 
                            seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Satu minggu berlalu, kandang bebek milik sena sudah tinggal pemasangan atap dan finishing tembok keliling yang tingginya hanya setengah meter, garasi motor sementara pun sudah jadi, bertempat di antara kandang bebek dan rumah, sena membuatnya dengan rangka baja ringan dan atap galvalum.
Hari ini sabtu, abi libur sekolah begitu juga dengan tari, setelah sarapan pagi bersama sama dengan menu nasi goreng buatan mamak, sena, bapak dan abi duduk di teras, sambil nunggu lik cipto dan lik dar datang mereka ngobrol ringan.
"Gimana seleksi bolamu bi?" Tanya sena setelah ia menyalakan rokoknya.
"Besok pagi seleksi lagi mas, sekarang tinggal 50 orang, jadi nanti di bagi jadi empat tim dan akan di tandingkan seperti kompetisi!" Jawab abi.
"Posisi kamu apa bi?" Tanya sena, sedangkan bapak hanya menyimak perbincangan kedua anaknya.
"Gelandang serang mas, sebenarnya abi penginnya main di sayap, tapi lari abi kurang kencang, jadi sama pelatih di pasang di tengah," jawab abi lagi.
"Ya di syukuri saja, kadang apa yang kita inginkan tidak harus kita dapatkan, kadang kita tidak bisa melihat potensi yang ada di diri kita sendiri, malah justru orang lainlah yang melihatnya!" Ucap sena memberi petuah pada abi.
Jam setengah delapan lik cipto sama lik dar datang bersama ali dan agit, setelah ngobrol sebentar mengenai pekerjaan akhirnya mereka mulai bekerja, lik cipto dan lik dar naik ke atas rangka untuk siap memasang atap, abi membantu menaikan genteng.
Galih dan ali serta agit kini sudah tidak bermain pasir lagi, mereka sekarang asik main mobil remot kontrol di dalam rumah.
Jam sembilan lewat mamak sudah menghidangkan kopi di teras lengkap dengan berbagai macam cemilan jajanan pasar, semua yang bekerja kini sedang istirahat sebentar menikmati kopi dan cemilan sambil ngobrol.
Sedang asik ngobrol sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah sena, setelah di perhatikan dan di tunggu ternyata yang datang burhan masih dengan seragam dinasnya.
"Maaf mas sena saya baru bisa ke sini, kemarin kemarin sibuk sampai saya ga pulang 2 hari!" Ucap burhan setelah mengucap salam dan dipersilahkan duduk oleh sena, sedangkan yang lainnya kembali melanjutkan pekerjaan.
"Iya kang burhan gapapa, yang penting kang burhan sehat!" Jawab sena.
"Iya mas alhamdulillah sehat, sebelumnya saya minta maaf mas, kedatangan saya kesini mau minta tolong sama mas sena, ini soal istri kapolres yang sedang sakit lumpuh secara tiba tiba, sudah di bawa ke rumah sakit mana saja bahkan sampai keluar negeri tapi hasilnya tetap sama tidak ada perubahan, mungkin mas sena bisa membantu!" Ucap burhan.
"Hehehehe......, saya kan bukan dokter kang, malah di mintain tolong, tapi ya wis gapapa, sebab kang burhan sudah sampai di sini berarti ada rencana dari Allah yang mesti kita jalani, tunggu sebentar saya siap siap dulu, kita pergi nengokin istrinya kapolres!" Kata sena lalu masuk rumah untuk bebersih dan ganti baju.
Setelah siap dan berpamitan pada bapak dan mamak sena dan burhan berangkat ke rumah kapolres, sampai di sana di sambut oleh ajudan kapolres dan langsung di persilahkan masuk bertemu kapolres.
"Ijin ndan, ini yang namanya mas sena yang kemarin saya ceritakan, beliau putra dari kiai farid dari kota S!" ucap burhan melapor pada kapolres.
"Oh iya, perkenalkan nama saya suherman mas sena!" Ucap kapolres.
"Salam kenal juga pak kapolres, saya sena anak angkatnya kiai farid, tadi kang burhan ke rumah saya dan cerita soal keadaan istri bapak, dan minta tolong saya untuk menengoknya, memang keadaanya bagaimana pak?" Kata sena setelah menyambut uluran tangan kapolres.
"Betul mas, saya yang menyuruh burhan minta tolong sama mas sena, keadaan istri saya sekarang lumpuh mas, sejak enam bulan yang lalu, sudah saya bawa periksa dan berobat kemana saja namun hasilnya dokter tidak bisa mendiagnosa penyebabnya!" Jawab pak herman.
