Cassie, seorang remaja yang beranjak dewasa masuk kedalam pergaulan bebas para anak konglomerat, disaat kedua orang tuanya bercerai. Ketika etika dan sopan santun mulai menghilang. Kehidupannya terus mengalami konflik besar.
Ditengah masalah perceraian orang tuanya, Cassie jatuh cinta dengan seorang Duda Perjaka. Tetapi cintanya tak direstui. Cassie pun dijodohkan dengan seseorang yang pernah membuatnya kesakitan karena sakau.
Dapatkah ia menjaga mahkota kewanitaannya, atau terus terjerumus dengan pergaulan bebas? Dan dapatkah Cassie bersama dengan cintanya Om Duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Para Orang Tua
Dina mengirimi Cassie sebuah Direct di Instagram milik anaknya itu. Cassie bukan lupa mengabari Ibunya, namun sesampainya di Inggris anak semata wayangnya itu selain kelelahan karena perjalanan panjang, ia juga mengalami masalah.
"Cassie, Kamu kok belum telepon Mama Nak? Nomer ponsel kamu berapa?" Tanya sang Mama
Cassie membuka ponsel karena notif Instagramnya berdenting.
"Mama, Dia sama om Joko pamer kemesraan terus," gumam Cassie, ia melihat akun Instagram milik Mamanya terlebih dahulu sebelum membalas pesan.
"Cassie sudah sampai dengan selamat Mah, tapi ..." Cassie ingin menceritakan perihal dirinya, namun ia urungkan.
"Tapi apa?"
"Ma disini udah larut. Cassie tidur dulu ya," Cassie beralibi setelah itu dia mengirimkan nomer ponsel asal Inggris.
Kayaknya Mama bakal jadi nikah ni ma Om Joko, arghhh aku masih ga terima sih, batin Cassie kesal sendiri kemudian dia menangis di ruang perawatan itu sendirian.
Sumber Visual Dina dari Instagram @tasyafarasya
Sumber Visual JOKO dari Instagram @Assegafah
Sumber Visual Rio dari Pinterest
Pukul 10 pagi
Dina dan Joko membicarakan tentang pernikahan mereka di sebuah Cafe yang dekat dengan kantor Mereka.
Tetapi Dina merasa terganggu dengan pengunjung yang duduk disamping mereka. Ibu-ibu sosialita yang berdandan hedon, tertawa terbahak-bahak namun salah satu tangannya menutupi mulut. Tetap saja terdengar berisik ditelinga Dina.
"Haduh, Jo kayaknya kita salah datangin Cafe deh. Itu Ibu-ibu sosialita ketawa ketiwi heboh banget. Dandanannya ngejreng banget," cibir Dina
"Haha kamu juga gitu kalo lagi kumpul sama teman kamu. Pasti suka gak sadar kan?" ucap Joko.
"Jovan, kita tuh beda ya. Aku sama teman-teman itu kelas kakap. Mereka kelas teri,"
Jovan hanya tersenyum melihat tingkah Dina yang sebenarnya sebelas dua belas dengan tingkah ibu-ibu di meja sebelah mereka.
"Cuma kamu yang manggil aku Jovan, yang lain pada panggil Joko, gara-gara aku ga nikah-nikah," jelas Joko.
"Oh ya jelas, Aku gak pernah ganti-ganti nama panggilan Jo. Karena nama mereka itu kan sudah di doakan pakai sembelih kambing segala kan? Jadi aku ga berani ngerubah nama mereka," timpal Dina
"Itu yang aku suka dari kamu," Joko tersenyum sembari mencubit pelan pipi Dina.
"Bentar Jo,"
"Ada apa?"
"Aku mau protes sama authornya, Thor Thor, tolong ganti nama Joko jadi Jovan ya, gak suka aku, nama dia diganti-ganti gitu,"
"Oke laksanakan bos," jawab Author
Akhirnya Dina memutuskan pergi dari kafe tersebut. Jovan berjalan duluan karena tempat itu sedikit sempit jika dilewati dua orang.
Saat Dina melewati meja disebelahnya, tas Dina yang besar bergantung di pundak tak sengaja menyenggol kopi panas dan mengenai paha salah satu ibu-ibu yang berbicara berisik.
"Arghh.. panas!" pekik salah satu ibu dan langsung berdiri mengibas-ngibaskan celana panjangnya yang berwarna putih.
