriksa luka-luka pasca kecelakaan. Seharusnya Reyhan yang memeriksa Stella, tapi karena pria itu ada rapat dengan petinggi rumah sakit dan para pemagang saham, dokter Fikri yang menggantikannya.

Menurut dokter Fikri, kondisi Stella sudah membaik. Minggu depan gadis itu diminta untuk memeriksakan keadaannya lagi. Dokter saraf tersebut memberikan resep yang harus ditebus oleh Stella. Bersama dengan Zar, gadis itu kemudian menuju apotek setelah melakukan pembayaran.

Sambil menunggu para apoteker menyiapkan obat, Stella dan Zar duduk di kursi tunggu. Sejak tiba sampai sekarang, Stella belum bertemu dengan makhluk astral. Jadi dia belum bisa menguji apakah Zar bisa dijadikan satpam olehnya.

Stella memejamkan matanya sejenak sambil menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan kiri. Saat gadis itu membuka matanya, dia terkejut saat melihat seorang pria yang sebelah tubuhnya bersimbah darah dan sebelah matanya menggantung seperti hendak copot melihat padanya.

“Aaaaaaaa!!”

Zar sampai terlonjak mendengar teriakan sepupunya itu. Refleks Stella memeluk lengan Zar seraya menutup matanya. Setelah beberapa saat dia membuka matanya, dan ternyata makhluk tersebut masih betah berdiri di depannya sambil terus menatap padanya.

“Zar… kok tuh setan kaga hilang.”

“Setan apaan?”

“Itu di depan gue,” tangan Stella menunjuk pada sosok makhluk di depannya.

“Mana?” Zar mencoba melihat apa yang dikatakan Stella, namun pria itu tidak melihat apa-apa.

Stella mencoba mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Dia memejamkan matanya kembali. Pelukannya bertambah erat pada Zar. Kemudian matanya kembali terbuka, sayang makhluk itu masih tetap berada di depannya. Dia malah tersenyum pada Stella kemudian menyapanya.

“Hai…”

Gadis itu membelalakkan matanya ketika makhluk tersebut menyapanya. Kemudian pandangannya beralih pada Zar yang masih terus melihat-lihat ke depan, seperti tengah mencari sesuatu.

“Haaiiissshhh…. Dasar sepupu ngga guna,” Stella menoyor kepala Zar dengan kesal.

“Aduuhhh.. eh ngelunjak nih anak,” kesal Zar.

“Lagian elo jadi sepupu ngga guna. Ngga bisa bikin tuh setan pergi. Mana sekarang negor gue lagi, beneran ngga guna. Mending gue ajak Dipa aja tadi.”

“Eh.. pesona gue terlalu kuat, bahkan buat makhluk astral. Elo salah ngajak gue, yang ada mereka tambah pengen dekat sama elo minta dicomblangin sama gue.”

“Narsis.”

Stella hendak menoyor kembali kepala Zar, tapi pria itu dengan cepat berkelit. Kini giliran dirinya yang mendapat serangan balasan. Beberapa orang yang menunggu di dekat mereka melihat dengan bingung kedua orang tersebut. Aksi toyor menoyor berhenti ketika terdengar nama Stella dipanggil.

“Noh nama lo dipanggil.”

Awalnya Stella hendak pergi sendiri mengambil obat, tapi berhubung si makhluk tersebut masih berada di dekatnya dan mengikutinya, Stella terpaksa menyeret Zar. Setelah mengambil obat, Stella segera mengajak Zar pulang.

“Bentar ke si Arsy dulu.”

“Ngga.. ngga mau..”

Tanpa mendengar rengekan Stella, Zar menarik tangan Stella menuju IGD. Sepanjang jalan gadis itu hanya memejamkan matanya. Dia baru berani membuka mata ketika mendengar suara Arsy. Ternyata makhluk menyeramkan itu sudah tidak mengikutinya lagi.

“Kenapa lo?” tanya Arsy bingung melihat wajah Stella yang pucat.