Sena merasa heran atas penuturan dari pak herman, bagaimana bisa dokter tidak bisa menemukan penyakit yang menyebabkan seseorang lumpuh, lalu sena melihat dengan mata batinnya memindai setiap sudut ruangan di rumah itu.
Pak herman, burhan dan ajudan kapolres yang bernama doni bingung melihat sena yang diam dan memejamkan matanya.
"Boleh saya melihat istri bapak?" Tanya sena kemudian setelah ia membuka matanya.
"Ah , boleh mas, sebentar saya suruh perawat membawa istri saya keluar dari kamar!" Ucap pak herman lalu beranjak memanggil perawat dan masuk kamar.
Sesaat kemudian pek herman dan perawat keluar dari kamar dengan mendorong kursi roda, nampak di atas kursi roda duduk seorang wanita berusia 40 tahun dengan tubuh yang masih segar bugar dan dengan kulit masih kencang namun wajahnya sedikit kusam.
"Mah, ini mas sena, putranya kiai farid dari kota S, mau menjenguk mamah!" Ucap pak herman mengenalkan sena pada istrinya.
"Ooh, kiai farid yang terkenal itu kan pah, salam kenal mas, saya reni!" Kata istri pak herman.
"Salam kenal juga ibu, maaf kalau boleh tahu keluhannya apa bu?" Ucap sena.
"Ya begini mas, badan sih penginnya mau kegiatan apa saja, tapi sejak enam bulam yang lalu tiba tiba pas bangun tidur saya tidak bisa berdiri!" Jawab bu reni.
Sena menanggapi hanya dengan anggukan lalu ia mulai memindai kaki bu reni dengan mata batinnya, nampak dua sosok mahluk gaib berjenis jin berwujud anak kecil sedang memeluk kaki bu reni dengan sangat kuat.
Lalu sena beralasan meminta ijin untuk melakukan meditasi sebentar padahal ia akan melakukan komunikasi dengan dua sosok jin itu.
"Kenapa kalian di sini dan mengganggu ibu ini!?" Ucap sena bertanya pada dua sosok jin itu.
"Kami di suruh sama seseorang, dan kami akan mendapatkan imbalan yang sangat besar!" Jawab salah satu jin.
"Apa imbalannya?" Tanya sena lagi.
"Kami akan di sediakan sesaji setiap harinya oleh orang yang menyuruh kami setelah tugas dan misi kami berhasil!" Jawab jin yang satunya.
"Apa misinya?" Sena terus saja bertanya pada dua jin itu.
"Kami di suruh membuat wanita ini lumpuh dan tidak menarik lagi di mata suaminya, dan nanti setelah suaminya menceraikannya orang yang menyuruh kami yang akan menjadi istri herman itu!" Jawab jin lagi.
"Kalian akan pilih yang mana jika aku menawarkan rumah yang bagus dan nyaman untuk kalian?" Tawar sena.
"Jelas kami memilih rumah yang bagus dan nyaman, bisa buat kami beristirahat dan bermain!" Jawab salah satu jin.
"Kalau kamu?" Tanya sena pada jin yang satunya.
"Jelas aku ikut saudaraku, karena kemana ia pergi aku akan selalu ikut!" Jawab jin yang satunya.
"Akan aku kasih kalian rumah yang nyaman dan aman jauh dari lingkungan manusia, tapi ada saratnya!" Ucap sena.
"Apa saratnya?" Tanya dua jin kompak.
"Lepaskan pelukan kalian pada kaki ibu ini, dan masuklah ke lengan tangan kiriku nanti akan aku antarkan kalian ke tempat yang nyaman dan aman!" Ucap sena.
"Aku setuju, tapi awas saja jika kamu berbohong, akan aku ganggu keluargamu selamanya!" Kata jin itu.
"Aku sena, dari kecil tidak pernah di ajari berbohong!" Jawab sena.
"Baiklah kami setuju!" Jawab kedua jin kompak.
Lalu sena menghentikan meditasinya.
"Maaf, boleh saya memijat kaki ibu?" Tanya sena pada bu reni.
"Silahkan mas!" Jawab ibu reni.
"Ijin pak herman, saya memijat kaki ibu!" Ucap sena pada pak herman.
"Iya silahkan mas!" Jawab pak herman.
 
                     
                     
                     
                    