"Aduh Jeng Joy, itu panas sekali," ujar Rosmia
"Maaf saya tidak sengaja, saya akan ganti rugi celana ibu yang kotor,"
"Aduh itu pahanya pasti meleyot! Ganti rugi perawatan kulitnya juga dong!" Ujar ibu satunya yang bernama Elmuna
"Haduh heboh banget sih kalian," Dina terlihat pusing, ia terlihat mengambil sebuah cek dari dalam tasnya lalu menuliskan sesuatu.
Sementara Joy mengelapnya dengan serbet dan terus mengipasi pahanya sembari berkata, "Udah gak papa, dia gak sengaja kan?"
"Nih dua puluh juta, kalo masih kurang anda bisa telepon saya. Maaf saya sibuk mengurusi ibu-ibu bersuara rombeng macam kalian,"
"Aduh enaknya kalo ngomong ya gak disaring. Saringannya jebol ya," ucap ibu satunya yang bernama Mus.
"Eh maksudnya apa nih ya ngasih duit segini. Ini penghinaan ya. Saya sudah bilang tidak apa-apa, seakan-akan saya butuh duit situ? Dan lagi saya tidak terima kalau Ibu mengejek teman-teman saya,"
"Whatever, nah kan. Baru dikatain sedikit aja ni kafe udah hiruk pikuk kayak kandang ayam yang ayamnya berisik karna lagi bertelor,"
"Minta di lakban tuh mulut ya!" Rosmia terlihat marah.
Dan terjadilah pertengkaran, hingga Dina menarik rambut Rosmia. Joy ingin melerai keduanya tetapi Dina malah menjambak rambut Joy juga.
Jovan kembali ke dalam kafe, ia segera memeluk Dina dari belakang lalu menariknya dari perkelahian ibu-ibu. Pihak kafe juga ikut melerai semuanya.
Dina terlihat kesal karena Jovan menariknya dari perkelahian itu.
"Kamu kenapa sih narik aku, aku tuh rasanya pengen siram wajah mereka sama kopi panas,"
"Udah dong sayang, yang sabar ya. Mereka mungkin gak terbiasa sama cara bicara kamu yang ceplas-ceplos,"
"Ahh aku sebel sama kamu, udahlah aku balik kantor aja," Dina melesat pergi tanpa menoleh kiri dan kanan.
Tubuhnya hampir saja tercium oleh banteng berwarna kuning (lambang mobil) jika bukan karena Jovan yang sigap menariknya.
"Kamu tuh lihat-lihat dong sayang, hampir ketabrak kan?" Jovan masih sangat lembut memperlakukan Dina.
Sepertinya pria itu rela tidak menikah dengan wanita lain demi menjaga perasaannya terhadap Dina. Siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya? Dina sangat cantik. Sebenarnya dia juga baik. Hanya saja kalau berbicara tidak pernah disaring.
Untuk urusan perdebatan soal pekerjaan bisnisnya, Dina sering menang. Tidak ada yang menandingi kelebihannya. Namun sekali lagi, karena kekurangannya itulah dia tidak memiliki sahabat sejati. Hanya Jovan yang mampu bertahan di sampingnya
Seorang Pria turun dari Lamborghini berwarna kuning. Ia menghampiri Dina yang hampir tertabrak.
"Maaf, saya sedikit ngebut di jalanan ramai seperti ini,"
Dina langsung mengenali pria itu, siapa yang tidak kenal dengan pengusaha terkaya nomer tiga di Jakarta.
"Pak Wibi? Oh hmmm ti-tidak apa-apa pak. Ini murni kesalahan saya yang ceroboh," ujar Dina seraya merapikan rambut serta pakaiannya.
Wibi terlihat buru-buru dia pun sempat berpikir akan mengundang Dina dan Jovan untuk makan malam nanti. Setelah Dina menyetujui ajakan Wibi tersebut, pria itu pun berlalu pergi.
Sementara, Joy dan ketiga temannya kembali duduk. Kopi panas itu sudah tidak terasa panas. Namun sepertinya paha Joy terlihat sedikit melepuh dan memerah.
Padahal Joy telah bersusah payah merawat kulitnya dengan lulur tradisional. Ia juga menjaga stamina kulitnya dengan berolahraga dan banyak mengkonsumsi air putih. Ia pun jarang minum kopi, hanya sesekali saja jika sedang kumpul dengan teman-temannya
Merasakan pahanya yang masih memanas dan sedikit perih disertai denyutan, bisa di pastikan kulitnya akan melepuh dan berbekas
Dia terlihat seumuran dengan ku atau bisa jadi lebih muda dia ketimbang aku. Ah biar bagaimanapun semoga Barra tidak mempunyai ibu mertua macam dia, batin Joy yang masih melihat Dina di dalam jendela kaca