“Gue abis ketemu hantu. Sumpah serem banget. Gue pikir si Zar bisa bikin tuh hantu kabur kalau gue deket dia, yang ada malah anteng tuh hantu.”

“Hahahaha…. Demitnya demen sama si Zar hahaha…”

“Hooh.. sue dah. Mending ngajak si Dipa tadi.”

“Muka lo pucet gitu. Bentar gue beliin minum.”

Arsy segera keluar dari IGD untuk membelikan minuman. Zar juga menjauh dari IGD begitu ponselnya berdering. Tinggal Stella yang ada di sana. Gadis itu tercekat ketika melihat penampakan pria tadi yang melihatnya di apotik ternyata datang lagi. Wajah pria itu tersenyum kemudian berjalan mendekati Stella.

Melihat pergerakan makhluk halus tersebut, refleks Stella berjalan mundur. Pria berwajah menyeramkan itu terus saja berjalan ke arah gadis tersebut. Tahu kalau Stella takut padanya, dia malah semakin ingin mengganggu.

Belum habis ketakutan Stella, dari arah samping kanannya muncul hantu wanita mengenakan gaun pengantin yang dilihatnya kemarin di lift. Dan dari samping kirinya muncul pasien yang berbicara dengannya, Jordan.

Mami… tolong… aku dikeroyok hantu… eyang…. Hiks… asem nih hantu beraninya main keroyokan huaaaa…

Pergerakan Stella terhenti ketika sebuah tangan menahan bahunya, refleks Stella menolehkan kepalanya ke belakang. Ternyata dirinya menabrak seorang pria tampan. Kedua tangan pria tersebut memegangi bahunya.

🍁🍁🍁

Siapa hayo yang megang pundak Stella???

1
Hartini Donk
q sebenernya g suka cerita yg panjang2.tp klo ceritanya g belibet ya lanjut...💪💪👍
Debby
irzal anak nya elang..nama nya di sama in sama kyk alm irzal kakek nya...lahir nya irzal junior ga lama setelah kakek irzal meninggal cuma beda bbrp jam ..
Mimi Sanah
ya Allah hahahaha bales dendam terseruh 😃😃😃😃
Mimi Sanah
gaweannya pingsan Bae kamu diki hahahaha 😃😃😃
Mimi Sanah
kok jantung ku bertabuh yah 😀😀😀😀
Mimi Sanah
ini setan apa sule 😀😀😀😀
Mimi Sanah
tamar oh tamar aku yakin dia pawang mu stel 😀😀😀
Mimi Sanah
itulah titisan mu ke , masa muda mu mulut mu pedes level seribu kek 😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
hahahaha modus kek'bi mah biar rencananya mulus😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
yg penting cerita nya bagus dan nyambung di otak ku Thor 😁😁😁🙏🙏🙏🙏
Mimi Sanah
titisan kakek Abi 😀😀😀😀
Sulisbilavano
gantengnya cantiknyaaa
Sulisbilavano
kok rakan kyk zain ya...bpk agen rahasia sebelah🤭🤭🤭
Sulisbilavano
cantik dan ganteng
Sulisbilavano
thor aku baca ini dah ke3 kalinya ngak bosen aku baca ini...novelnua baguuus bgt
Wiwie Aprapti
boleh lahhhhh idenya kakek abi
Wiwie Aprapti
saat ini juga ada pelatihan bultang yg di sponsornya Taufik hidayat kak, semacam akademi gitu, ada beberapa muridnya yg udah bertanding profesional namun blom ada yg di rangking teratas sihhh
Wiwie Aprapti
wehhhhhh...... paksu mana...... paksu.... pengen ngajakin bikin telor gulung sosis nihhhh🤣🤣🤣🤣🤭😛
Wiwie Aprapti
kannnnnnnn iya kannnnnnn hutang 🤭
Wiwie Aprapti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣kalo yg ini mungkin ngutang 🤭🙃😁😛
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!